Sekarang kita coba pake gue/lo :v
"Sunghoon, mereka semua sudah dikumpulkan di satu ruangan?"
"Sudah, pak."
"Baiklah, antar saya kesana sekarang."
Pemuda bersurai putih dengan kulit pucat tersebut mengangguk patuh, mengantar sang ketua organisasi rahasia menuju ruangan yang dimaksud.
Ceklek!
Pintu terbuka, seketika perhatian berpusat kepada mereka. Sang ketua tersenyum, lalu duduk di kursi yang telah disediakan, dan Sunghoon berdiri di samping kirinya.
"Selamat sore, maaf karena membawa kalian dengan cara yang tidak nyaman."
Jay selaku yang paling marah disana langsung menggebrak meja. "Bapak ini ya, kasian Kak Heeseung tau! Dia sampai ditonjok dua kali sama anak buah bapak gara-gara mau teleportasi!"
"Itu bukan salah saya, tapi salah kakak kamu yang tidak mau mendengarkan penjelasan lebih dulu."
Jay menggeram tertahan, ingin menghampiri pria paruh baya tersebut dan meninjunya. Tapi dia urungkan, tatapan Sunghoon terlihat seolah-olah ingin menembus tubuhnya.
"Nah, pertama saya jelaskan dulu tempat ini. Ini adalah markas rahasia kami, organisasi yang tengah bekerja keras menemukan wilayah IERE. Markas ini berada di wilayah Ice, sangat tersembunyi dan tertutup, tidak dapat dijangkau siapapun kecuali anggota kami.
"Tujuan saya mengumpulkan kalian disini karena saya ada misi khusus untuk kalian. Temukan wilayah IERE dalam waktu satu bulan, bila terlambat dan tidak kembali maka kalian dianggap buronan."
"Kalau saya gak mau gimana?" Tanya Niki dengan dagu terangkat, jelas sekali dia menolak.
"Mudah sekali kok, nanti saya lapor ke petugas yang berwajib kalau saya berhasil menangkap pencuri."
"Cih, dasar orang tua," decih Niki tak suka.
"Nah, karena saya ada urusan, saya tinggal dulu, ya. Kalau masih ada yang kurang jelas, kalian bisa tanya kepada Sunghoon. Saya pergi dulu."
Ketua organisasi berbadan gempal tersebut pergi meninggalkan ruangan tak lupa menutup pintu yang terbuat dari es, menciptakan keheningan.
Namun semua itu buyar ketika Jay berdiri, membuat kursi yang ia duduki berdecit.
"Mau kemana?" Tanya Sunghoon dingin.
"Pulang lah, kemana lagi?"
"Duduk sekarang, saya tau kamu marah karena kami bawa kamu dan kakak kamu kesini. Ini demi kebaikan dunia."
"Persetan dengan itu, gue gak tertarik!"
"Oh ya? Gimana kalau nenek kamu kami tahan disini, masih mau menolak?"
"Jangan bawa-bawa nenek gue, dong!" Seru Jay semakin marah.
"Kalau begitu duduk, saya gak segan-segan membekukan kamu lalu saya buang ke laut. Saya tau kamu dan kakakmu gak punya kekuatan api ataupun es untuk melawan."
"Jay, duduk dulu," ucap Heeseung datar.
Jay pun duduk, membuat suasana lengang sejenak. Sunghoon berdeham, lalu menggerakkan tangannya, mempersilahkan mereka bertanya.
"Mau tanya dong," kata Jaeho seraya mengangkat tangan. "Kenapa kita yang dipilih? Emangnya gak ada kriteria khusus?"
"Gak ada."
"Dih, singkat banget."
"Kim Sunoo, mau bertanya?" Tanya Sunghoon mengabaikan Jaeho.
Pemuda bersurai cokelat dengan kulit pucat karena kedinginan itu mengangguk. "Kak, kalau kita berhasil menemukan wilayah IERE, apa yang bakal kita dapat?"
Sunghoon tersenyum miring. "Hadiah, entah itu uang ataupun barang, intinya harganya mahal."
Mendengar kata mahal, mata Heeseung, Jay, Niki, dan Jaeho langsung berbinar-binar. Maklum, pencuri pasti tertarik dengan barang mahal.
"Gue gak tertarik," sahut pemuda bersurai putih kebiruan dari kursinya.
