Epilog

1.8K 111 14
                                    

15 tahun kemudian.

Suara petikan gitar memenuhi ruangan sedang bernuansa abu-abu tersebut. Dengan beberapa alat musik dan buku-buku bertema yang berbeda. Entah fiksi, non fiksi, ataupun sejarah peradaban dunia. Wanita itu mendudukkan dirinya di dekat jendela yang mengarah ke halaman belakang rumahnya. Sudah beberapa dekade dia lebih suka diruangan musik miliknya. Sedari tadi ia hanya memetik gitar itu tanpa adanya suara nyanyian dari sang wanita. Seperti lebih suka alunannya dibanding dengan nyanyiannya. Padahal suaranya sangatlah Bagus seperti diva pop terkenal di dunia.

"Sepertinya lagu Dear John Bagus untuk saat ini" ujarnya menimang-nimang. Lagu itu entah kenapa selalu bersarang di kepalanya. Lagu yang mengartikan kerinduan terhadap seseorang yang tidak ada bersamanya. Seperti dirinya saat ini, Seungwan tidak bersama Chanyeol. Dan dia akui, dia merindukan pria jangkung tersebut. Petikan pun telah terdengar, ia menikmati petikan lagu Dear John tersebut.

Long were the nights when my days once revolved around you

Counting my footsteps,

Praying the floor won't fall through, again

My mother accused me of losing my mind,

But I swore I was fine, you paint me a blue sky

And go back and turn it to rain

And I lived in your chess game,

But you changed the rules every day

Wondering which version of you I might get on the phone

Tonight, well I stopped picking up, and this song is to let you know why

Entah sejak kapan, air mata telah membasahi kedua pipi bulat Seungwan.

Dear John, I see it all now that you're gone

Don't you think I was too young to be messed with?

The girl in the dress, cried the whole way home,

I should've known

(Dear John - Taylor Swift)

"Mom" panggil seseorang di ambang pintu. Seungwan yang terpanggil langsung membuka matanya dan menghapus air matanya ketika melihat pria muda itu berada di ambang pintu.

"Sayang, sudah pulang?" tanya Seungwan menampilkan senyuman hangat dan menghampiri anak semata wayangnya tersebut. Ya, ini adalah anaknya dengan Chanyeol. Park Renjun.

"Menangis lagi, hm?" tanya Renjun. Renjun sudah beberapa kali memergoki ibunya menangis di dalam sini. Renjun tahu penyebabnya.

"Siapa yang menangis? Mommy hanya kelilipan sayang" bohong Seungwan. Ia masih mengusap lembut surai coklat anaknya.

"Tidak usah berbohong, mom. Renjun lihat semuanya. Mom, jika ada apa-apa tolong cerita ya sama aku. Aku siap kok mendengarkan. Inget mommy punya Renjun" ujarnya memeluk Seungwan erat. Seungwan tersenyum getir, Renjun memang seperti ini. Dia bersyukur mempunyai Renjun yang selalu ada di sampingnya, yang mengerti dirinya.

"Iya sayang. Sudah ah, kenapa jadi begini. Renjun sudah makan?" tanyanya melihat ke arah anaknya. Renjun menggeleng gemas. Seungwan tersenyum lebar dan kembali memeluk anaknya lebih erat.

"Anak mommy" ujarnya sayang.

Setelahnya mereka sudah ada di meja makan dengan masakan Seungwan tentunya. Disela makan mereka, pasti Renjun selalu bercerita soal sekolah, teman, ataupun pelajaran. Seungwan kadang membalasnya dengan perkataan, anggukan, atau kekehannya. Menurutnya cerita itu sangatlah menggemaskan, apalagi Renjun menceritakannya dengan ekspresi yang dilihat siapapun akan gemas sendiri. Renjun telah berumur 14 tahun tahun ini. Ketika berumur 12 tahun, Seungwan memberanikan diri untuk menceritakan soal Daddy nya dan rumah tangganya. Bagi Seungwan Renjun adalah anak yang mudah mengerti kondisi. Ketika mendengar pun, ia hanya diam dan mengangguk kecil. Dan Seungwan bersyukur bahwa Renjun tidak pernah membeci Chanyeol. Malah, Renjun selalu meminta Seungwan untuk menceritakan seorang Park Chanyeol tersebut. Dengan senang hati Seungwan bercerita.

STONE COLD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang