✧ ۪۪Part'e 8 ཻུ⸙͎

220 57 25
                                    

*ૢ✧ ཻུ۪۪⸙͎ Happy Reading ೫   ⃟ ཹ։

⚛⚛⚛

"Oh iya gue lupa. Kalo menurut kalian... kecelakaan ibu yang waktu Hari Senin tuh ada kaitannya sama Azka gak?"

"hmm...menurut gue iya." sela Maura yang dari tadi sangat asyik mengerjai Bella. "Eh lo mening usir dulu si Bella." lanjutnya.

"Gak akan ke denger kok, kamar gua kedap suara dia aja yang bodoh. Kenapa lo yakin banget?" tanya Dwi pada Maura.

"Err...dahlah Dwi gue gak mau nginget kejadian itu lagi. Tapi... gue bakal ceritain." wajahnya menjadi muram karena mengingat kembali kejadian sadis itu.

"Gue mau ke kelas...tiba-tiba gue ditarik, awalnya gue berontak tapi... gue gak bisa apa-apa terus ada obeng yang nusuk uluh hati gue...." Maura terdiam ketika menceritakan kembali kejadian itu.

"Udah di tusuk gue liat Azka tertawa puas, terus mereka ngeposisiin badan gue biar pas di tihang dan sialnya emang pas sampe obeng itu ngerobek organ dalam gue." lanjutnya.

"Maaf Maura gue gak maksud..."

"Please...sekali lagi, apa masalah kalian sama Bella. Gue yakin Bella belum ngasih tau semua."

"Bir jelasin..."

"..."

⚛⚛⚛

Sabtu pagi Dwi memutuskan untuk menunggu Nata di depan rumah.
Anka belum pulang karena ada urusan bisnis di luar kota, jadi ia bebas membawa temannya masuk ke rumah.

"hmm....gue makin penasaran, gue juga yakin kakak gak ngebunuh Maura! tapi gue gak tau siapa yang nekat bantu Azka."

"Dwiii!!! Dwi!!!" Teriak Nata.

"Nah..."

"Ada Bell tolol, ngapain teriak-teriak."

Dwi membukakan gerbang dan terlihat Nata memakai hoodie hitam  dan celana pendek, ganteng. Seketika ia tidak jadi mengumpat pada Nata.

"Eh..." Dwi menggelengkan kepalanya cepat, "Masuk ta." katanya mempersilahkan Nata untuk memasuki rumahnya.

Lomba dansa pasangan diadakan pada tanggal 10 Oktober, jadi mereka tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk latihan.

"Mau langsung latihan atau gimana?"

"Langsung aja," jawab Nata.

"Ayo masuk dulu."

Mereka memutuskan untuk latihan di ruang tengah, sekarang mereka sedang merancang strategi, gerakan dan keunikan agar bisa menang. Tantangan dari lomba itu, kita harus berdansa di atas kain yang bisa dibilang kecil. Dan tentu saja tantangannya tidak mudah, sesekali ada gerakan bridal style dan lainnya. Jadi kedua pasangan harus memiliki keseimbangan dan konsentrasi penuh.

"Gimana? udah hafal?" Tanya Nata yang menuntun Dwi berdansa mengikuti irama dan agar tetap berada diatas kain.

"Lumayan..." Jawabnya yang masih di dalam dekapan Nata.

Triskaideka Phobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang