✧ ۪۪Part'e 22 ཻུ⸙͎

137 39 18
                                    

*ૢ✧ ཻུ۪۪⸙͎ Happy Reading ೫   ⃟ ཹ։

⚛⚛⚛

"Gimana caranya?" tanya Nata.

Dwi langsung menoyor kepala Nata,
"Lo jangan sok polos deh, gue tau lo bisa nerawang keberadaan seseorang." ucap Dwi, jengkel. Benar-benar jengkel pada makhluk yang ada didepannya sekarang.

"Kok lo tau?" Nata mengernyitkan dahinya heran karena benar dia Mempunyai kemampuan seperti itu, namun tidak ada yang tahu selain dirinya.

"Ck... gue tau karena gue udah lama de-...? temenan sama lo. Gue gak pernah bilang mau kemana tapi lo tau. Tadi sih gue cuman nebak."

"Jadi baikan nih?"

"Gue masih marah!" bentak Dwi, "Udah cepetan terawang!" titah Dwi.

"Gak bisa gitu, gue kaga yakin kalo nerawang orang yang jauh dari gue. Kalo waktu itu gue nya yakin lo ada di sekolah. Lah ini si Bella gue gak tau Banget titik dia dimana." jelas Nata.

"Ck...lemah! cobain dulu aja napa!!!"

"Yaudah nanti pulang sekolah aja!"

⚛⚛⚛

Dwi, Bir dan Nata sudah masuk kedalam mobil, termasuk Maura pun mengekori mereka. Namun, hanya Nata yang tidak bisa melihat keberadaan Maura. Maura juga terlihat menonjok-nonjok tubuh Nata dan menggelitiki Nata.

"Kalian bawa siapa sih? Ganggu banget." Kata Nata. Karena dari pertama masuk ia sudah diganggu oleh makhluk tak kasat mata, alias Maura yang masih mempunyai dendam padanya.

"Orang... Eh, setan yang punya dendam sama lu." Sinis Dwi, "Cepetan coba!" Lanjutnya menyuruh Nata agar cepat-cepat melacak keberadaan Bella.

"Sabar napa! gue gak yakin, kalo perkiraan gue salah jangan marah awas kalian kalo marah lagi!" ucap Nata sambil menunjuk-nunjuk Bir dan Dwi.

"Ck... siapa juga yang udah maafin, lo tuh harusnya udah masuk penjara!"

"hm... gue nanti tebus kesalahan gue, asal kalian maafin gue. Gue juga tau Maura yang ada disini kan?" tanya Nata.

Dwi yang duduk di depan melirik sekilas ke belakang dan terlihat Bir dan Maura mengangguk. Maura terlihat sudah capek mengganggu Nata.

"Iya, Maura disini sama kita."

"Oke. Maura sebelumnya gue minta maaf karena waktu itu gue khilaf..."

"Ck. Maura-Maura!!! kakak njing." Solot Maura.

"hahaha... kakak katanya!" ucap Dwi pada Nata.

"Ck...iya kak Maura, gue minta maaf... Gue cuman mau balas budi sama Azka, tapi gue salah malah mau disuruh gitu padahal itu perbuatan gak bener." ucap Nata tulus.

"Sekali lagi maaf Kak Maura..."

Mereka semua terdiam dan Nata sedang fokus mencari keberadaan Bella tidak ingin diganggu.

"Nah...gue udah tau! ayok siap-siap!"

Nata menjalankan mobilnya menuju tempat keberadaan Bella meskipun dia sendiri tidak yakin. Tapi lebih baik mencoba kan?

"Ta kayaknya ini jalan ke tempat biasa gue sendiri deh... waktu itu juga lo pernah kesini tapi kaga bawa kendaraan...." ucap Dwi.

"hahaha...lo inget kan waktu lo pergi masih ada Azka? Azka yang nyuruh gue buat ngikutin lo, awalnya gue gak yakin lo kesini. Tapi hasil penerawangan gue lo bener kesini."
jelas Nata.

"hmm...lagi-lagi dia, dia tuh kenapa sih? katanya mau bunuh gue, tapi disisi lain sikapnya manis terus perhatian." tanya Dwi.

"Gue gak tau! tanya aja sendiri."

"Gak sudi!"

Setelah beberapa menit diperjalanan, mereka sampai disebuah gubuk kecil yang berada di tengah-tengah hutan. Semak belukar menjulang tinggi karena tidak diratakan.

"Gila... ini lebih jauh dari tempat biasa gue, mana jarang ada orang lagi. Lo gak nipu kan?!" Selidik Dwi.

"Gak lah, gue kan udah minta maaf. Berapa kali gue harus jelasin?!"

"Udah kak... ayo cari Bella. Lebih cepat lebih baik." titah Bir sambil menarik tangan Dwi.

Mereka berjalan menerobos semak- semak belukar yang terasa sangat gatal dikulit, namun apa boleh buat mereka ingin mencari Bella.

"Ta... ta... Bir kayak liat orang ngegendong orang deh dideket gubuk." ucap Bir sambil menunjuk-nunjuk gubuk kecil itu.

"Orang gendong orang, tunggu lagi lemot nih."

Dwi menepuk dahinya lalu menoyor Nata yang kelewat pinter nya, bego!

"Udahlah lama nungguin yang telmi mah, ayo kita susulin."

Mereka pun mendekat ke arah gubuk, namun disana tidak ada siapa-siapa.
Mungkin Bir salah lihat karena dia anak indigo.

"Gak mungkin kak! Bir itu bisa bedain yang mana hantu sama manusia!" ucap Bir, "Tadi itu manusia, bisa jadi Azka bawa pergi Bella." lanjutnya.

"Ta...gimana dong, gue khawatir nih!"
lirih Dwi.

"Iya tadi kayaknya Azka, gila gercep banget. Kalo udah gini kita kaga bisa apa-apa kecuali kalau ngejebak."

"Ribet lagi."

"Ye... siapa yang minta buru-buru?"

"Yaudah ayo pulang, Bir gak enak badan udah liat banyak hantu dari yang banyak darah, belatungan, cepetan ah gak kuat!"

Mereka pun keluar dari hutan dengan tangan kosong, lagi-lagi Dwi gagal mencari kakaknya.

⚛⚛⚛

"Darimana aja kamu?! jam 10 malem baru pulang? mana janji kamu waktu dimakam ha?!" sentak Anka yang sedang duduk diruang tengah.

"Cari Bella."

"Gak usah banyak alasan! sekalinya nakal tetap nakal!"

"Pah!!! aku gak mau debat, aku tadi bener cari Bella pah! dia hampir ketemu tapi orang yang nyulik Bella gercep!" Ucap Dwi menaikan suaranya.

"Papah juga kenapa santai?"

"PAPAH JUGA KHAWATIR TAPI GAK GEGABAH KAYAK KAMU!!" Bentak Anka lalu pergi meninggalkan Dwi sendiri.

"Terserah papah, tapi Dwi mau ngebenerin hubungan yang sudah retak selama 16 tahun ini!"

⚛⚛⚛

Follow >> urjjousca

Triskaideka Phobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang