32. Kabar Baik?

63 11 19
                                    






-Kabar Baik-







Masih di tempat yang sama sekelebat bayang si dia yang minta di payungi meski tubuhnya jauh lebih tinggi mampir dalam rasa kalutnya. Matanya yang menyipit serta senyum candunya, satu titik dekat sudut matanya, tatapan tajamnya begitu jelas ia lihat saat ini. Di antara rasa tidak menentu, apa semua ini adalah yang seharusnya terjadi, Lee Jeno jelas-jelas dia yang Hyura inginkan bukan pemuda Na yang kini juga tampak jengah seperginya si bapak yang memberi gagasan perintah menikahi dirinya.

Pemuda berjas universitas yang membawanya pergi seusai kuliah, membeli makanan ringan dengan langkah riang sepanjang jalan. Lee Jeno, jelas pemuda itu yang ingin dia jadikan suaminya di masa depan. Bukan malah dia yang sama sekali tidak ia kenali yang mampir dalam hidupnya akhir-akhir ini, mengacaukan semuanya, memporak-porandakan perasaannya.

"Jadi, apa sekarang kamu puas?" Tanya si gadis yang masih diam dalam posisi yang sama, tanpa mengalihkan mata dari depan sana dia bisa merasakan hembusan nafas pasrah Na Jaemin.

"Sekarang apa lagi?! Lihat, guyonan yang kamu anggap gak akan berdampak apa-apa, guyonan yang kamu anggap gak akan merugikan siapa-siapa. Kamu tahu apa yang baru aja terjadi??! Dia papa kamu, kamu denger apa yang dia bilang?? Hah!! Jawab Na Jaemin!!"

Jaemin yang masih merasakan hantaman besar dalam dirinya hanya berdiam diri merasakan rasa nyeri tidak peduli bahkan tuli dengan teriakan si gadis, tidak ia sangka makan malam yang seharusnya berakhir biasa saja dimana dia yang akan kembali masuk kamar dan berkutat dengan laptopnya berubah sendu karena kesalahannya.

Tidak ada suara dalam beberapa menit hingga Hyura menghembuskan nafas beratnya lagi, menyentuh kepalanya sendiri yang tiba-tiba saja penuh pengap dengan kalimat terakhir Tuan Na. "Aku benci kamu Jaemin!"

Dua tungkainya berlarian masuk kedalam rumah pergi berlalu menuju rumahnya sendiri setelah berteriak penuh kebencian pada Jaemin, dengan satu hal yang membuat air matanya jatuh.

🍁🍁

Tersedu-sedu, meremat ujung baju. Enggan bicara selain dalam hati yang mengutuk keadaan. Apalagi ini, kenyataan apalagi yang membuat dirinya masuk dalam situasi sulit. Sebuah lengan merangkul bahunya ia percaya Lee Jeno yang melakukannya namun dia menghilang saat Hyura menolehkan kepala ke arahnya, halusinasi yang tidak ia sadari.

Jaemin melangkah pelan meski penuh ragu, mendorong sebatang kayu yang di jadikan sebuah pintu.

"Pergi kamu dari sini!"

"Dengerin gue dulu."

"Aku benci kamu, dan gak ada perasaan lain selain itu. Jadi tolong kamu pergi jauh dari aku!"

Jaemin menulikan telinga, dia mendekati Hyura meski dalam keberanian yang ia kumpulkan sekuat tenaga. Duduk tenang di sebelah gadis yang masih setia menjatuhkan air mata.

"Aku bilang pergi!!"

"Dengerin gue-"

"Aku gak mau dengerin kamu, aku gak mau kamu ngomong apapun. Tolong pergi dari sini!"

Jaemin tetap kukuh, dia tidak ingin pergi. "Gue tahu lo kaget, gue juga sama. Lo bingung, gue juga sama."

"Kalau gitu bilang sama papa kamu kalau kita gak punya hubungan apa-apa, bilang kita gak saling kenal. Bilang semua kenyataan nya Jaemin bilang!!" Teriaknya di ujung.

Tanpa Judul🍁 Nomin ft Oh Hyura✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang