✧ ۪۪Part'e 7 ཻུ⸙͎

234 62 20
                                    

*ૢ✧ ཻུ۪۪⸙͎ Happy Reading ೫   ⃟ ཹ։

⚛⚛⚛

Sudah 3 hari sejak kejadian Dwi mengusir Azka, namun tidak ada tanda-tanda Azka ingin membunuhnya. Dan Dwi juga belum tahu pasti mengapa kakaknya diduga membunuh Maura karena tidak ada bukti yang kuat, bisa jadi hanya ke salah fahaman antara mereka.

Ini hari Jumat, kegiatan belajar mengajar di SMA St. Aloysius sudah selesai. Dwi segera keluar dari kelas dan berniat akan jalan saja ke rumah.

"Dwi." Teriak seseorang.

"Apaan sih!!!" Sentak Dwi, ia kira Nata yang memanggilnya. Netra Dwi membulat karena laki-laki itu adalah Azka, bukan Nata.

"Sial itu Azka, gue udah seneng karena gak ketemu dia 3 hari kemarin. Eh malah nongol sekarang." batin Dwi. "Tolong gue, siapa saja Maura, Bir siapa lagi ...Nata...gue mohon bantu gueee." lanjutnya.

Dwi linglung sendiri tidak tahu harus melakukan apa, dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, mungkin akan dijadikan sate?

"Kau sendiri?"

"Eh i-i-yaa kak." jawab Dwi gelagapan meskipun ia sudah berusaha mengontrol nada bicara nya.

"Yaiyalah gue sendiri, gatau arwah yang biasa ngikutin tiba-tiba ngilang kalo dibutuhin."

"Bareng yuk, gue anterin."

Deg!!!

"Ini akhir hidup gue, tolongin dong siapa aja...huaaa."

"Dwi kenapa diam? gue kira lo pencicilan dan berani kayak gosip yang beredar minggu ini,atau lo merasa bersalah ngusir kakak ipar?"

Dwi hanya tersenyum kikuk, jantungnya berdetak tidak karuan.
Jika boleh memilih Dwi ingin mati karena jantungan daripada harus mati ditangan Azka. Sangat mengenaskan jika harus mati seperti Maura.

"Dwi!!!" Teriak Nata menyelamatkan Dwi.

"Eh ta." sapa Dwi.

"Kita latihan besok? dirumah lo?" tanyanya.

"hmm." Dwi tersenyum lega dan mengangguj mengiyakan ajakan Nata.

"Eh bang??? ngapain lo?" Mereka ber-tos ala-ala laki.

Deg!!!

"Kenapa Nata kenal sama Psikopat sih!" batin Dwi misuh misuh.

Triskaideka Phobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang