****
"Karin, lo udah bangun?" Freya melangkah gusar kearah Tang yena yang sedang mengobrol dengan Xu wenjun. Spontan ia langsung menggeser posisi Xu wenjun yang sedang berdekatan dengan Tang yena lalu duduk ditempat Xu wenjun tadi.
"Ai chunhua! kamu kemana aja sih? Aku jenuh nunggu kamu daritadi." Tang yena bertanya dengan cemberut. Freya cengo, eh? mengapa si bunglon itu berbicara dengan bahasa Aku-kamu sekarang?
"Maaf, tadi ... Aku- tersesat saat ingin mencari jalan pulang. Untunglah aku sedikit ingat jalan yang aku tempuh sebelumnya..." Freya menjelaskan dengan gugup. Canggung sekali jika berkata Aku-kamu dengan Tang yena. Rasa-rasanya, sangat geli jika dibayangkan lagi. Sebenarnya tang yena ingin melakukan apasih? Sampai sok-sok an berbicara seperti itu segala...
"Aku ingin berterimakasih kepada Xu wenjun. Karena ramuan yang dia berikan kepadaku, aku menjadi sembuh sekarang." Tang yena berucap seraya tersenyum manis kepada Xu wenjun. Freya hanya merespon dengan ekspresi mual seperti ingin muntah. Sedangkan Tang yena diam-diam melotot kepada Freya yang sangat tak tahu diuntung. Untung saja Xu wenjun tak melihat Ekspresi Freya tadi karena ia sedang menunduk dengan jengah.
"Xu wenjun, kenapa kamu?" Tanya Freya datar saat melihat Xu wenjun yang menunduk sembari berusaha menahan senyumannya.
Tersenyum malu-malu, heh?
"Ya nona, kamu adalah orang terhormat. Selain itu, Sudah kewajiban hamba sebagai manusia untuk menolong sesama." Tang yena langsung mengangguk mengiyakan. "Xu wenjun, berapa umurmu?" Tanya tang yena dengan raut wajah penasaran.
"Ah, hamba ... Berusia 18 tahun."
Tang yena membuat ekspresi yang dilebih-lebihkan. "Kau sangat imut sekali."
"Trimakasih nona. Kau juga." ucapnya sembari tersipu malu.
"Aku imut?"
Xu wenjun mengangguk kecil. "Ya, dan ... Menawan."
Wajah Tang yena langsung memerah pada saat itu juga. Freya memutar bola matanya malas. Astaga, panas sekali melihat orang yang sedang melakukan PDKT seperti ini. Rasa-rasanya Freya ingin segera mendinginkan tubuhnya kesungai.
"Nona ai chunhua, Nona karin. Apa tidak apa-apa jika hamba meninggalkan kalian sebentar?" tanya Xu wenjun hati-hati. Xu wenjun lalu menatap Tang yena. "Kakekku sudah menunggu disana." ujarnya sembari menunjuk kearah hutan.
"Ya. Hati-hati Xu wenjun." Tang yena langsung menjawab. Sedangkan Xu wenjun hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan mereka yang masih berada di gubuk itu.
Setelah kepergian Xu wenjun. Freya pun langsung menyeletuk. "Kok dia manggil lo pake sebutan karin?"
Tang yena mengerutkan keningnya. "Karna ... Gue karin. Gue bukan tang yena. Gue cuma numpang ditubuhnya. Selain itu, lo tadi waktu baru dateng juga udah manggil gue pake sebutan karin."
"Lo tadi kenapa ngomong pake bahasa aku-kamu?"
"Kenapa? Geli lo?" Tanya Tang yena sembari terkikik.
"Gue nanya. Gak usah nanya balik." Freya tersenyum sinis kearah Tang yena. Ia lalu berdiri dari duduknya. Menelusuri disetiap sudut gubuk itu. Freya mengambil tasnya yang berada tersender didinding yang terbuat dari bilik. Tasnya digeletakkan begitu saja ditanah oleh Xu wenjun. Apa jangan-jangan pria itu sudah pernah mengobrak-abrik tasnya? Tak mungkin. Karna Xu wenjun tak tahu bagaimana cara membuka ransel.
"Gue gak mau kelihatan aneh. Kalo gue ngomong kayak gini, pasti cowok imut itu bakal curiga sama gue." Tang yena menjawab sembari mengkhayal memikirkan Xu wenjun yang tersenyum manis kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Travel Of A Freya (On Going)
FantasyFreya, anak konglomerat dari abad ke 21 tibatiba terlempar ke tubuh nona pertama di kediaman menteri ai. Entah apa alasan dia bertransmigrasi sampai ke era ini, yang pasti freya hanya ingin pulang ke tempat asalnya. Ai chunhua, putri pertama dari pe...