✧ ۪۪Part'e 19 ཻུ⸙͎

145 44 26
                                    

*ૢ✧ ཻུ۪۪⸙͎ Happy Reading ೫ ⃟ ཹ։

⚛⚛⚛

"Enggak tau kan gak sekelas." jawab Bir seadanya.

"Kalo yang nganterin gue balik kerumah siapa?" tanya Dwi lagi. Ingatannya soal kejadian setelah lomba benar-benar hilang.

"Gak tau juga, Maura cuman lihat waktu kakak disekap sama Bella, Azka dan Nata."

"Tapi-"

Belum selesai Dwi berbicara sudah dipotong oleh Maura, "Untuk kali ini lo percaya sama kita, kita gak mungkin ngekhianantin lo Dwi!" sentak Maura yang sudah geram pada sahabatnya itu.

Dwi hanya menunduk, seperti ada yang aneh. Memang aneh karena fikirannya yang tidak sinkron dengan waktu.

"Terus gue harus gimana???" tanya Dwi pasrah, sangat pasrah...

⚛⚛⚛

Sudah 1 minggu lebih Bella menghilang dan Bir bersama Nata menjalani hubungan sebagai seorang kekasih. Azka yang masih berkeliaran di sekolah membuat tanda tanya besar (?) Awalnya mereka berfikir Azka yang menculik Bella, namun tidak alasan yang tepat, mengingat Azka sangat mencintai Bella. Anka juga sudah melapor polisi dan beberapa detektif namun nihil, batang hidung Bella masih belum terlihat.

Mereka berempat sedang di rooftop. Berempat itu termasuk dengan Maura, namun tetap saja Dwi seperti nyamuk yang tersulut api cemburu. Meskipun ini hanya rencana, tapi sampai sekarang Nata belum juga buka mulut.

Sekilas kejadian pada malam perlombaan mulai tersirat di fikiran Dwi membuatnya sangat jengkel pada Nata, apa yang akan ia ingat selanjutnya? Apa yang dikatakan Maura tentang Nata semuanya benar?

"Ta... kamu temen deketnya Azka kan? pasti tau dong apa aja yang di lakuin Azka?" tanya Bir terus memepet kekasihnya itu, meskipun tidak terlihat seperti pasangan kekasih.

"Hmm...deket cuman ya gitu, jarang ngobrol. Tahu lah laki-laki jarang ngegosip hehehe." jawab Nata canggung.

Pacaran macam apa ini? sudah satu minggu lebih masih canggung, Dwi malas untuk memepet Nata dan memutuskam untuk senderan.

"Dwi...lo bantuin Bir gih, kalo gue bisa gue pepet terus tuh si Nata!!! susah banget buat buka mulut." geram Maura karena Nata susah diajak kompromi meskipun dengan pacarnya.

"Woy malah bengong! jangan cemburu kan ini cuman rencana, baperan amatlo!" lanjut Maura yang dibalas pelototan Dwi.

"Kenapa sih kalian yakin banget kalo Nata sama Azka yang nyembunyiin Bella?" bisik Dwi.

"Yaiyalah! Bella ilang nya pas malam lomba dan dia terakhir kali sama Azka dan Nata, siapa lagi kalau bukan mereka? Lo?! lo kan molor sampe subuh!..." jelas Maura difahami Dwi.

...

~~~

Dia kini sudah membuka matanya dan menatap ke seluruh isi ruangan yang minim cahaya itu.

"Aww!!!" seseorang memekik kesakitan, namun Dwi tidak bisa melakukan apapun karena dirinya sendiri diikat pada kursi.

"Tolong!!! hiks... hiks... Tolong!!!"

Jeritan itu membuat Dwi tidak tega, dia berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan itu. Namun semakin banyak dia bergerak semakin kuat ikatan itu. Dia belum menyerah dia mulai meraba-raba dan mencari mungkin ada alat tajam yang bisa memotong talinya, beruntung ada serpihan kaca yang agak jauh dari kursinya.

Dug! Dug! Dug!

Dengan menggeserkan kursi ke kanan lalu ke kiri sedikit demi sedikit, dia hampir mendapatkan kaca itu namun...

Brukk!!!

Dia terjatuh ke arah kiri dan menghasilkan bunyi nyaring diruangan pengap ini. Hingga... Di ruangan tempat seseorang menjerit tadi ada laki-laki keluar menyeringai lalu menarik kursi Dwi ke ruangan itu.

Sret....sret...srett...

Suara gesekan antara kayu dan ubin.

"Lepasinn!!! lo siapa?!" teriak Dwi.

Sret...sret...sret...

Dia masih di tarik menuju ruangan yang lebih kecil dan gelap dari sebelumnya.

Dag!

Kursinya sudah tidak ditarik.

Perlahan Dwi membalikan badannya untuk melihat siapa wanita yang menjerit tadi, dia sendiri tidak tahu kenapa bisa berada disini. Namun nihil, jika dia banyak bergerak mungkin akan terjatuh lagi. Tiba-tiba kursinya langsung di balikan membuat Dwi sedikit puyeng. Dan kini dia bisa melihat seorang wanita dengan keadaan yang sama sepertinya. Namun...

Di kedua sudut mulutnya terdapat darah yang mengering, ada berupa cakaran- cakaran memanjang di kedua tangannya, kantung mata yang sudah menghitam, rambut seperti sarang burung dan bercak darah di bajunya.

Wanita itu menunduk, "Gue nyesel... gue nyesel kenal sama lo, lo bajingan, munafik, biadab." lirih wanita itu.

"Diam!!!" teriak laki-laki tadi yang sudah kembali dan diam diambang pintu dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Lo emang bajingan! biadab!munafik! Dasar goblok!"

Lelaki itu pergi entah kemana dan kembali dengan seringaian diwajahnya yang semakin menjadi.
Wanita itu masih mengucapkan cibirannya dan laki-laki tadi berbisik.

"..."

Laki-laki itu berdiri dan mengeluarkan pisau tajam yang langsung ia hentakkan pada leher gadis itu. Pisau itu benar-benar menancap dilehernya. Dan si gadis mati di tempat.

Kretek!!

Suara potongan tulang dan darah terus mengalir....

"Jangan!!!!" teriak Dwi namun telat, leher wanita itu sudah terpotong setengah memperlihatkan tulangnya.

"Jangan....jangan...hiks...jangan..." lirih Dwi.

⚛⚛⚛

Follow >> urjjousca

Triskaideka Phobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang