✧ ۪۪Part'e 3 ཻུ⸙͎

358 91 49
                                    

*ૢ✧ ཻུ۪۪⸙͎ Happy Reading ೫   ⃟ ཹ։

⚛⚛⚛

Ketika Dwi berjalan keluar,dia melihat siswi berparas cantik, kemungkinan ia kakak kelasnya. Saat mereka berpapasan...

"Kak... ada 2 arwah yang terus mengikutimu." Ucap wanita itu dan terus berjalan angkuh.

"Kakak? 2 Arwah?"

Dwi berhenti melangkah, dia beralih menatap punggung siswi tersebut  sampai benar-benar hilang dari pandangannya. Oh, baru satu hari sekolah disini ia sudah dihujami banyak kejadian aneh, fikirnya.

"Apaan sih makin gak ngerti gue sama sekolah ini! 2 arwah?" Dwi menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha untuk tidak terlalu memikirkan perkataan siswi itu.

⚛⚛⚛

Kini Dwi sudah berada didepan rumahnya, ralat rumah papahnya dan Bella! dia terpaksa untuk tinggal disini karena tidak mempunyai tempat tujuan lain. Sunyi, sangat cocok dengan nuansa hitam dan abu nya. Rumah yang tidak membuatnya nyaman dan tidak ada kasih sayang sedikit pun, apakah masih pantas untuk disebut rumah?

Ketika melangkah masuk netra Dwi membulat sempurna melihat Anka yang sedang fokus membolak-balik halaman koran, tidak lupa kacamata yang bertengger dan beberapa kali merosot.

"Aduh sial, gue lupa kalo papah besok di panggil ke sekolah!" batin Dwi.

Tidak ingin berlama-lama, Dwi pun memberanikan diri untuk duduk didepan Anka. Ketika Dwi mendekat Anka langsung berdiri karena mendeteksi kehadirannya.

"Pah tunggu! Dwi mau bicara," Ia langsung mencekal tangan Anka agar berhenti untuk mendengarkannya dan langsung memberikan suratnya, "Kau membuat masalah apa?!!! sangat memalukan!" Teriak Anka.

"Tapi pah, Dwi bisa jelasin!"

"Gak ada penjelasan, sekali pembawa sial tetap pembawa sial!"

"Tapi papah yang membuatku jadi seperti ini!!!" Dwi berteriak.

Anka lalu melayangkan tangannya hendak menampar Dwi. "Dasar anak gak tau diri!!!" namun tangannya terhenti, ia menatap sendu ke arah belakang Dwi.

Brak!!!

Anka langsung memukul meja didepannya, Dwi yang tadi menutup mata, kini melihat Anka ter heran-heran. Tanpa sepatah kata pun Anka pergi meninggalkan Dwi dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Kenapa papah gak jadi nampar Dwi? atau kenapa papah gak ngebunuh Dwi aja langsung?!"

Anka berhenti melangkah, tangannya sudah mengepal keras hingga buku-buku jarinya memutih. Ia berusaha menetralkan kembali deru nafasnya dan berjalan lagi meninggalkan Dwi.

"Ck. Dasar aneh padahal papah bisa saja langsung membunuhku dari dulu!" Ucap Dwi santai.

Ia pun pergi ke kamarnya, kamar Dwi ada dilantai 1 sedangkan kamar Anka dan Bella di lantai 2.

"Lapar..." Dwi pergi ke dapur mencari makanan,"hm males masaknya bibi juga udah pulang, bikin teh susu ajalah." katanya.

Dia mulai mendidihkan air dan menyiapkan gelas, teh dan susu.
Ketika airnya mendidih dia menuangkan ke gelas dan mulai mencelupkan teh nya.

"1...2...3...4...5...6...7...8...9...10
...11...12...14...15...nah udah tinggal masukin susunya."

Lalu dia mulai mengaduk minumannya seperti hitungan sebelumnya.

15 kali atau 14 kali?

"Ck... kebiasaan!" ucap Bella yang dari tadi melihat gerak-gerik adiknya.

"lo ini udah gue bilang jangan kek orgil, ya jangan! kan papah dipanggil gara-gara lo." lanjutnya sambil mendudukan diri didekat Dwi.

"Udah biasa kali gue bikin ulah, dan lo kenapa tiba-tiba peduli?" Dwi memicingkan matanya sebal.

"Lo gak usah ngerusak mood gue deh," Bella senyum-senyum sendiri, sangat aneh tidak seperti biasanya.

Dwi langsung menempelkan punggung tangannya di dahi Bella, "Lo gak kesurupan kan? bahagia banget lo. Tapi lebih mirip kuntil anak sih." kekeh Dwi.

pletak!

Bella langsung menyentil dahi Dwi yang menurutnya kelewat menyebalkan.

"Aw bangsat lo ya," tidak ingin kalah Dwi mulai mengusutkan rambut kakaknya itu.

"ihh lo ngerusak mood gue banget ah!" ucap Bella sambil mencebikan bibirnya.

"hahaha lo kayak gembel! temennya nyai kun kuns! wlee"

Mereka tertawa lepas, namun setelah itu mereka merasa kikuk. Karena sifat adik-kakaknya yang dingin tiba-tiba menjadi hangat. Itu memang sering terjadi namun diantara mereka pasti ada yang memulai jarak lagi.

"hm...oh iya lo jangan kecewain papah terus, gue punya usul mending lu ikut lomba dansa pasangan, gimana?"

"anjir lo bener ya kesambet? sejak kapan peduli sama gue?" Dwi pun pergi ke kamarnya sambil membawa teh susu yang masih tersisa.

"iya ya gue kenapa jadi gini ke lo?hahaha... gue cuman kasih saran aja, biar papah gak kecewa terus." katanya sambil tertawa sumbang.

"hmm.. gue usahain."

Dwi tersenyum penuh arti, sangat jarang kakaknya itu peduli padanya.

⚛⚛⚛

Ketika masuk kamar Dwi masih memikirkan perkataan Bella yang menyarankan agar ia mengikuti lomba dansa.

"Kalo gue ikut lomba dansa, yang jadi pasangan gue siapa?" dia terus berjalan dengan kedua tangan memegang gelas kaca yang berisi teh susu.

"hm...kakak ada maunya atau nggak ya? tiba-tiba baik banget."

Ceklek...

Dwi membuka knop pintu kamarnya, "AAAAAA...."Netranya menangkap sosok arwah mengerikan dengan bau busuk yang sangat memekakan indra penciumannya.

Dwi tidak bisa menyelamatkan gelas kacanya yang sudah terpecah belah, deru nafasnya masih memburu, keringat mulai bercucuran dan tangannya bergetar hebat karena pemandangan yang sangat tidak biasa ia lihat.

-ooo-

Sedangkan disisi lain...

(+62***********)

"Hallo, ini aku sayang...."

"Kita kan baru jadian nih hhhe,"

"..."

"Yang ikut lomba dansa yu? kan itu acara dari sekolah, tapi kamu harus atur biar acaranya tanggal 13. Bisa kan? hahah"

"..."

"Byee sayanggg, muach!"

⚛⚛⚛

Follow >> urjjousca

Triskaideka Phobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang