~• 27 •~

493 30 0
                                    

Tiga hari telah berlalu, dan sudah tiga hari ini juga Andana mendiami Tristan. Bahkan lelaki itu sudah putus asa untuk membujuk Andana dan menjelaskan yang sebenarnya.

Tapi, setiap dia berusaha untuk menjelaskan semuanya ada saja halangan yang membuat ia gagal menjelaskannya.

Seperti saat ini, disaat dia ingin menuju kelas Andana dan menjelaskan yang sebenarnya, tapi malah terurungkan karena tiba-tiba ponsel disaku celana seragamnya berbunyi.

Dengan perasaan kesal dan jengkel, dia melihat orang yang mengganggunya disaat yang tidak tepat seperti ini. Alis lelaki itu berkerut kala disana tertera nomor tidak dikenal.

Karena penasaran, akhirnya dia memutuskan untuk membuka pesan yang dikirim oleh orang tidak dikenal itu. Dan seketika darahnya mendidih melihat pesan yang dikirim untuknya itu. Dadanya mulai naik turun menandakan bahwa ia saat ini sedang sangat emosi dan berusaha untuk menahannya.

Dengan langkah lebar, Tristan melangkah mencari gadis yang sudah membuatnya marah. Lihat saja, dia pastikan jika gadis itu akan mendapat hukuman untuknya nanti.

Setelah beberapa menit mencari, akhirnya dia menemukan gadis itu sedang berjalan kearah toilet dan langsung saja dirinya juga ikut masuk kedalam sana, membuat sang gadis kaget melihat seorang lelaki masuk kedalam toilet wanita.

Saat ingin memaki lelaki itu, dia langsung mengurungkan niatnya saat dia tau lelaki itu adalah Tristan.

"Keluar lo!" usir gadis itu dengan nada datar.

"Gue gak mau" balas Tristan tak kalah datarnya dan jangan lupakan tatapan tajam yang dia berikan untuk gadis didepannya ini.

Sebenarnya ada rasa takut juga saat dia menatap mata tajam Tristan, namun dia mencoba untuk bersikap biasa saja dan seolah tak terjadi apa-apa.

"Ngapain lo disini? Lo gak liat didepan pintu masuk itu udah ada tulisan kalo ini itu 'toilet wanita' bukan pria! Buta ya mata?!" Ketus gadis itu.

Tristan semakin menatap tajam gadis yang telah berbicara ketus padanya ini, entah kenapa ada rasa tidak suka dan tak rela jika gadis yang notabennya adalah istrinya itu berbicara seperti itu. Apalagi dengan tatapan sinisnya itu membuat ia rasanya ingin sekali mencongkel mata itu.

Sadar akan tujuannya mengikuti gadis yang tak lain adalah Andana itu kesini, langsung saja dia mengambil ponselnya dan membuka sebuah chat dari nomor tidak dikenal tadi, lalu dia membuka sebuah foto yang dikirimkan tadi.

"Maksud lo apa pelukan-pelukan gini? Sama cowok lain lagi, lo nuduh gue selingkuh sedangkan lo sendiri gimana? Ha! Padahal lo juga sama!... Oh, atau jangan-jangan lo yang sebenarnya selingkuh tapi Lo malah memutar balikan fakta, iya?!" Tristan menggeleng tak percaya "Hebat lo!"

Andana yang mendengar tuduhan yang tidak benar itu langsung menatap tajam pada Tristan "Lo jangan asal nuduh ya! Gue itu bukan lo yang suka main belakang!... Dan satu hal yang harus lo tau, gue itu gak pernah selingkuh sama siapa pun! Dan gu-"

"Halah, palingan juga lo ngelak aja biar gak keliatan banget bejadnya, iyakan?!" Ucap Tristan memotong ucapan Andana.

Andana menggeleng tak habis pikir "Udah lah, capek gue ngomong sama lo!" Ucapnya lalu beranjak pergi dari sana, ia yang tadinya ingin buang air kecil jadi terurungkan dengan rasa kesal dan rasa kecewanya kepada Tristan.

Baru satu langkah dia mencoba pergi, tapi lengannya langsung dicekal dan tubuhnya ditarik sedikit kasar, membuat tubuh mungilnya itu membentur tembok kamar mandi.

Dan hal selanjutnya membuat dia takut, gugup, dan kaget secara bersamaan. Karena apa? Karena Tristan tiba-tiba merapatkan tubuh mereka lalu mendekatkan wajah keduanya, membuat mereka bisa merasakan deru napas yang menerpa kulit wajah keduanya.

MY SWEET HUSBAND (ON GOING) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang