Seungwan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia masih dalam isakannya, sesekali menyeka air matanya yang asik turun di kedua pipinya. Seungwan tidak menyangka bahwa malam bahagianya ini akan dirusak oleh suaminya, Lagi. Entahlah, Seungwan terlalu jengkel dengan sikapnya yang terlalu overprotektif seperti itu. Padahal semua lelaki itu adalah teman sepermainannya, tidak lebih. Seungwan bukan dirinya yang bisa bermain api di belakang. Seungwan bukan wanita seperti itu. Ia akan menjaga apapun yang menjadi prioritasnya, termasuk rumah tangganya. Tapi kenapa suaminya selalu marah ketika ia bersama pria lain. Seungwan pening memikirkan hal ini. Ia semakin melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tak lama ia sudah sampai di rumahnya dan keluar dari mobil.
Seungwan membuka pintu dan berlari ke arah kamarnya. Sampai, ia mengunci pintu kamarnya. Ia tidak mau Chanyeol memasuki kamarnya hanya untuk marah-marah, Seungwan kesal dan takut pastinya. Ia menangis di dalam bantalnya. Bisakah satu hari ia merasakan kebahagiaan? Tuhan selalu tidak merencanakan hal baik sepertinya.
drtt drtt...
Seungwan merogoh ponselnya yang bergetar sejak tadi di dalam tas kuningnya. Sebenarnya ia malas untuk mengangkat atau sekedar membalas pesan yang tidak begitu penting, tetapi karena sedari tadi bergetar sepertinya ia harus mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?" sapa Seungwan dengan suara bindeng.
"Wan, are you okay? Aku lihat tadi kau langsung pergi begitu saja tanpa suamimu" tanya Jaehyun khawatir di sebrang sana. Seungwan mengigit bibirnya dan isakannya kembali keluar. Jaehyun mendengarnya hanya bisa diam, mendengar semua kepiluan gadis mungil tersebut. Jaehyun sebenarnya geram dengan sifat kasar suaminya itu tetapi ia ingat posisinya sekarang. Hanya sekedar teman dekat.
Lama dalam isakan dan tidak ada suara dari sebrang sana. Seungwan menghapus air matanya dan berhenti terisak. Ia pun menuju kamar mandi untuk cuci muka dan menaruh ponselnya di atas nakas. Setelah dirasa cukup, ia kembali dengan pakaian tidurnya. Ia melihat panggilannya belum berakhir. Jaehyun masih menunggunya. Seungwan bersyukur masih ada lelaki yang peduli dengannya, setelah Eunwoo pergi.
"Maaf karena aku, pertemuan pertama kita bertahun-tahun lamanya menjadi kesan buruk untuk kalian. Maaf" maaf Seungwan.
"Tidak apa wan. Tidak perlu meminta maaf, anak-anak juga mengerti kondisimu. Kami yang meminta maaf, tidak mencegahmu untuk bertahan. Kau baik-baik saja kan?" ujar Jaehyun dan ada sedikit nada khawatir disana. Seungwan mengangguk kecil meskipun tidak di ketahui oleh Jaehyun.
"Hm, aku baik" ujar Seungwan sedikit tenang.
"Syukurlah. Aku kira kau akan dikasari atau di perlakukan hal yang lain" ujar Jaehyun.
"Tidak. Aku baik-baik saja. Dia belum pulang sepertinya" ujarnya.
"Yasudah, kau hati-hati ya. Jangan lupa cuci muka, gosok gigi, ganti baju dengan nyaman. Good night and sleep well" ujar Jaehyun menutup telponnya. Seungwan tersenyum dan menaruh ponselnya di atas nakas. Setidaknya telpon dari Jaehyun membuat dirinya merasa sedikit tenang.
Ia membaringkan dirinya di atas kasur berukuran besar tersebut dengan menatap langit-langit kamarnya tersebut. Ia merasa takut sekarang. Dengan tindakannya di cafe tersebut yang meninggalkan suaminya tanpa persetujuannya. Seungwan takut bahwa Chanyeol akan kembali mendiaminya ataupun kembali berbuat kasar terhadapnya. Apakah ia harus meminta maaf? Tetapi egonya sudah terlalu tinggi. Ia kesal dengan sifatnya yang terlalu overthinking dan overprotektif. Mungkin baik karena dirinya adalah istri orang dan tak Bagus memang harus bersama dengan pria lain, tetapi Seungwan selalu izin kepada suami jangkungnya itu jika ia akan pergi maupun bertemu seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
STONE COLD ✔
Fanfic"Aku tidak bisa memaksakan bahwa kau harus mencintaiku. Jika kau bahagia berada di sampingnya, aku turut bahagia atas itu semua" -Wendy "Maafkan aku, jika aku selalu menyakitimu. Tapi Cinta tidak bisa dipaksakan" -Chanyeol Pernikahan bukanlah sesuat...