✧ ۪۪Part'e 11 ཻུ⸙͎

190 46 24
                                    

*ૢ✧ ཻུ۪۪⸙͎ Happy Reading ೫ ⃟ ཹ։

⚛⚛⚛

"Dwi?!!"

"Eh...Nata? lo kenapa disini?" tanya Dwi heran, karena tempat ini jarang dikunjungi orang luar dan melihat Nata yang tidak membawa kendaraan membuat Dwi semakin penasaran.

"Biasa gue jalan-jalan kesini." jawabnya santai dengan kedua tangan dimasukan kesaku celana.

"Aneh lo, jalan-jalan sampe kesini mana udah malem lagi!"

"hahaha... yaudah ayo balik udah malem, pakaian lo juga minim gue takut ada yang macem-macem sama lo." ucap Nata.

"hmm...ayo...lo bisa bawa mobilkan?" tanya Dwi langsung dijawab anggukan Nata.

"Anjir lo... giliran gue ngajak lo balik kaga mau dasar orang kasmaran hihihi..." ucap Maura lalu pergi melayang meninggalkan mereka.

-ooo-

Hening, Dwi memilih diam karena dia sudah sangat lelah. Dan Nata memilih untuk fokus menyetir. Hingga sampai didepan rumah dan Dwi ketiduran membuat Nata tidak tega untuk membangunkannya.

"Dwi??" Nata menepuk-nepuk pipinya dan sedikit menggoyahkan tubuhnya.

Akhirnya Dwi bangun lalu mengucek-ngucek matanya dan menguap tidak jaim di depan Nata. Ia mengedarkan pandangannya...

"Kok kesini?" tanya Dwi dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Lah emangnya mau kemana?" tanya Nata heran.

"Ke kost lo!"

"Ha?!" fikiran Nata travelling, menjadi kotor.

Dwi langsung menoyor kepala Nata, "Jangan Fiktor dulu, gue ceue baik-baik. Maksud gue nanti lo balik pake apa?" tanya Dwi. Niatnya ingin mengantarkan Nata pulang dulu, lalu ia pulang sendiri begitu.

"Ouh itu sih gampang...gue bisa jalan kaki. Dan kalo lo nganter gue dulu, gue takut lo kenapa-napa." jelas Nata dan Dwi hanya ber-oh ria saja.

"Tunggu apa lagi? keluar lo, gue udah suntuk." usir Dwi. Tidak bercanda, ia serius.

"Ngusir?"

"Mau lo apasih?" tanya Dwi, Nata hanya terkekeh geli melihat Dwi yang terkesan sangat jujur.

"Makasih ya ta... udah nganterin gue... papayy." ucap Dwi lalu menjalankan mobil memasuki pelataran rumah bernuansa hitam dan abu-abu.

⚛⚛⚛

Hari-hari berlalu...latihan hanya sebentar lagi dan Dwi sangat menunggu tanggal 10 Oktober. Dwi sangat cepat belajar karena dia juga mempunyai bakat dalam berdansa. Oleh karena itu, Bella mengusulkannya untuk mengikuti lomba tersebut.

Semua orang sudah pulang dari sekolah, hanya menyisakan murid yang mengikuti extra culliculer.

Dwi dan Nata sudah berada di rooftop. Mereka memutuskan untuk latihan di rooftop saja setelah pulang sekolah.

"Ta...gue gak yakin bisa menang...so kan kakak gue juga jago dansanya, yang ada gue dibandingin lagi sama kakak." ucap Dwi.

"Gue yakin kita pasti bisa... lo tau kan gue sekarang lagi butuh duit buat kebutuhan sekolah? dan hadiah lomba lumayan..." jelas Nata.

"Gini deh... gue bagi duit jajan gue aja ke lo. Jadi kalau kita kalah lu gak terlalu sedih."

"Dwii!!!" sentak Nata, "eh maaf...gue gak mau tergantung sama orang. Gue mau berusaha sendiri." lanjutnya.

Dwi hanya menunduk lemas, jika dia tidak mengikuti lomba ini Nata tidak akan mendapatkan uang. Dan jika dia tetap mengikuti dia takut kalah.

"Lo harus yakin Dwi...ayo latihan lagi."

Deg! deg! deg deg

Jantung Dwi berdetak tidak karuan membuat sang empunya lemas. Dia tidak tahu kenapa bisa seperti itu.

"Ayolah....lo udah biasa deketan sama Nata tapi kenapa masih didan-didun terus." batin Dwi.

"Dwii?!" Ucap Nata membuat Dwi kembali sadar dari alam bawah sadarnya.

"Eh iya ayoo..."

Latihan untuk tantangan inti selesai... membuat Dwi lelah dan berkeringat, apalagi dari tadi jantungnya berdetak semakin menggila, berdentum kesana kemari.

"Ta, udah bereskan? balik yu?" ucap Dwi sambil mengelap keringat di dahinya.

"Yaudah...ayok."

Mobil yang dikendarai Nata membelah jalanan kota. Dan sekarang mobilnya sudah tepat di depan kost Nata. Itu permintaan Dwi karena tidak tega melihat Nata pulang jalan kaki dan jaraknya pun tidak dekat. Apalah daya Nata hanya anak beasiswa yang sering disebut parasit sekolah, tapi Dwi tidak akan meninggalkan temannya itu, teman?

"Makasih Dwi...lo hati-hati dijalan." ucap Nata yang sedikit membungkuk melihat Dwi di dalam mobil.

"Eh ta..." Panggil Azka.

"Apa bang."jawab Nata.

Dwi sudah menganggap Azka seperti orang normal, namun yang membuatnya risih adalah sifat manis Azka kepadanya. Dia tidak ingin karena Azka hubungannya dengan Bella menjadi lebih rusak.

"Hay Dwi." Dwi diam tidak menggubris dan memilih untuk meninggalkan mereka.

⚛⚛⚛

17.20

Dwi sudah memarkirkan mobilnya di pelataran rumah. Lalu masuk ke rumah seraya bersenandung dan memutar-mutar kunci mobilnya.

"Sore jelang malam pah..." ucap Dwi berusaha mendekatkan diri pada papahnya. Anka hanya melirik sekilas dan melanjutkan pekerjaannya. Dwi pasrah dia lebih baik pergi ke kamarnya.

"Tumben udah balik, biasanya balik malem." ucap Anka membuat Dwi tersenyum masam.

-ooo-

"Aduhh cape banget..." ucap Dwi seraya membaringkan tubuhnya di kasur.

"Mauraa??" Dwi mencari Maura yang tidak terlihat sejak pagi.

"Kemana sihh? gak nongol-nongol."

Ting!

Notif dari ponselnya dan segera Dwi membuka roomchatnya. Ternyata Nata yang mengirim pesan...

"Apaa??!!!" Ucap Dwi kaget.

⚛⚛⚛

Follow >> urjjousca

Triskaideka Phobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang