Jay menangis sejadi-jadinya, meluapkan semuanya. Kenapa harus Heeseung, kenapa harus sang kakak? Kenapa bukan dirinya saja? Kenapa?!
Kepalanya menunduk, terisak pelan. Hatinya sakit, ia telah kehilangan orang yang berharga di hidupnya.
"K-Kak Jay, i-ini kenapa?"
Kepalanya menoleh cepat ke arah Daniel yang basah kuyup dengan pandangan syoknya, Jungwon di papahannya sama syoknya dengannya.
Jay tersenyum getir, tak menjawab pertanyaan sang adik. Tapi setidaknya, ia bersyukur Jungwon selamat.
"Kak Jay, jawab! Ini kenapa?! K-Kak Heeseung kemana?!" Tanya Daniel untuk yang kedua kalinya, mulai panik dan kalut.
Yang ada di pikirannya tidak terjadi, kan?
"Kak Heeseung pergi, ke tempat yang paling indah dan tinggi," jawab Jay setelahnya, tak kuasa menahan air matanya.
Daniel mematung, begitu juga Jungwon. Mereka berdua berjalan tertatih-tatih menghampiri Jay, kemudian memeluk sang kakak dengan erat, menyalurkan perasaan yang sama.
Di saat itu juga, tangis Jay kembali pecah. Rasanya menyesakkan, sakit, benar-benar sakit.
Dari jauh, Nicholas juga tak kuasa menahan air matanya, ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Lain halnya dengan Sunghoon, ia membuang buka dan menghadap ke arah lain, berusaha mati-matian menahan air matanya.
Perasaan itu... sama dengan perasaan saat ia kehilangan sosok Euijoo.
Jake berdiri pelan-pelan, lukanya belum sembuh total, tapi ia tak peduli. Kakinya membawanya menuju kakak-adik tersebut, menepuk-nepuk pundak mereka dengan lembut.
"Maaf, aku gak membantu apa-apa..."
Drap drap drap!
"Kalian baik-baik saja?!"
Seon datang tergesa-gesa, ia datang dari Dewind. Hatinya tergerak untuk pergi ke IERE setelah merasakan aura besar, aura kehancuran.
Dan ternyata benar, kondisi IERE sungguh tidak baik-baik saja.
Mayat dimana-mana, pohon banyak yang tumbang, batu-batu berserakan, tanah terbelah. Ini jauh dari kata baik-baik saja.
"Hei," panggil Sunghoon, nadanya berubah dari yang biasanya.
"Y-ya?"
"Tolong jangan ganggu mereka, mereka baru saja kehilangan seseorang."
Seon tertegun, apa dia Park Sunghoon? Orang yang kemarin hendak membunuhnya? Wah, ini pertanda baik! Sunghoon telah kembali seperti dulu!
"A-ah, begitu..."
"Sunghoon, sebaiknya kita pulang, Jake butuh pengobatan," ujar Nicholas dari kirinya.
"Kalian bisa naik kapal kecilku, cukup untuk jumlah kita," kata Seon menawari.
"Terima kasih, Kak Seon."
Lagi-lagi, Seon tertegun. Sunghoon baru saja memanggilnya 'kak'? Wah, WAH!
"Jay, Daniel, Jungwon, ayo pulang."
Mendengar itu, Daniel melengos. "Maaf, kak. Tempat tinggal kami disini, ini tempat kelahiran kami."
"Maksudku ayo pulang ke Ice, kalian bisa tinggal disana. Sebagai permintaan maaf, aku bakal kasih kalian tempat tinggal dan pekerjaan untuk Jay," kata Sunghoon setulus-tulusnya.
Jay berdiri, menatap sinis pemuda es itu. "Aku ini pencuri, aku mau kerja dimana?"
"Tenang aja, selama ada Nicholas kamu gak akan dipenjara."
"Hah? Aku?"
Sunghoon mengangguk, Nicholas mendengus. Dasar, kenapa selalu dia, dia, dia, dan dia, sih?
"Maaf kak, kayaknya aku tetap tinggal di IESEE," kata Daniel menolak. "Kak Jay sama Kak Jungwon bisa tinggal disana, kok."
"Ide bagus." Jungwon setuju. "Maaf, Kak Sunghoon. Aku gak bisa kembali ke Ice, bayang-bayang organisasi masih muncul di pikiranku. Tapi aku janji, aku bakal berkunjung sesekali!"
Helaan nafas terdengar, dan Sunghoon pun tersenyum. "Iya, gak apa-apa."
Jake terkejut, seorang Sunghoon bisa senyum seperti itu? Wah, kalau begitu Sunghoon harus senyum setiap hari!
"Kalau begitu, ayo pulang. Sebentar lagi gelap, takutnya kesasar," ajak Seon, lalu berjalan lebih dulu menuju kapal kecilnya.
Sunghoon tersenyum lagi, menepuk-nepuk pundak Jay. "Aku minta maaf, selama ini sikapku kurang ajar dan nyakitin hati kamu. Ehm, kalau butuh bantuan, kamu dan adik-adikmu bisa minta tolong ke aku, jangan sungkan."
Jay mengangguk mantap, senyumnya merekah. "Makasih banyak, Hoon."
"Kalau begitu, kita pamit ya. Sampai jumpa."
"Sampai jumpa juga, kakak-kakak!" Balas Jungwon melambaikan tangannya pada Sunghoon, Nicholas, dan Jake yang pergi menyusul Seon untuk pulang ke tempat tinggal mereka.
Tersisalah tiga pemuda ini, larut dalam pikiran masing-masing. Sampai akhirnya...
"Kak, aku kan punya sapi, ayo kita masak rendang!" Seru Daniel heboh dan tak sabar, mencairkan suasana.
"Ihh, aku mau! Daniel bisa masak?!" Tanya Jungwon antusias.
"Bisa dong, Daniel~!"
Tawa Jay pecah, lalu merangkul dua adiknya dengan gemas. "Kalian tuh lucu banget sih, pengen Kak Jay uyel-uyel."
"Hehe, iya dong! Kan kita berdua masih muda, kamu tua," balas Daniel meledek sang kakak.
Jay mendelik. "Heh, sembarangan. Berani kamu sama kakakmu, ya!"
"Kaburrrr!"
"Daniel, jangan lari!"
Jungwon jingkrak-jingkrak sendiri, lalu ikut berlari mengejar kedua keluarganya yang tersisa itu dengan riang. "ASIK, MAIN KEJAR-KEJARAN!"
Di sore itu, kakak beradik tersebut berlari menikmati suasana sore setelah sudah lama tidak bertemu satu sama lain, mencoba menerima apa yang sudah terjadi dengan lapang dada.
Ketiganya tertawa bersamaan, menunggangi naga air buatan masing-masing menuju IESEE, ditemani matahari yang akan tenggelam.
Mereka tidak tahu, kalau kondisi alam di IERE kembali normal, seolah-olah tidak terjadi apapun.
Dan mereka tidak tahu, kalau mayat-mayat yang ada disana, menghilang begitu saja tanpa jejak sedikitpun.
Tinggal epilog hehe,
cepet banget T_T
Gak kerasa cerita ini
mau tamat ueueue :(Btw, minggu depan adalah
final. Semangat votenya-!
Semoga pilihanku dan
pilihan kalian debut, AAMIN !
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE | I-LAND ✓
Fantasía❝ Wilayah perbatasan? Wilayah yang memiliki keduanya? Memangnya ada? ❞