"Jungwon, kamu gila ya?!" Seru Jaeho mencoba menghentikan, tapi Jungwon tidak mendengarkan. "Hoi, kamu pikirin kita juga, dong! Jangan seenak jidat pake kekuatan begitu!"
Air semakin besar, listrik terasa menyengat walau jarak mereka tidak terlalu dekat. Ini berbahaya, Jungwon tidak mau mendengarkan.
Apa yang sebenarnya terjadi?
"Kalian... minggir."
"Hei Jungwon, aku tau kamu marah, tapi apa kamu gak mikir? Warga disini bisa terluka!"
"Terus, apa dia gak mikir perkataannya bikin hatiku terluka?"
Oke, kesabaran Jaeho sudah melebihi batas. Mau tak mau, ia mengeluarkan kekuatan terbesarnya, pedang api. Tak peduli lagi apa yang akan terjadi nanti, ia berdiri ke depan Euijoo, dan Jungwon pun tertawa.
"Haha! Kamu mau lindungin dia?"
"Jangan banyak bicara kamu!"
Set!
TANG!
"Kamu pikir kamu doang yang bisa bikin pedang, huh?" Tanya Jungwon meremehkan, lalu menyerang Jaeho tanpa jeda dengan pedang air beraliran listriknya.
Jaeho tidak tinggal diam, ia menahan serangan seraya mencari celah agar bisa menyerang Jungwon dalam waktu singkat.
Suara pedang beradu, tak memberi celah bagi keduanya agar berhasil menyentuh tubuh mereka. Ini kesempatan untuk membawa Euijoo pergi ke tempat yang aman.
"Euijoo, ayo pergi," ajak Geonu tanpa basa-basi lagi. "Nicholas, kamu tau daerah sini, kan? Tolong tunjukin jalan, ya."
Nicholas mengangguk mantap. "Ayo lewat sin-"
BZZZTTT
"Mau kemana?"
Oh tidak, mereka tidak bisa pergi kemana-mana. Jungwon baru saja membuat dinding listrik, mengurung mereka di dalamnya.
"Woi, sadar dong! Jangan biarin amarah menguasai dirimu!" Seru Jaeho, lalu kembali maju untuk menyerang.
TANG!
BUAGH!
"JAEHOOO!"
"Ugh..."
Badan Jaeho jatuh telentang menghantam tumpukan kayu di belakang, tendangan Jungwon kuat sekali sampai membuat darah keluar dari mulutnya.
"Hei kak, kalau kalian gak mau mati, lebih baik minggir sekarang juga!" Perintah Jungwon, matanya berkilat emosi.
Geonu berpindah posisi ke depan Euijoo, menggeleng pelan. "Maaf Jungwon, aku gak mungkin biarin kamu bunuh Euijoo."
"Y-ya! Aku juga!" Sambung Nicholas. "Kalau kamu serang dia, aku yakin kamu bakal serang yang lain juga. Jadi buat apa pergi kalau tetap kena? Lebih baik melawan, tapi sebaiknya kamu berhenti!"
"Hahaha!" Tawa Jungwon pun pecah. "Jadi, kalian mau tolong dia? Iya? Ya udah deh kalau begitu..."
Tawa Jungwon berhenti mendadak, raut wajahnya berubah dingin dan pedangnya ia ayunkan ke atas. "Maaf, kalian semua jahat."
BYUR!
Belum sempat Jungwon menyerang, pancuran air datang membasahi tubuhnya dari kepala sampai kaki. Keheningan menyelimuti mereka, sampai akhirnya...
"Heh, kalau kamu belum bisa mengendalikan kekuatan kamu, jangan dipakai sembarang," ucap seseorang dari atas rumah, duduk santai dengan satu kaki di angkat.
"Kamu siapa?!"
Al terkekeh tanpa suara di balik topengnya, kemudian ia turun menggunakan tangga air buatannya, membuat mereka menganga takjub, kecuali Jungwon tentunya.
"Aku? Jadi duta shampo lain? Ahahaha, ups."
"Kamu bener-bener ya!"
BYUR!
Lagi-lagi, pancuran air menyiramnya. Al mendongak, melangkah maju menghampiri Jungwon, kemudian menyentil keningnya.
"Dasar, jadi orang harus sabar dong. Kalau marah nanti cepat tu-"
"Kurang ajar!"
ZLUP!
"E-eh?"
Pedang Jungwon berhenti, dia menusuk dinding air?
"Kekuatan kamu sama sekali gak pantas untuk dimiliki sebelum kamu berhasil kontrol emosimu," ucap Al datar, lalu menjentikkan jarinya.
BZZZT!
"ARGHHH!"
"Hei hei, apa yang kamu lakukan?!" Geonu reflek berseru marah melihat Jungwon tersengat listriknya sendiri. Dia langsung mengeluarkan apinya untuk menyerang Al, namun Al menempelkan jari telunjuknya di bibir, menyuruh diam.
"Sst, kamu diam saja ya, nanti kamu kena juga. Dia bakal baik-baik aja, kok."
Erangan Jungwon terus terdengar, menimbulkan perasaan bersalah dari lubuk hati Euijoo. Jungwon begitu karena dirinya, begitu pikirnya.
"Nah, sudah selesai."
Tik!
Tepat setelah Al menjentikkan jarinya, badan Jungwon ambruk ke tanah dan tidak sadarkan diri. Tidak ada lagi air dan listrik yang keluar dari tangannya, Jungwon telah kembali seperti semula.
"Kalian jaga dia dengan benar, bilang ke dia kalau kekuatannya harus dikontrol kalau gak mau kekuatan itu menguasai dirinya. Aku pamit."
"Terima kasih banyak," ucap Geonu lega.
Euijoo masih diam. Namun tak berselang lama, ia tersenyum. "Terima kasih..."
"Sama-sama, sampai jumpa lain kali!"
"Tunggu!" Seru Nicholas, Al pun berhenti.
"Ya? Kenapa?"
"Kamu siapa? Kamu tinggal dimana?"
Al terkekeh. "Panggil aja Al, aku dari... dari mana hayo, coba tebak."
"Emm, kamu dari-"
"Maaf ya, masih ada hal yang harus ku urus," potong Al, sebelum membuat gelembung air berukuran besar dan duduk di atasnya.
Kayak boboiboy aja awokawok.
Jaeho terkagum-kagum. "Keren banget."
Al bertepuk tangan. "Iya, keren. Tapi, lebih keren lagi kalau organisasi berhenti cari IERE."
"H-hah?"
Baru dibuat kagum, eh langsung dibuat bingung.
"Kamu tau dari mana?!" Tanya Euijoo curiga, bersiap untuk menyerang.
"Tau dong, kan orang-orang suruhan kalian sering lewat laut terus merusak ekosistem dan mengusik ketenanganku."
"Tunggu sebentar, jangan bilang-"
"Iya," jawab Al cepat. "Aku yang tenggelamin kapal mereka. Ada masalah?"
"Jelas itu masalah, pantas saja tidak ada yang bisa melewati laut itu, ternyata kamu!"
"Loh, kenapa? Mereka merusak tempat tinggalku, mereka menganggu ketenanganku, dan mereka orang jahat."
"Kamu sebenarnya siapa, sih?!"
Dari balik topengnya, Al terkekeh.
"Aku penjaga IESEE, utusan langsung dari Daniel Kim yang dibunuh oleh Park Sunghoon lima tahun yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE | I-LAND ✓
Fantasía❝ Wilayah perbatasan? Wilayah yang memiliki keduanya? Memangnya ada? ❞