18 ; WHAT HAPPENED?

14.5K 4.5K 1.5K
                                    

Nih yang minta update kelima :)



"K-kamu Daniel yang udah meninggal itu?!"

"Aku belum meninggal, kalau ngomong tuh jangan sembarangan!"

"Lah, kata Nicholas kamu udah meninggal!"

"Idih, Nicholas kok dipercaya."

"Terus kok dia bisa ada?!" Heeseung menunjuk Al.

"Ya bisa lah, Daniel kan belajar sihir dari temennya!" Jawab Al ikutan ngegas.

"Siapa? Dari keliatannya, Daniel kayak orang yang gak punya temen," ucap Jake menusuk.

"Heh sembarangan, temenku banyak tau! Ada paus, lumba-lumba, hiu, dan hewan lainnya~ oh ya, sama Al."

"Aku pusing," gumam Heeseung. "Salah satu dari kalian tolong pergi dong, aku jadi takut sendiri lihatnya."

"Oh, oke."

Daniel mengiyakan. Jarinya dijentikkan, dan Al langsung berubah menjadi air dan berubah menjadi uap. Eh? Kok bisa?

"Al itu terbuat dari air," kata Daniel menjawab rasa bingung mereka. "Dia bisa kubuat lagi kok, untuk sementara dia dihilangin dulu supaya gak ganggu obrolan kita. Nah, ada yang mau ditanyakan?"

"Pasti ada! Kenapa kamu ada disini? Kenapa kamu gak tinggal di ice bareng tiga temenmu itu?" Tanya Heeseung, itu pertanyaan yang sedikit mencurigakan.

"Aku dianggap sudah mati karena dibunuh Kak Sunghoon, tapi mereka salah. Aku masih hidup, aku bisa regenerasi sekali, habis itu aku kesini deh. Jangan kasih tau siapa-siapa ya."

"Serius bisa?"

"Bisa dong, Daniel~!"

Jake mendengus. "Kamu mencurigakan."

"Oh ya~?"

"Iya."

Senyum lebar Daniel merekah. "Aku gak mencurigakan kok~ percaya deh, ehe."

"Aku mau tanya lagi," kata Heeseung. "Kamu beneran dari IERE?"

"Iya~"

"Aku gak percaya," sergah Jake. "Wilayah itu mitos, kecuali kamu bisa buktiin wilayah itu memang ada."

"Aku gak ngomong sama kamu, pendek."

"Hoi!"

"Apa hah?! Mau marah?!"

"Ya iyalah!"

"Kan emang fakta!"

"Wah, ngajak berantem?!"

"Ayo berantem, aku pasti menang!"

Heeseung menepuk jidat. Astaga, kenapa mereka berdua malah bertengkar sih? Dia jadi merasa kalau dia adalah seorang kakak mereka yang pusing harus berbuat apa ketika adik-adiknya bertengkar.

Hadeh.














































Udara kali ini cukup dingin, Jay sampai meminjam jaket tebal milik Seon karena kedinginan. Saat ini, dia sendiri di balkon rumah Seon, memandang hamparan pasir dengan sendu.

Dia rindu Heeseung, bagaimana kabarnya? Dia makan dengan baik, kan? Walaupun ada Jake, tetap saja dia khawatir. Heeseung tidak pernah pergi tanpanya, dia takut Heeseung kenapa-napa.

"Hei, yang lain pada nungguin kamu tuh, ayo masuk."

"Nanti deh, Kak Seon. Aku mau disini sebentar lagi."

Seon menghembuskan nafas panjang, memilih berdiri di samping Jay, ikut memandang hamparan pasir di depan sana.

"Kakakmu pasti baik-baik aja, aku yakin."

"Dari mana kamu tau?"

"Instingku selalu benar, makanya organisasi butuh aku."

"Terus kenapa kamu keluar?"

"Aku gak suka, organisasi itu buta. Mereka terus mencari IERE sampai menimbulkan banyak korban jiwa, aku juga gak mau dimanfaatkan lagi sama bapak tua itu."

Jay menoleh ke Seon. "Terus, kenapa Sunghoon bilang kalau kamu pengkhianat."

Senyum getir terukir di bibir Seon. "Semua orang yang keluar dari organisasi dianggap pengkhianat, entah apa yang terjadi sama dia. Padahal, dulu Sunghoon gak kayak gitu."

"Aku curiga, apa mungkin Sunghoon dihasut atau dicuci otaknya?" Duga Jay, Seon pun tertawa.

"Haha, dugaan kita sama. Tapi aku gak mau berprasangka buruk, bisa-bisa aku dibunuh sama dia."

Jay mengusap tengkuk lehernya kikuk. "Err... iya juga sih."

"Yuk masuk, aku buatin teh hangat tadi. Kamu harus cerita tentang kakakmu itu, aku penasaran bagaimana sosok orang yang bikin kamu galau begini."

Jay mendelik. "Hei! Aku gak galau!"

"Gak usah malu, aku justru iri sama kamu."

"E-eh?"

"Kamu beruntung punya orang yang selalu ada buat kamu, sejak dulu aku hidup sendiri. Ah, sudahlah abaikan. Ayo masuk."

Tangan Seon merangkul Jay, membawanya masuk ke tempat dimana teh hangat buatannya diletakkan.

Mereka berdua tidak menyadari kalau Niki dan Sunoo menguping pembicaraan mereka dari balik dinding.

"Aku jadi kangen Kak Jaeho," gumam Niki, dia sangat rindu, jujur.

"Aku kangen rumah," balas Sunoo. "Aku kangen kasur empukku, aku kangen ramuan-ramuan sihirku, aku kangen phoenix peliharaanku."

"Ah tau lah, kita ikut minum teh aja yuk. Eh tapi, aku ada ide bagus."

Sunoo langsung antusias. "Apaan tuh?"

Niki celingak-celinguk memastikan Sunghoon tidak ada di dekat mereka, lalu berbisik, "Ayo kabur, ajak Kak Jay kabur juga."

"Hehhh, kamu kok berani banget?"

"Aku udah gak tahan, mumpung ada perahu, kita bawa aja perahunya."

"Gak ah, nanti bahaya."

"I-iya juga sih, tapi lihat nanti aja deh. Kalau aku beneran kabur, kalian tinggal pilih mau tetap disini atau ikut."

"Ehm, oke..."





















































Mereka tidak tahu kalau Sunghoon berada di dalam kamar mandi. Tangan kanannya mencengkram erat gagang pintu, sementara tangan kirinya memegang kuat kepalanya.

Dan tak berselang lama, tatapannya berubah kosong. Apa yang terjadi padanya?

IERE | I-LAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang