Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
hari ini hari minggu. waktu yang tepat untuk berdiam diri di rumah dan tidur seharian. namun jeno dan jaemin sudah siap dengan pakaian santai di pagi hari. mereka ingin mengunjungi rumah mama dan papa, lebih tepatnya rumah orang tua jeno.
kemarin malam-malam sekali papa jeno menelponnya untuk datang ke rumah, mereka baru saja tiba di seoul setelah 2 bulan mengurus bisnis di inggris.
jaemin yang mengangkat telepon waktu itu, ia langsung mengiyakannya. jaemin rindu sekali dengan orang tua jeno yang sudah ia anggap seperti orang tua kandungnya.
dan disinilah mereka sekarang. sudah tiba di mansion keluarga lee.
mama sudah berdiri di depan pintu menyambut anak-anaknya.
"jaemin-ah, anak mama sayang, aduu mama kangen banget sama kamu. kamu keliatan kurusan, gak dikasih makan ya sama jeno?"
"apaan si ma. jeno udah kasih banyak makanan sama cemilan ke nana. harusnya beratnya makin naik sekarang."
jaemin menatap sinis jeno.
"aaa mama~, jaemin juga kangen sama mama. lama banget gak pulang. papa mana ma?"
"mana nih anak kesayangan papa?"
jeno sudah akan memeluk papanya, namun langkah papanya malah tertuju pada jaemin.
"aduu ini anak kesayangan papa. makin manis aja sii anak papa." papa jeno memeluk erat jaemin sambil digoyang-goyangkan ke kanan dan kiri.
"ya tuan, anaknya sudah saya antarkan ke rumah dengan selamat. kalau begitu saya pamit." itu jeno yang bercanda. sudah terlalu tabah melihat orangtuanya lebih sayang pada jaemin.
"ayo masuk, kita sarapan. tadi mama sama maid udah bikin banyak makanan." . . . sarapan kali ini sama saja seperti acara makan-makan bersama sebelumnya. jaemin akan senang bercerita sedangkan jeno bersuara ketika ditanya saja.
"jisung tidak pulang ma?"
lee jisung. adik jeno. beda 7 tahun dengan jeno.
"tidak jaem, kemarin kami mengajaknya tapi sepertinya tugas kuliahnya sangat banyak. padahal ia masih mahasiswa baru tapi tugasnya sudah menggunung."
"namanya juga calon dokter ma."
suasana di meja makan pun terlihat tenang dan hangat namun berbuah kala mama jeno menanyakan sebuah pertanyaan mematikan.
