Seungwan telah tiga hari berada rumah ibunya. Seungwan sudah tidak betah berlama-lama disini karena ia merindukan rumahnya bersama suaminya. Ia pun sudah merindukan membersihkan rumah tersebut dan ia langsung teringat dengan perkarangan bunga dirumahnya. Ia langsung buru-buru membereskan beberapa bajunya dan ia masukkan ke dalam koper sedang miliknya. Seungwan turun dari kamarnya menuju ruang keluarga.
Terlihat Seohyun dan Chaeyoung sedang asik menonton acara TV yang paling mereka sukai, knowing brother. Sesekali mereka tertawa melihat tingkah pembawa acara tersebut. Seungwan menghampiri mereka.
"Bu" panggilnya. Seohyun yang terpanggil menoleh beserta Chaeyoung. Seungwan tersenyum dan duduk di antara mereka.
"Mau kemana Wen?" tanya Seohyun bingung. Chaeyoung menyelidik.
"Aku mau pulang kerumah. Kasihan rumah tidak ada yang merawatnya" ujar Seungwan.
"Tidak boleh! Kau harus disini bersama kami kak" ujar Chaeyoung tidak mengizinkan.
"Tapi Chaeng, rumahku tidak ada yang mengurus. Perkaranganku juga pasti banyak bunga yang mati disana. Lagian, suamiku akan sedih jika aku tidak ada dirumah membuat masakan untuk ia pulang nanti" ujar Seungwan mengarang sedikit tentang kesedihan Chanyeol. Chaeyoung memutar bola matanya, sejak kapan pria brengsek itu bersedih karena kakaknya.
"Boleh ya?" tanyanya sekali lagi. Seohyun tersenyum ke arah Seungwan dan Chaeyoung menghela nafas kasar.
"Iya. Tapi kalau merasa sendiri pulang ke rumah atau kau bisa menghubungiku untuk menemanimu disana" ujar Chaeyoung. Seungwan mengangguk dan tersenyum. Ia pun pamit dan pergi menggunakan mobil kesayangannya. Kepulangan Seungwan tidak diketahui oleh Chanyeol. Seungwan memang tidak memberitahu suaminya karena ia tau tidak akan mendapat jawaban, lagi pula suaminya itu mungkin sedang menginap di apartemen kekasihnya. Seungwan melajukan mobilnya untuk menuju ke daerah Seoul kota.
Sekitar 25 menit, ia telah sampai. Malam hari membuat udaranya sejuk. Seungwan suka sejuk di musim panas. Seungwan membuka pagarnya dan memasukkan mobilnya ke dalam perkarangan rumahnya. Ia turun dari sana dan tertegun melihat mobil suaminya ada di rumah.
Dia dirumah? -Seungwan
Seungwan menarik kopernya dan membuka pintu tersebut. Tidak dikunci. Seungwan semakin yakin bahwa suaminya itu berada dirumah. Seungwan memasuki rumahnya dan berjalan menuju lantai dua. Ia melihat kamar Chanyeol yang sedikit terbuka, bayangan Chanyeol yang asik mencumbu Rose terlintas di otaknya. Seungwan ingin melihat kesana tetapi ia urungkan karena sesak di dadanya. Ia tidak mau melihat itu dalam dua kali. Satu kali saja membuat dirinya sakit apalagi untuk kedua kalinya. Seungwan memasuki kamarnya.
Ia merindukan kamar ini. Meskipun kamar ini tidak di tempati oleh Chanyeol, ia suka dengan kamar ini. Mungkin sudah jatuh Cinta. Seungwan merapikan beberapa bajunya dan meletakkannya di lemari. Ia sedikit bersenandung karena bisa pulang kerumah.
Prank
Seungwan terkejut mendengar suara bising pecahan kaca. Ia langsung bergegas keluar dan turun ke lantai satu. Takut jika ada maling memasuki rumahnya. Ketika di tangga, ia mendengar sayup-sayup orang mengerang.
"Argh! Sial! Kenapa harus jatuh segala?!" ujar seseorang di dapurnya. Seungwan mendekati area dapur dan terlihat Chanyeol sedang membersihkan pecahan cangkir di lantai. Ia pun menemukan sebuah luka di jari telunjuk Chanyeol. Seungwan langsung menghampiri suaminya dan membantu membersihkan pecahan itu.
"Jika tidak bisa membuat kopi. Lebih baik tidak usah membuatnya. Jadinya seperti ini kan" ujar Seungwan masih membersihkan bekas pecahan itu. Chanyeol mengerjapkan matanya, apakah ini delusinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
STONE COLD ✔
Fanfiction"Aku tidak bisa memaksakan bahwa kau harus mencintaiku. Jika kau bahagia berada di sampingnya, aku turut bahagia atas itu semua" -Wendy "Maafkan aku, jika aku selalu menyakitimu. Tapi Cinta tidak bisa dipaksakan" -Chanyeol Pernikahan bukanlah sesuat...