31 ; LAST 2

15.6K 4.5K 1.7K
                                    

Gak deh, epilognya habis ini :v




3 tahun kemudian...

"PARK SUNGHOONNNN!!!"

Sunghoon yang lagi makan langsung tersedak dan terbatuk-batuk, reflek menyemburkan isi mulutnya, kembali ke piring.

Buru-buru ia mengambil segelas air putih, kemudian meminumnya sampai habis. Setelah itu, ia menatap tajam Nicholas.

"Kamu ngapain sih?! Gak lihat orang lagi makan, hah?!"

Nicholas yang lagi heboh langsung menciut, tapi ingin tertawa juga. Soalnya, mulut Sunghoon belepotan.

"Hhh, aku lagi latihan untuk gak marah-marah lagi, loh," lanjut Sunghoon mencoba sabar. "Kamu kenapa teriak-teriak begitu?"

Nicholas pun ingat alasan ia teriak-teriak tadi. "Daniel sama Jungwon datang berkunjung!"

"KENAPA GAK BILANG DARI TADI?!"

Setelah berucap begitu, Sunghoon langsung lari ke luar rumah meninggalkan Nicholas seorang diri. Dasar.
























































"Hai Kak Sunghoon, apa kabar?" Sapa Jungwon dengan senyum manisnya, menunjukkan lesung pipinya.

Senyum Sunghoon merekah, mengusak rambut saudara sepupunya itu dengan gemas. "Aku baik, kamu dan Daniel apa kabar?"

"Kita baik kok, kak. Oh ya, tadi kita dianterin sama Yoonwon, dia baik banget!"

Yoonwon... Yoonwon... ah, Sunghoon ingat. Yoonwon adalah anggota organisasi yang memutuskan untuk jadi asistennya Nicholas.

Daniel menggigil. "Kak, di Ice gak pernah hangat, ya? Dingin banget."

"Namanya juga di Ice, ya pasti dingin dong," celetuk Sunghoon. "Ayo masuk, kebetulan aku lagi masak banyak makanan. Nicholas ada di dalam, makan duluan kayaknya."

"Oke deh! Yuk masuk, makan yang banyak ya! Biar makin tinggi, kecuali Daniel."

"Hehe, oke kak!"

Daniel dan Jungwon mengekori Sunghoon masuk ke dalam rumahnya menuju ruang makan. Interiornya indah sekali, warnanya juga serba biru dan banyak benda yang terbuat dari es, bahkan dindingnya juga.

Barang-barangnya juga tertata dengan rapi, berbeds dengan rumah mereka yang berantakan gara-gara sering dijadikan arena lempar-lemparan antara Daniel dan Jay.

Memang dasar, dua kakak beradik yang satu ini tidak bisa tidak berkelahi, ada saja yang diperdebatkan setiap hari.

Jungwon kok tidak ikut? Iya, dia memang tidak ikut, tapi dia bagian mengompori, bersorak heboh memanas-manasi.

"Ihh, Kak Nicholas makan gak ajak-ajak," sungut Jungwon cemberut.

Nicholas yang kepergok makan ayam sendirian menunjukkan cengirannya. "Hehe, sini makan bareng, nanti keburu habis."

"Iya, kamu yang habisin, kan?" Sinis Sunghoon, dan Nicholas terkekeh saja.

"Ini boleh dimakan, kak?"

"Ya boleh dong, fungsinya makanan emang apa selain untuk dimakan?"

"Untuk lempar-lemparan, di rumah Daniel sama Kak Jay begitu," jawab Jungwon polos, Nicholas jadi tersedak.

Ya ampun, makanan saja dibuat lempar-lemparan? Apa tidak sayang kalau tidak dimakan? Mending buat dia, kan lumayan makanan gratis.

"Oh ya, Jay kemana? Kok gak ikut?" Tanya Sunghoon baru sadar kalau kakak dari kedua temannya itu tidak ada.

"Kak Jay mau ke IERE," jawab Daniel mendadak lesu.

Sunghoon mengangguk paham. Semenjak kejadian itu, Jay sama sekali tidak pernah absen untuk datang ke IERE, entah itu seminggu sekali, sebulan sekali, atau setiap hari.

Iya, serindu itu dia dengan Heeseung, orang yang saat ini terpajang fotonya di gedung pemerintahan sebagai pahlawan hebat yang telah menyelamatkan dunia.

Orang yang dulu dikucilkan dan dicari-cari sebagai buronan, kini dikenang karena perbuatannya melindungi semua orang.

Tidak akan pernah dilupakan.

"Jangan sedih, masih ada kita disini," sahut Nicholas melihat Daniel dan Jungwon berubah murung. "Kalian bisa sering-sering main kesini, menginap atau tinggal juga boleh."

"Iya kak..."

Sunghoon meletakkan sepiring kue cokelat di atas meja, ekspresi Daniel dan Jungwon pun berubah, mereka berdua terlihat senang dan berbinar-binar.

"Dimakan ya, semoga kalian suka."

Sunghoon tersenyum, matanya sampai menyipit dan terlihat menakjubkan di mata mereka.

"Siap kak! Tapi kak, jangan senyum gitu dong, ganteng banget," puji Jungwon lalu pura-pura pingsan.

Wkwk, dasar.






























































Disinilah Jay berada, di tanah kelahirannya. Senyum terukir di bibirnya, menatap lurus ke depan dengan dada yang terasa sesak.

Disanalah rumah neneknya berdiri, tapi kini tidak ada lagi, hanya tanah kosong disana. Jay tersenyum kecut, tempat ini memberikan kenangan buruk, membuatnya tak bisa tidur setiap datang kesini.

Selain itu, dia juga tidak rela, katanya tempat ini akan diinformasikan ke seluruh rakyat dan dibuka untuk tempat tinggal.

Jay belum bisa menerimanya, dia takut IERE tidak seperti sekarang, dia tidak mau ada yang berubah.

Tapi mau bagaimana lagi? Itu keputusan pemerintah, dia sebagai warga hanya bisa menerimanya dengan pasrah.

Jay menggeleng, bukan saatnya memikirkan itu, dia kesini untuk mengenang sang kakak, bukan untuk memikirkan hal berat.

"Udah tiga tahun, ya..." gumam Jay, merasakan rindu yang amat sangat.

Ia menghela nafas, bersiap untuk pulang, untuk melihat foto dirinya dengan Heeseung seperti biasa.

Namun, tanpa sengaja ia melihat bayangan melesat cepat dari balik pohon ke pohon lainnya. Sontak saja ia memasang posisi siaga, mengeluarkan esnya dengan waspada.

"Siapa disana?!"

Tapi kalau dilihat-lihat... k-kok sekilas terlihat seperti... Youngbin?!

Ah tidak, tidak mungkin. Youngbin tidak mungkin hidup kembali, pasti dia berhalusinasi.

"Kebanyakan mikirin peristiwa itu jadi halusinasi, ckck. Ayolah Jay, kamu harus terbiasa," decaknya geleng-geleng kepala, bersiap untuk pulang.






Syut~







CTAK!













Deg!

Panah es tertancap tak jauh di depannya. Sontak saja ia menyerang balik ke belakang dengan bola es tajamnya.

Tapi sebelum itu terjadi, ia membeku. Seseorang berjalan menghampirinya, lalu berhenti, kemudian tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

Disaat itu juga, mata Jay berkaca-kaca, terdiam membisu menahan tangisnya, melihat sang kakak terkekeh seraya merentangkan tangan padanya.

"Hai, Jay. Apa kabar?"

IERE | I-LAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang