49. Pilihan Takdir

45 7 20
                                    




-Pilihan Takdir-





Seperti apa rupa Sarah setelah sekian lama mereka tidak berjumpa, adalah pertanyaan yang selalu terngiang dalam benak Hyura. Dia rindu ocehan Sarah dengan kalimat-kalimat yang selalu ia selingi dengan bahasa Inggris, bagaimana kabar hubungannya dengan Mark yang juga belum sempat Hyura temui hingga saat ini. Namun, sebelum semua pertemuan itu terjadi Hyura memilih untuk menyaksikan Jeno di atas motor balapnya malam ini, biar sebagian rasa rindunya ia sisihkan terlebih dulu agar ia bisa menyaksikan Jeno mungkin untuk terakhir kali sebelum ia mendedikasikan seluruh hidupnya untuk Na Jaemin.

Riuh tepuk tangan dengan kenalpot bising yang mengiringinya membuat Renjun sedikit mendecak kesal, apa-apaan kini setelan kasualnya nampak terlihat sangat rapi di bandingkan mereka yang memamerkan jeans bolong dan baju kurang bahan yang mereka banggakan. Jika bukan karena permintaan Hyura, ia lebih memilih menikmati alunan klasik dan menyantap remahan gorengan di rumahnya daripada memperdengarkan gemuruh suara motor yang memekakan telinga.

"Woy!! Renjun?" Sapaan penuh tanya membuat atensi adam dan hawa itu teralihkan pada sosok jangkung dengan senyum penuh percaya diri di bibirnya.

"Bang Lucas," Renjun menerima layangan tangan yang mengajaknya ber-high five ria.

"Tumben lo kesini, sama siapa?"

"Gue sama temen gue, kita mau lihat balapannya Jeno."

"Oww..hai girl, kayaknya kita pernah ketemu."

Iya Hyura ingat, kala itu pemuda jangkung ini selalu memanggil Jeno saat ia membatalkan balapannya.

"Aku Hyura."

"Ohh..Hyura yang dulu pernah ikut kesini juga kan."

"Iya," Hyura mengangguk dia senang laki-laki jangkung di hadapannya masih mengenalnya. Dan itu berarti mungkin hanya Hyura lah satu-satunya perempuan yang menghampiri Jeno di arena perangnya.

"Ya udah bro gue mau lanjut dulu, lihat hadiah yang bakal gue bawa pulang malam ini haha, enjoy bro," tawa Lucas pecah pada Renjun yang hanya mengangkat sebelah tangan mempersilakan Lucas undur diri.

"Lo pernah ketemu sama dia?" Tanya Renjun.

"Iya, waktu Jeno gak jadi balapan dan bilang kalau aku dewi keberuntungan buat dia."

"Dewi keberuntungan? Lo gak inget waktu itu Jeno marahin lo habis-habisan??"

"Kamu ini ngomong apa sih Jun, dulu bahkan Jeno bilang kalau aku gak datang kesini dia bisa celaka."

"Lo yang ngarang, jelas-jelas Jeno marah bahkan dia gak ngomong sama lo selama tiga hari dan lo di-"

'Jangan rusak kepercayaannya, biarkan itu hilang dengan sendirinya. Terapi ini bukan membuat ia terpaksa mengingat semua kejadian tapi menuntun setiap kejadian hingga dia sadar jika kepercayaannya itu salah."

Renjun tidak melanjutkan kalimatnya ia ingat pesan kak Jera tentang delusi dan halusinasi yang tidak pernah Hyura sadari, dia tidak bisa sekaligus membantah hal yang salah jika itu terjadi Hyura bisa saja kembali depresi karena merasa tidak terima.

Tanpa Judul🍁 Nomin ft Oh Hyura✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang