~• 5 •~

757 41 1
                                    

Maaf typo.

•Happy Reading•

♡♡♡♡
♡♡♡
♡♡

Malam ini Andana dipaksa jalan bersama Tristan. Setelah pulang sekolah tadi Andana sudah disuguhkan dengan paksaan bahwa dia harus jalan bersama Tristan malamnya.

Dan disinilah mereka disebuah cafe yang biasa didatangi Tristan dkk. Mereka makan dengan diam, karena tidak tahu harus membahas apa ketika berbicara.

Sampai akhirnya Tristan jengah dengan situasi seperti ini dan mulai membuka pembicaraan lebih dulu "Andana!" panggil Tristan membuat Andana menatapnya sekilas lalu fokus pada makannya lagi.

"Andana!" ulang Tristan. Andana menatap Tristan.

"Apa?" sahut Andana dengan malas.

Tristan terdiam sebentar lalu kembali berbicara "Gak sih, cuma gak enak aja diem mulu dari tadi" ucap Tristan dan melanjutkan makannya.

Andana memutar bola matanya malas "Gak usah ngomong kalo gak ada topik!" ketus Andana dan melahap makannya lagi yang tinggal sedikit.

Tristan hanya diam tak menjawab. Dia juga bingung ingin menjawab apa? Mau menjawab pun apa yang dibicarakan?

~~~~~

Setelah selesai makan malam, Tristan mengajak Andana kesuatu tempat yang sering dia datangi ketika sedang ada masalah.

Andana awalnya menolak dengan alasan dia ingin tidur agar besom tidak kesiangan lagi. Tapi dengan sabar Tristan membujuk Andana.

Entah apa yang merasuki Tristan sampai ingin sekali membawa Andana ketempat yang dia datangi itu. Ini adalah pertama kalinya Tristan membawa seseorang ketempat ini.

Karena Tristan tidak pernah membawa siapa pun ketempat ini. Disini juga jarang didatangi oleh orang-orang, palingan hanya beberapa itupun hanya sebentar. Sekedar duduk-duduk dan bersantai, lalu pergi.

Setelah 25 menit menempuh perjalanan dan sampailah mereka disini sekarang. Disebuah tempat yang indah.

Seperti sebuah taman tapi... Entahlah sulit dijelaskan. Tristan mengajak Andana duduk disebuah kursi yang sering dia duduki ketika kesini.

Beberapa menit hening, sampai akhirnya Tristan bersuara dan memecah keheningan diantara mereka berdua.

"Lo tau gak?" tanya Tristan tiba-tiba. Andana menoleh sekilas laku menatap kedepan lagi.

"Lo belum ngomong apa-apa! Mana gue tau!" jawab Andana ketus.

Tristan tersenyum tipis "Lo adalah orang pertama yang gue bawa ketempat ini" ungkap Tristan membuat Andana menatapnya bingung.

"Kenapa gue? Emang lo belum pernah bawa cewek lo kesini?" tanya Andana membuat Tristan menatapnya datar dan mengalihkan pandangannya lurus kedepan.

Merasa ada perubahan diraut wajah Tristan membuat Andana tak enak hati. Apa ada kata yang salah dipertanyaannya tadi?

"Hmm... Tris, lo gak pa-pakan?" tanya Andana hati-hati.

"Gak!" jawab Tristan ketus.

"Gue minta maaf kalo ada kata-kata gue yang salah tadi. Emang kenapa sih? Ada yang salah ya daru pertanyaan gue? Gue minta maaf deh" ucap Andana merasa bersalah.

Tristan diam tak menjawab, rasanya ada yang aneh untuk membahas itu. Entahlah dia merasa sakit yang dia kubur dalam-dalam seakan langsung muncul kepermukaan saat Andana bertanya seperti itu. Cukup dia, sahabatnya dan tuhan yang tahu.

Andana menghela napas "Lo kenapa sih? Gue minta maa, kalo gue salah ngomong" ucap Andana lagi.

"Kita pulang! Udah malem entar lo dicariin sama bonyok lo" ajak Tristan dan bangkit dari kursi lalu berjalan menuju mobilnya meninggalkan Andana sendirian.

Andana jadi bingung, ada apa sebenarnya? Sepertinya Tristan lumayan sensitif jika ditanya seperti itu. Tapi apa yang membuatnya seperti itu?

Tak mau ambil pusing dirinya segera menyusul Tristan kemobil. Didalam mobil tidak ada satu pun yang mau berbicara. Andana juga tidak ingin berbicara takut-takut nanti dia malah salah ngomong.

~~~~~

Tristan memakirkan mobilnya digarasi rumahnya. Lalu masuk dengan keadaan hati yang merasakan apa yang dia rasakan dulu! Sakit. Itulah yang dirasakan Tristan.

Tristan memasuki rumahnya tanpa mengucapkan salam dan langsung menuju kamarnya. Bahkan orang tua dan adiknya memanggilnya saja dia tidak menggubrisnya.

Orang tuanya sampai heran dengan Tristan. Ada apa ini? Mengapa pulang dari jalan-jalan bersama calon istri malah murung seperti itu.

"Abang kenapa bun?" tanya Ana sambil memakan kue yang dibuatkan oleh bundanya.

"Mungkin abang lagi capek, sekarang Ana tidur ya udah malem" ucap Gheisa sambil mengelus kepala putri kecilnya.

Sedangkan didalam kamar Tristan. Dia hanya diam dengan pandangan kosong kearah langit. Dia duduk dikursi balkon kamarnya.

Maaf Na, gue janji bakal cerita semuanya. Tapi gak sekarang, lo belum boleh tau untuk sekarang. Batin Tristan lirih.

Tristan memilih tidur untuk menenangkan hati dan pikirannya yang kalang kabut.

~~~~~

Cahaya mentari pagi yang masuk dari sela-sela jendela itu mengusik tidur seorang gadis yang masih sibuk dengan mimpi indahnya.

Dia memilih untuk melanjutkan tidurnya yang sedikit terganggu dengan menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.

"Nana! Bangun, udah siang" teriak Rania dari bawah. Gadis yang sering dipanggil Nana oleh keluarganya itu menulikan telinganya dan tetap pada posisinya.

Sampai akhirnya dia harus bangun karena teriakkan abang laknatnya yang tepat didekat telinganya.

"Nana! Banguuuun!" teriak Bram membuat Andana membuka selimutnya dan mendengus kesal lalu menatap tajam abangnya yang duduk ditepi ranjang.

"Brisik anjing!" umpat Andana kesal. Bram melotot mendengar umpatan Andana.

"He! Ngomong apa lo? Belum pernah kena tabok tuh mulut!" ucap Bram menatap tajam adiknya itu.

Andana memutar bola matanya malas. Tidak mau menanggapi perkataan abangnya dia segera, berjalan kekamar mandi dan melakukan ritualnya.

Sedangkan Bram menahan kesal atas sikap adiknya yang cuek. Bram mendengus kesal "Untung adik! Kalo enggak gue buang lo ketempat sampah!" gerutu Bram kesal lalu melenggang pergi menuju meja makan.

~~~~~

Andana dan Bram sampai disekolahnya. Andana memberikan helmnya kepada Bram lalu pamit duluan menuju kelasnya.

Diperjalanan menuju kelas banyak murid-murid cowok yang menatapnya kagum. Andana sangatlah perfect, udah cantik, tinggi, putih, pinter, body goals lagi.

Tapi sayang susah dapetinnya. Kalo udah dapet mending jangan disia-siain deh beneran. Jarang ada lho orang kayak Andana. Dia itu sekalinya suka sama orang menghayati banget sampe kehati. Setianya beeuuh jangan ditanya, dia mah orangnya setia banget. Tapi ya kalau dikecewakan berkali-kali ya gitu deh.

Saat diperbelokkan menuju kelas Andana berpapasan dengan Tristan. Andana menatap Tristan dengan wajah datarnya yang dibalas tak kalah datar oleh Tristan.

Lalu Tristan melanjutkan langkahnya menuju kantin, sedangkan Andana menatap bingung kearahnya. Semenjak kejadian dia bertanya semalam Tristan jadi seperti menjaga jarak dengannya.

Andana bisa menyimpulkan bahwa dia punya masa lalu yang cukup membuatnya sakit hati. Dari tatapannya saja Andana bisa mengerti apa maksudnya.

Tatapan Tristan malam itu seperti seseorang yang sedang menyembunyikan sebuah luka yang buat sakit hati. Tatapannya sangat menyiratkan akan kesedihan jika dipandangi dengan intens.

Tak mau ambil pusing, Andana melanjutkan langkahnya dan memasuki kelasnya.

~~~~~
Bersambung.
Maaf typo.

MY SWEET HUSBAND (ON GOING) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang