Hayo, siapa yang ngira Jungwon itu adik kandungnya Jay? :)
"Bunga melati?"
"Ada."
"Daun pohon pinus?"
"Ada."
"Lendir siput?"
"Err... ada."
"Tiga duri landak?"
"Ada."
"Delapan sisik ular?"
"Belum ada, Kak Jaeho masih coba bunuh ularnya."
Sunoo mengangguk-angguk. Sembari menunggu, dia mencampurkan semua bahan ke dalam genangan air untuk direbus, tentunya air tersebut dibuat mendidih pakai api.
Sebenarnya ada perasaan was-was karena orang-orang organisasi itu banyak yang menyerang mereka, beruntung ada Jungwon yang melindungi mereka.
Tak berselang lama, Jaeho datang seraya mengusap peluh di keningnya. "Ini sisik ularnya, cukup kan?"
"Iya, makasih banyak, ya."
Jaeho mengangguk saja, kemudian duduk di atas batu. Dia lemas, pusing.
"Nah, Niki kamu jangan deket-deket, nanti kena asap."
"Harus banget gitu?"
"Kalau kamu mau mukamu jadi hitam sih gak apa-apa."
Niki mengangkat kepalan tangan kanannya, berpura-pura ingin memukul Sunoo. Daripada menganggu pekerjaan temannya itu, dia memilih duduk di samping Jaeho seraya berjaga-jaga tentunya.
"Kak, kamu merasa ini gak nyata, gak?"
"Iya... aku gak nyangka bisa ada disini, di wilayah yang orang tuaku ceritain."
Niki mengangguk setuju. "Aku harap wilayah ini baik-baik aja, semoga wilayah ini gak beneran hilang."
"I-iya..."
Niki menoleh ke Jaeho, kerutan muncul di keningnya. "Kak, kamu gak apa-apa, kan?"
"Ni-Niki, tolong menjauh sekarang."
"Kamu kenapa?!"
"Menjauh sekarang, Niki!" Jaeho mendorong Niki untuk mundur, sialnya malah menginjak ramuan yang sedang dibuat Sunoo.
"Aduh, kalian kalau bercanda jangan sampai ganggu, dong!" Sunoo marah. "Ini buatnya susah, seharusnya kalian paham! Eh, Kak Jaeho ke-kenapa?!"
"Aku gak tau!"
Mendadak, Jaeho diam bagaikan patung, menciptakan suasana hening disana. Kepala Jaeho menghadap ke bawah, menunduk menatap tanah.
"K-Kak?" Panggil Niki, namun tidak ada respon.
Sampai akhirnya, Jaeho bergerak maju mencekik Niki dan menindihnya. Cekikannya cukup kuat, tidak bisa dilepas!
"Mati... mati... mati."
"Kak Jaeho, lepas!" Seru Sunoo menarik tangan Jaeho dan mendorongnya.
Tapi apa, dirinya didorong kuat sampai menghantam pohon di belakang. Kepalanya membentur batu, sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap.
"Haha, mati... mati... mati..."
"Khhhh.... le-lepas..."
Niki berusaha sekuat tenaga untuk melepas cekikan Jaeho, tapi tenaganya terlalu kuat. Ingin menggunakan apinya, tapi dia tidak mungkin melukai temannya sendiri.
Prok prok prok
"Aku suka pemandangan ini."
Suara orang yang sangat asing membuat Niki terkejut, ingin menoleh agar bisa melihat orang itu tapi tidak bisa. Nafasnya tersengal-sengal, dadanya mulai sakit.
"Lepas cekikannya."
Bagaikan robot, tangan Jaeho terlepas dari leher Niki, membuat Niki terbatuk-batuk seraya menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Orang itu tersenyum lebar, berjalan mendekati Niki dan menyentuh kepalanya.
"Maaf ya, energi dan kekuatanmu kuambil dulu."
Niki terbelalak. "Jangan... jangan─ ARGHHHH!!!!!"
"ARGHHHH!"
Setelah memukul anggota organisasi yang tersisa, Jungwon langsung berlari ke tempat Niki, Sunoo, dan Jaeho berada.
Betapa terkejutnya ia ketika melihat Niki mengerang kesakitan. Warna merah keluar dari tubuhnya, terserap masuk ke dalam tangan seseorang yang memegang kepalanya.
Sampai akhirnya, warna merah itu menghilang. Dan Niki pun ambruk dengan wajah pucat pasi dan tak lagi bergerak.
"Nah, sekarang giliran kamu," ucap orang itu pada Jaeho.
Jungwon menggeram marah. "Hei! Siapa kamu?! Apa yang kamu lakukan, hah?!"
Posisi orang itu membelakangi Jungwon, membuatnya tak bisa melihat wajah orang itu. Orang itu tidak berbalik, justru malah tertawa dan memegang kepala Jaeho dengan santai.
"Giliran kamu itu nanti, jadi sabar dulu, ya."
"ARGHHH!!!!"
"HEI, BERHENTI!"
Tak peduli apakah orang itu berbahaya atau tidak, Jungwon berlari cepat mengangkat pedangnya bersiap untuk menyerang.
Orang itu tetap menjalankan aktivitasnya, membuat amarah Jungwon meledak disaat itu juga.
"KUBILANG BERHENTI YA BERHENTI!"
"Kamu salah main-main denganku, Jungwon."
Jungwon terbelalak, reflek berhenti dan menghindar ke sembarang arah menghindari bola api yang jatuh dari atas.
Huft, untung saja. Kalau tidak, tubuhnya pasti terbakar. Eh tapi, api itu bukan berasal dari orang itu, tapi dari arah lain.
"Sebaiknya kamu lihat siapa yang menyerangmu, selamat bertemu dengan bonekaku!"
Tubuh Jaeho ambruk ke tanah, kondisinya sama persis dengan Niki, tak lagi bernafas dan bergerak. Jungwon ingin menyerang orang itu, ingin mengabaikan perkataan orang itu.
Tapi melihat sosok orang yang ia kenal, tanpa sadar ia menjatuhkan pedangnya. Kedua matanya membulat sempurna, orang itu dengan tatapan kosong itu...
"K-Kak Geonu..."
"Gimana? Kekuatanku keren kan bisa mengendalikan dia?"
Jungwon mengepalkan tangannya erat, tanpa takut ia berlari ke arah orang itu bersiap menyerang dengan listrik bertegangan tinggi.
"Jadi kamu ya... JADI KAMU PEMBUNUH PARA RAJA, KAK YOUNGBIN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE | I-LAND ✓
Fantasy❝ Wilayah perbatasan? Wilayah yang memiliki keduanya? Memangnya ada? ❞