"Yakin? Jadi kamu lebih memilih nyawa yang jadi taruhan daripada dapat hadiah besar?"
"Iya."
Sunghoon tersenyum miring. "Jake Shim, ya... anak yang ditelantarkan orang tua sendiri."
"Hei, kalau ngomong dijaga!" Seru pemuda yang ada di samping Jake, membela temannya.
"Youngbin? Orang yang bisa bergerak cepat seperti angin, keren juga," ujar Sunghoon disertai kekehannya. "Besok pagi kalian harus siap, pakai pakaian yang sudah disediakan, siapkan diri dan berkumpul di aula. Kalian akan bergabung dengan tim lainnya, juga mencari anggota kami yang terpencar di tempat lain."
Tap tap tap
Sunghoon pun pergi karena merasa pembicaraan hari ini sudah cukup, ekspresinya menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Sekilas dia menatap Jay, memperhatiakan wajah pemuda itu dengan seksama. Sepertinya wajah tersebut tidak asing.
Selepas kepergian pemuda bersurai putih itu, Jay meregangkan ototnya sambil mengerang. Suasana tadi benar-benar menegangkan, Sunghoon seram sekali.
"Kak Heeseung, lo yakin mau ikut?"
"Mau gimana lagi." Heeseung mengedikkan pundaknya. "Mau gak mau kita harus ikut, lo gak mau nenek ditahan disini, kan?"
Jay mendekat ke Heeseung lalu berbisik, "memangnya mereka tau rumah nenek dimana? Selama ini kan gak ada yang tau."
"Hmm, iya juga ya..."
"Hei, manusia es! Kita mau pulang nih, anterin dong!" Seru Jaeho memerintah.
Youngbin mendengus. "Kita yang warga sini aja gak bisa pulang, apalagi kalian."
"Udahlah Kak Jaeho, kita ikutin aja apa kata pak tua itu," bujuk Niki menenangkan rekan mencurinya.
"Pak tua, pak tua, sopan dikit bisa, kan?" Sinis Jake merasa terusik dengan suara berisik Niki.
"Heh Jake Frost kw seribu, kita gak kuat dingin tau!"
"Bikin api kan bisa," timpal Youngbin, merasa kesal juga.
"Lo mau kita dihajar kayak dia?" Ketus Niki seraya menunjuk wajah Heeseung yang sedikit lebam.
"Udah dong," lerai Sunoo jengah. "Pasti ada alasan kenapa kita dipilih untuk jalanin misi, kita laksanain aja dulu. Kalau misalkan gak bener, baru kita lepas misi kita."
"Iya deh iya," sungut Jaeho seraya mengalihkan pandangan ke jendela, melihat tim lain bersiap untuk masuk ke dalam kamar yang telah disediakan.
"Loh, Geonu?!" Serunya kemudian.
"Geonu siapa lagi astaga."
Heeseung menghela nafas lelah, kenapa dia bisa berada di situasi macam ini coba. Padahal tadi senang karena berhasil mencuri, eh sekarang ada di tempat antah berantah.
Bagaimana jika mereka ditahan atau dipenjara? Bagaimana dengan nenek? Lalu bagaimana dengan Clytr, anjing jalanan yang mereka rawat sejak kecil?
"Kita istirahat, yuk," ajak Sunoo riang. "Siapin tenaga untuk besok, oh ya salam kenal semua! Panggil aja Sunoo, penyihir, dari Fire."
Jake mendengus tak suka, lalu melengos pergi dari sana begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Namun dalam diam, dia memperhatikan Heeseung dan Jay, merasa aneh dengan keduanya.
Apa-apaan rambut hitam itu, dia baru pertama kali melihatnya. Dan juga, apa mereka berasal dari tempat yang sama dengan laki-laki bersurai kuning keemasan yang ia lihat kemarin?
Ah, Jake tidak peduli. Buat apa mengurusi orang seperti mereka, mengurus diri sendiri saja belum tentu benar.
Lebih baik dia beristirahat untuk menjalankan misi di keesokan harinya.
Kayaknya pake
aku/kamu lebih
enak :v
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE | I-LAND ✓
Fantasy❝ Wilayah perbatasan? Wilayah yang memiliki keduanya? Memangnya ada? ❞