10. First day

765 102 2
                                    

Mereka telah sampai di salah satu rumah besar tak berpenghuni itu. Seungwan menatap rumah itu tak bergeming. Antara takjub dan sedikit ngeri. Pasalnya rumah itu terlalu besar bagi dirinya dan Chanyeol apalagi hanya di huni oleh 2 orang saja. Chanyeol membuka seatbelt nya dan menatap Seungwan yang masih diam.

"Kenapa diam? Cepat keluar dan masuk ke dalam" ujar Chanyeol dingin dan turun dari mobilnya. Seungwan langsung membuka seatbelt nya dan turun dari mobil bmw milik Chanyeol. Seungwan mengambil koper dari bagasi dan mengekori Chanyeol. Chanyeol membuka pintu dan mendorong rumah tersebut. Bau rumah tersebut sangat menyengat, bau seperti bangunan yang baru saja di selesaikan. Dan masih kosong. Hanya terlihat satu sofa yang mungkin berdebu.

"Besok barang kebutuhan rumah akan datang. Aku tidak bisa mengeceknya karena pekerjaanku. Jadi usahakan kau yang mengeceknya semua dan menatanya hingga rapih" ujarnya dan menaiki tangga. Seungwan mengangguk dan tetap mengekori Chanyeol. Chanyeol membuka pintu kamar itu dan menghadap ke Seungwan. Seungwan terkejut ketika menabrak dada bidang suaminya.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanya Chanyeol dengan ekspresi tidak suka.

"Kan kita-"

"Kau tidur di kamar sebelah. Kita tidur terpisah. Aku tidak mau tidur denganmu meskipun kau istri sah ku" ujar Chanyeol dan masuk ke dalam kamarnya menutupnya sedikit kencang.

Seungwan memegang dadanya, rasa sakit menyerangnya kembali. Ia berjalan tertatih menuju kamar di sebelahnya. Ia membuka pintu itu dan terlihat sebuah kamar bernuansa biru langit dengan kasur king size dibaluti oleh seprei berwarna biru langit juga. Juga beberapa benda seperti lemari dua pintu, meja rias, dan meja kecil di samping tempat tidurnya. Seungwan sempat melupakan rasa sakitnya, akibat tertegun melihat kamar besar itu. Ternyata Chanyeol telah menyiapkan kamar ini untuknya. Seungwan berniat untuk room tour kamar ini. Ia membuka pintu di seberang kasurnya dan itu adalah kamar mandi yang luas, terdapat satu bathup dan shower disana. Ia memasuki kamar mandi itu menyentuh pahatan marmer tersebut.

"Sepertinya aku harus berbelanja besok. Untuk memenuhi semua kebutuhan rumah dan diri" ujar Seungwan.

Setelah puas ia keluar dan menutup pintu tersebut. Dan sekarang Seungwan telah melangkahkan kakinya ke depan gordain berwarna putih itu dan menyibakkan gordain itu melihatkan keadaan kota Seoul saat malam hari.

"Indah" pekiknya takjub. Ia membuka jendela kamarnya dan merasakan udara malam menyentuh permukaan kulitnya. Seungwan menutup matanya untuk semakin merasakan angin dingin tersebut.

cklek

Seungwan tersentak ke samping, karena seseorang membuka pintu di sampingnya. Ya, di samping tempat tidurnya terdapat pintu. Entah pintu apa tapi Seungwan yakin itu pintu menyalur ke kamar Chanyeol dan pada akhirnya Seungwan tidak mau membukanya. Dan sekarang ia harus terkejut karena lelaki itu yang membuka pintunya terlebih dahulu. Seungwan menelan salivanya ketika melihat pria itu hanya menggunakan celana pendek tanpa menggunakan bajunya. Terlihat rambutnya yang masih basah, seperti habis mandi.

"Kau sudah mandi?" tanyanya bersandar di pintu. Seungwan menggeleng.

"Mandilah. Aku ingin kita makan malam di cafe langgananku. Aku tidak mau membuatmu mati kelaparan meskipun aku mau kau pergi" ujarnya enteng. Dan itu membuat dada Seungwan nyeri. Pria itu membalikkan badan untuk pergi tetapi tertahan dan kembali menatap Seungwan.

"Aku lupa kamarmu hanya aku siapkan barang-barangnya saja tidak dengan isinya. Kau bisa mandi di kamarku dan aku akan menunggumu di bawah" ujarnya dan pergi meninggalkan Seungwan yang terpaku.

Tak cukup waktu lama, Seungwan membuka kopernya dan mengambil baju santainya. Ia mengambil baju dengan pattern garis hitam putih dan celana skinny jeans nya, tak lupa dalamannya juga. Ia memasuki kamar Chanyeol dari pintu tersebut secara ragu-ragu, dan terlihat tidak ada seseorang disana. Seungwan menghembuskan nafas lega dan berlari memasuki kamar mandi Chanyeol.

STONE COLD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang