✧ ۪۪Part'e 10 ཻུ⸙͎

199 53 13
                                    

*ૢ✧ ཻུ۪۪⸙͎ Happy Reading ೫   ⃟ ཹ։

⚛⚛⚛

"Apa?!" dijawab Dwi dengan ketus tidak peduli Azka yang b3rada diantara mereka.

Anka tersenyum pandangannya teduh, tapi bukan pada Dwi melainkan ke arah sampingnya. Dwi celingak-celinguk melihat ke arah pandangan Anka. Kenapa lagi?

"Pah?!" tanya Dwi sekali lagi.

Seketika senyuman Anka pudar dan beralih ke tatapan awal, tajam nan dingin. Azka yang melihat adegan ini hanya diam saja tidak ingin ikut campur.

"Kemari." titahnya membuat Dwi mendengus sebal, "Ambil tuh kunci mobil, awas saja jika kau membuat ulah lagi di sekolah." lanjutnya.

Dwi mengerutkan keningnya, tidak apalah yang penting dia sudah memegang lagi kunci mobilnya. Dia langsung pergi ke kamar tanpa mengucapkan janji atau apalah, dia bukanlah tipe orang yang bisa menepati janji. Dwi menghempaskan tubuhnya ke kasur dan menghembuskan nafas gusar.


"Mau main kemana ya? males di rumah ada papah."

Dia membersihkan tubuhnya dan setelah itu memakai setelan short jeans, kaus putih dan jaket jeans. Sesudah memastikan penampilannya oke, Dwi langsung membawa tas selempangnya dan pergi melajukan mobilnya tanpa tahu tujuan.

⚛⚛⚛

Mobil Dwi membelah jalanan kota, dia masih berputar-putar tidak tahu mau kemana.

17.10

Dwi sekarang sedang duduk dibagian atas mobilnya, dia memeluk lututnya sendiri kadang menenggelamkan kepalanya lalu mendongak. Tidak ada siapapun disini, hanya ada pepohonan menjulang tinggi nan rimbun. Tapi itu tidak membuat Dwi takut, dia ingin menenangkan diri dengan menatap indahnya senja.


"Cantik..." ujarnya sambil melengkungkan kedua sudut bibirnya ke atas.

"Gue mau sampai kapan gini terus?" tanya Dwi pada dirinya sendiri.

"Males! Percuma kalau gue dapet prestasi ini itu tapi gak pernah di anggep papah."

"Gue lebih baik dimarahin, daripada gak pernah dianggap. Tapi bukan berarti mau dimarahin juga sih..." Dwi tersenyum sinis kala mengingat sifat papahnya.

"Atau gue ngundurin diri dari lomba dansa?"

Entahlah, firkirannya sekarang sangat kacau. Dia sering berfikir ingin meninggalkan dunia ini...tapi jika Azka perantaranya dia menolak dengan keras.

"Dwi..."

"Maura?!!!" Dwi membelalakan matanya kaget, ini hampir malam dan dia melihat arwah buruk rupa di tempat yang sangat sepi dengan pepohonan menjulang tinggi.

"hihihi...." kekeh Maura.

"Awas lo Maura!" jawabnya sinis, "Lo kenapa disini gak cape gitu? ini kan jauh." lanjutnya.

"Ish....apaan sih, gue kan arwah mau sampai singapura, China, Hongkong juga kaga cape!"

Mendengar pernyataan Maura Dwi terkekeh geli, mungkin jika dia nanti mati akan tamasya dulu keliling dunia.

Triskaideka Phobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang