-Daun kering-
Seribu kata yang tak akan pernah terucap aku telan kembali kedalam perut ku. Semua terasa percuma, melihat mu dengannya berjalan berdua sedang hati ini selalu merasa sesak di dada. Kau tahu berapa banyak kupu-kupu yang dulu terbang di kepala ku kini satu-satu berjatuhan tersapu belenggu yang sendu.
Seorang gadis bermarga Oh itu kini tengah duduk di sebuah cafe yang mulai sepi, hampir jam sebelas malam dan dia belum ingin beranjak dari duduknya. Menulis serangkai kata yang benar-benar menggambarkan perasaannya, di atas kertas buku harian yang telah menemaninya satu tahun belakangan ini. Halaman sebelumnya juga begitu, berisi lirihan hatinya yang merindu namun tak kunjung bertemu ujung yang dia inginkan.
Sendu mengundangnya untuk tetap berdiam diri meresapi kata demi kata pengantar rasa kelam dalam hatinya, di temani segelas kopi yang berangsur dingin bersama temaram lampu jalan.
"Udah malem kenapa belum pulang?"
Pemuda jangkung yang nampak tegap dan rupawan dengan apron hitam yang melingkar di sekitar pinggangnya mulai mendekat dan itu sukses membuat Oh Hyura mengalihkan pandangannya dari jalanan yang anehnya bahkan tidak terlihat sepi di balik kaca jendela lebar yang berada di sampingnya.
"Hmm," di berikannya gumaman aneh pada pemuda itu.
"Udah malem, kenapa belum pulang?" Ulangnya lagi dengan nada yang sama.
Gadis yang berada di depannya itu kini nampak menghela nafas panjang, entahlah akhir-akhir ini hubungan Oh Hyura dengan Tuhan benar-benar kacau dia bahkan lupa untuk berdo'a agar di berikan kemampuan untuk menghindar dari pemuda ini.
Lee Jeno, demi Tuhan Oh Hyura sangat menyukai pemuda yang menyandang gelar sebagai sahabatnya ini. Seorang pekerja di cafe yang sering ia kunjungi, anak laki-laki yang kini beranjak dewasa dengan segala pesonanya. Namun sayang, alam tidak berpihak pada Oh Hyura untuk sekedar memilikinya.
"Kenapa hmm? Ada masalah?"
Lee Jeno akhirnya mengalah dan memilih untuk duduk pada kursi kosong di hadapan gadis yang terlihat kuyu itu.
"Enggak, aku cuma belum mau pulang aja."
Lee Jeno mendengus dengan tatapannya yang tajam mengarah tepat pada gadis di depannya.
"Lo pikir cafe ini mau nampung pelanggan yang keliatan stres dan linglung kaya lo semaleman gitu?"
Oh Hyura mendelik, walaupun dia sudah terbiasa menerima kata-kata yang terkesan pedas dari bibir Lee Jeno namun kali ini perasaannya sedang tidak ingin menerima itu semua."Iya aku pulang."
"Gitu dong maaf gak bisa anter, gue harus lembur. Lo bawa motor kan?"
"Gak papa. Aku pulang dulu."
"Hati-hati, lain kali jangan sampe pulang malem kaya gini lagi lo harus istirahat."
Sepotong kalimat itu, kalimat biasa bagi Lee Jeno namun penuh arti bagi Oh Hyura, gadis itu menganggap kalimat yang baru saja meluncur dengan suara baritone yang lembut itu adalah sebuah bentuk perhatian namun, apalah arti dari sebuah pengakuan sepihak.
Pupus sudah niatannya menemani sang pujaan bekerja lembur, padahal dengan melihat pemuda itu bekerja di balik meja kasir saja sudah membuat hatinya yang sendu terasa lebih hangat.
Kini hatinya, bagai daun kering yang melayang tanpa haluan, semakin hari semakin rapuh hingga siapapun yang menyentuhnya akan membuat hatinya hancur dan mungkin akan tersapu angin seiring berjalannya waktu. Entah ranting mana yang akan di jadikannya sebagai haluan.
__♡♡__
Yang diam kan merasa.
Yang tertawa kan mereda.
Kisah resah sang pujangga.
Mengguratkan syair tentang cinta.__♡♡__
Jeno,
Aku menyukai mu, andai kamu tahu.TBC....
Author Notes:
Cerita ini aku buat berdasarkan imajinasi ku, seluruh isi cerita murni hasil imajinasi dan tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata karakter idol yang aku pakai. Mohon pembaca bijak dalam menyikapi fanfiction ini dengan tidak mengcopy dalam bentuk apapun dan tidak menjudge idol yang ada di dalam cerita ini dalam real life mereka, Terimakasih. Semoga berkenan. ^-^
Salam hangat And💚
-Kota Tahu 09 April 2020-
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Judul🍁 Nomin ft Oh Hyura✔
RomanceTuhan tidak menciptakan dua hati dalam rongganya. Namun, kenapa aku harus mencintai keduanya disaat aku hanya harus memilih satu. -Oh Hyura. --------------------------- 'Selamat pagi bidadari, jangan lupa untuk tersenyum hari ini. Dan bukalah pintu...