19 ; THE BEGINNING OF JAY'S POWER

14.4K 4.5K 1.1K
                                    

Burung-burung berkicau, hari sudah pagi. Sinar matahari yang masuk lewat jendela menyilaukan mata, membuat Jungwon terbangun dari tidurnya.

Pelan-pelan dia ambil posisi duduk, bersandar pada dinding seraya mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya.

Kepalanya pusing, badannya sakit. Dan... siapa yang membawanya kesini? Ini kamar siapa? Dia dimana?

"Eh? Kak Jungwon udah bangun."

Taki muncul di pintu, membawa nampan dengan segelas air putih dan semangkuk bubur. Kemudian, ia duduk di kursi, di samping ranjang yang ditempati Jungwon, meletakkan nampannya ke atas meja, lalu menempelkan punggung tangannya ke kening Jungwon.

"Panasnya udah turun, Kak Jungwon sehat sekarang!" Ucapnya senang.

"Ehm Taki... aku kenapa, ya?"

"Kak Jungwon serang Kak Jaeho, Kak Jungwon mau bunuh Kak Euijoo, tapi dihentikan sama laki-laki bertopeng, terus Kak Jungwon pingsan. Kak Nicholas yang bawa kesini."

Ah, sekarang Jungwon ingat. Astaga, kenapa dia bisa kelepasan begitu, sih? Kalau begitu, mereka tahu dong kekuatan yang selama ini ia sembunyikan?

"Terus mereka dimana?"

"Ada di teras, lagi makan bubur bareng," jawab Taki. "Aku kaget loh kak, mereka akrab banget. Padahal, sebelumnya mereka sempet berantem."

Mendengar itu, Jungwon langsung lega. Setidaknya tidak ada yang terluka parah akibat dirinya.

"Maaf ya, Taki."

Taki terkejut. "Kak Jungwon jangan minta maaf sama aku, Kak Jungwon kan gak salah apa-apa."

"Taki, maaf. Maafin aku ya, maaf. Hiks... hiks..."

"Ehh kok nangis?!"

Taki panik sendiri saat Jungwon memeluknya dan menangis tiba-tiba, dia sempar berpikir Jungwon kesurupan.

"Dari dulu aku selalu bahayain orang lain, ayah buang aku dan punya keluarga baru. Aku selalu bikin orang celaka karena kekuatanku, aku... aku..."

"Kak Jungwon, semua manusa itu punya kelebihan dan kekurangan. Kekuatan Kak Jungwon itu hebat banget loh, jangan menyalahkan diri sendiri. Suatu saat nanti, Taki yakin kekuatan Kak Jungwon bisa dikontrol dengan baik, asal Kak Jungwon mau berlatih dan berusaha."

"HUAAAA TAKIIII!"

"Loh, aku salah ngomong ya??? Kok tambah nangis?"
































































PRANG!




"PARK SUNGHOON, BERHENTI!"

"SIALAN, TERNYATA KAMU SAMA LICIKNYA KAYAK DULU, KAK SEON!"

"Kak Sunoo, gimana nih?"

"Gak tau!!!"

"Woi, bantuin tahan dia dong!" Seru Jay marah karena tidak ada yang membantunya.

"Lepas gak! Dia itu mau bunuh kita, KAMU GAK SADAR, HAH?!"

"Apa-apaan kamu!" Bentak Seon marah, tidak terima dengan tuduhan Sunghoon.

"PENGKHIANAT! SEHARUSNYA KUBUNUH KAMU SEJAK DULU, CHOI SEON!"

"SUNGHOON!"






BUGH!





Badan Sunghoon menghantam meja, ia menyentuh pipinya dengan tatapan tajam, mengarah pada Jay yang baru saja meninjunya.

"KAMU GILA YA?!"

"Aku?! Kamu yang gila, Hoon! Kamu ngapain hah?! Semalaman tatapanmu kosong, dan sekarang nuduh orang sembarangan! Kamu kenapa?!"

"Diam!"







KRAK!






"Kak Jay!!!!"

Sial, kaki Jay tidak bisa digerakan, kakinya beku. Dipukul-pukul dengan batu tidak pecah juga, esnya kuat!

"Seon... kamu tahu letak IERE, kan?" Sunghoon berjalan mendekati Seon, menggenggam kuat pedang esnya. "Antar saya kesana, sekarang juga."







Wush~








PRANG!






"Melempar barang dengan kekuatan anginmu terlalu mudah untuk dilawan."

Sunoo dan Niki yang berdiri di pojokan karena takut jadi semakin takut melihat itu. Setiap langkahnya, lantai yang dipijak Sunghoon berubah menjadi es dan tidak menghilang.

Kalau sudah begitu, itu tandanya Sunghoon benar-benar tidak ingin dilawan.

"Kei dan Hanbin sudah saya bunuh, sekarang giliran kamu," ucap Sunghoon mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.

"Baiklah! Akan kuberitahu!"

Pedangnya berhenti beberapa centi dari wajah Seon, hampir membelah kepalanya menjadi dua.

Sunghoon terkekeh menyeramkan, menurunkan pedangnya pelan-pelan, kemudian menepuk-nepuk pundak Seon seraya berkata, "saya tahu wilayah IERE itu memang ada, jadi saya mau kamu antar saya dan dua anak itu kesana, sekarang juga."

"Hei, maksud kamu 'dua' apa?!" Seru Niki merasa janggal.

Sunghoon berbalik menatap mereka, menunjukkan smirknya dengan santai. "Iya, dua. Kamu dan Sunoo."

"Tapi kan Kak Jay juga jalanin misi!"

"Loh, memangnya dia mau? Bukannya dia ikut saya karena mau cari kakaknya, ya? Jadi, buat apa dia ikut? Dia cuma penganggu, lebih baik saya bunuh saja."

"Apa kamu bilang?!"

"Sudahlah, ayo berangkat. Saya gak suka berlama-lama, membuang waktu saja."

"Hei! Setidaknya hancurkan es di kakiku!" Panggil Jay, namun apa balasan Sunghoon?



















































"Saya tipe orang yang suka menghancurkan es dengan pedang, kamu mau kakimu saya potong?"

Setelah mengucapkan hal itu, Sunghoon berjalan keluar lebih dulu karena tak mau membuang waktu, dia juga mengancam Seon, Niki, dan Sunoo jika tidak ingin ikut dengannya.

"Maaf, Kak Jay," ucap Sunoo merasa menyesal karena tidak bisa berbuat apapun.

"Gak apa-apa, kalian susul dia, aku baik-baik aja disini," balas Jay dengan senyum terpaksanya.

"A-aku mungkin bisa melelehin esnya."

"Jangan, Sunghoon bisa marah kalau kalian terlambat."

"Maaf, Jay." Seon ikut merasa menyesal dan merasa bersalah.

"Gak apa-apa..."

Niki berlari menyusul Sunghoon terlebih dahulu, tidak sanggup melihat Jay jadi terlihat menyedihkan begitu. Seon merangkul Sunoo, membawanya ikut menyusul.

Di dalam keheningan, kepala Jay tertunduk, kedua tangannya terkepal erat. Dalam kepalanya ia berpikir bagaimana cara untuk menghancurkan esnya. Sejenak ia membungkuk sedikit menyentuh es di kakinya.

Dan hal mengejutkan terjadi. Es tersebut perlahan-lahan mencair, airnya naik ke pergelangan tangannya.

Lama-kelamaan, es di kakinya benar-benar hilang, kakinya bisa bergerak bebas. Jay senang, senang sekali. Namun setelah itu ia sadar.







































































Kalau es yang mencair tersebut membentuk bola air di atas telapak tangannya, sebelum menjadi es dan pecah menjadi kepingan salju.

IERE | I-LAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang