"Ohh, gitu."
Sunghoon mangut-mangut saja mendengar laporan dari dua penjaga dinding tersebut. Mereka melaporkan kalau ada yang berani melewati dinding dan kabur, dibantu oleh orang lain yang mereka tidak tahu.
Sunghoon tersenyum miring, ia sudah menduga kalau anak-anak itu akan melanjutkan perjalanan, mereka pasti memikirkan ancamannya.
"Buka pintunya, kita mau lewat," perintah Sunghoon kemudian, namun kedua penjaga tersebut menggeleng bersamaan.
"Maaf, yang bisa melewati dinding ini hanya lima orang saja. Salah satu harus tinggal untuk menunggu gil-"
CRASH!
"Udah, kan? Sekarang buka pintunya."
Penjaga bernama Jaebeom terdiam sejenak, terkejut dengan apa yang Sunghoon lakukan. Sungchul, rekan penjaga dindingnya juga diam seraya membuka pintu.
"Park Sunghoon!" Bentak Euijoo marah. Jelas dia marah, Jimin baru saja tewas di depan matanya akibat tebasan pedang es milik Sunghoon yang sangat tajam.
Salju yang putih berubah menjadi merah, darah merembes masuk ke dalam salju, bau anyir menyengat menganggu penciuman mereka.
Jungwon yang sedang tidak enak badan merasa mual melihat kepala yang terpisah dari tubuh itu. Untungnya Youngbin dengan cepat membawanya menjauh, karena posisi mereka tepat di belakang Jimin.
Jungwon pucat, sepertinya efek mengeluarkan energi terlalu banyak saat melakukan telekinesis pada tas Sunoo tadi.
"Ayo jalan, jangan lambat."
Sunghoon keluar lebih dulu menuju gurun, disusul Jaeho dan Geonu yang berbisik-bisik membicarakan Sunghoon. Hadeh, disaat begini masih bisa bisik-bisik, tidak takut ditebas Sunghoon apa ya?
"Sunghoon..."
Kedua tangan Euijoo terkepal erat di kanan dan kiri tubuhnya, ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi.
"Euijoo, ayo," ajak Youngbin, sengaja menunggunya.
Euijoo mengangguk, namun sebelum menyusul ia mendekat ke Jaebeom dan Sungchul, lalu membisikkan sesuatu.
"Jaga dinding ini dengan benar, aku punya firasat buruk. Kayaknya, nanti bakal ada orang yang datang, badannya tinggi."
"Silahkan dinikmati hidangannya, maaf ya cuma segini," kata Taki, adik sepupu Kei setelah menyajikan berbagai buah dan minuman segar di atas meja.
Saat ini, mereka berada di kediaman Kei dan Hanbin. Iya, mereka berdua tinggal bersama, menjadikan tempat ini sebagai markas rahasia dan tentunya setelah membuat identitas palsu.
Sunoo paling pertama mengambil buah mangga karena kelaparan, sudah lama ia tidak merasakan mangga semanis ini. Jay pun sama, bahkan dia sudah habis dua buah apel.
"Kalian mau lanjutin perjalanan besok, kan?" Tanya Hanbin sambil menjentikkan jari.
Heeseung yang sedang minum tersedak, kemudian terbatuk-batuk sambil menepuk dadanya, Niki melayangkan tatapan sinisnya, dan Jake hanya diam dengan wajah datarnya.
"Iya dong, sekarang udah sore. Bahaya jalan di gurun malam-malam, nanti ada kadal gurun," jawab Nicholas mewakili mereka.
Jawaban Nicholas tentu saja membuat keenam remaja itu menolehkan kepala, menatapnya tajam. Apa-apaan itu, seenaknya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE | I-LAND ✓
Fantasy❝ Wilayah perbatasan? Wilayah yang memiliki keduanya? Memangnya ada? ❞