✧ ۪۪Part'e 5 ཻུ⸙͎

318 79 23
                                    

*ૢ✧ ཻུ۪۪⸙͎ Happy Reading ೫   ⃟ ཹ։

⚛⚛⚛

"Lo yang waktu itu kan? kenapa lo buka mata batin gue gak ijin dulu?!!"

Wanita itu hanya tersenyum angkuh dan terkesan mengejek, rasanya Dwi ingin menendang tulang keringnya sekarang juga.

"Gue Birdella, kakak bisa panggil Bir."
ucap Bir tersenyum lalu menepuk- nepuk tanah kosong disampingnya, mengisyaratkan Dwi untuk duduk.

"Lah napa manggil gue kakak? lu seangkatan sama Maura kan?" tanya Dwi heran.

"Emang kenapa? Bir lebih muda satu tahun dari kakak." ucapnya sama sekali tidak melihat ke arah Dwi.

"Apa?!! kenapa bisa jadi kelas XII??"

"Bisalah, Bir itu pinter lebih ke jenius sih jadi bisa loncat kelas." ucapnya penuh keangkuhan.

"Baru nemu anak indihomes modelan kayak lo, terus kalo pinter kenapa bolos jam pelajaran?"

"Ya karena Bir pinter."

"hfftt... bener juga sih" katanya namun sangat pelan, Dwi mulai kesal menghadapi anak indigo satu ini.

"Gue mau nanya, kenapa gue cuman bisa liat Maura aja?" tanya Dwi, karena merasa aneh. Tidak mungkin kan kalau tidak ada hantu selain Maura disekitar sini.

"Nanti juga tau."

Bir pun beranjak dan meninggalkan Dwi sendiri dengan pertanyaan yang belum terbayarkan.

"Gila emang,udah buka mata batin gue terus ninggalin gitu aja, sakit gue tuh." ucap Dwi sambil mengerucutkan bibirnya.

⚛⚛⚛

Dwi berlari menuju ruang OSIS, nafasnya tersengal-sengal. Bagaimana pun caranya dia harus mendapatkan formulir lomba itu.

"Apes... kenapa ada tanggal 13 sih."

"Kenapa gue ketiduran di UKS."

"Kenapa si Maura nuntut gue buat bantuin dia...Arghh!"

Akhirnya Dwi sampai, deru nafasnya belum stabil "Kak... gue... mau... minta formulir... lomba." Ucapnya tersenggal.

"Ouh lo telat, formulirnya terbatas. Kalo mau ikut harus nyogok dulu hahahah."

"HILIHH" Dwi mencak-mencak di ruang OSIS.

"Maksud gue lo harus nungguin orang ngundurin diri. Atau kalo beruntung ada yang nawarin jadi pasangan." jelas OSIS tersebut karena melihat Dwi mencak-mencak tidak karuan.

Perkataan itu membuat Dwi semakin kesal. Dwi pergi meninggalkan mereka tanpa salam ataupun terimakasih, tidak sopan memang.
Ketika sedang berjalan menuju gerbang ada yang memanggilnya.


"Dwi tunggu." Reflek Dwi menoleh kebelakang dan melihat Nata.

"Apa?"

"Ini formulir lomba buat lo." ucap Nata sambil menyodorkan satu lembar kertas.

Triskaideka Phobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang