1. Awal

1.3K 37 2
                                    


   Namaku Humaira'.
   Putri sulung dari 2 bersaudara. Lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Keluarga ku juga bukan orang terpandang dengan ilmu agama nya. Hanya sebagian keluarga yang bisa di bilang pas-pasan.
 

   Ini kisah ku. Mungkin tidak semenarik kisah-kisah orang lain, tapi setidaknya ini kisah yang selalu terkenang di sepanjang memori otak ku.

  
   Kisah ini berawal sekitar 5 tahun yang lalu. Saat itu menjelang hari kelulusan ku dari SMA....

  
   'Bib' aku meraih handphone di atas nakas. Aku tersenyum saat melihat siapa pengirim pesan itu.

   [ Assalamualaikum dek]

  
   Padahal hanya salam biasa, tapi bagiku itu spesial. Karena orang inilah yang menjadi semangat ku.
  

   Namanya Fathul Umam, jika kalian berfikir dia pacarku kalian salah. Kami hanya,, entahlah. Tidak ada yang jelas dalam hubungan kami.

   Pertemuan kami sedikit unik dan tak terduga. Saat itu sore hari musim lebaran, aku sedang ada di rumah Bude ku. Aku duduk di depan rumah sambil menonton kakak sepupu ku menyapu bekas kulit kelapa muda yang di buat untuk menjamu kerabat jauh Bude dari Pekalongan. Tiba-tiba ada tamu datang berkunjung, lelaki dan perempuan. Aku masih biasa saja melihat mereka masuk rumah karena ku fikir aku kan nggak kenal, aku hanya menyapa dengan senyum.

   Selang beberapa menit kemudian lelaki itu keluar lagi dan menghampiri ku. Sebenarnya aku sedikit tidak enak karena dia tiba-tiba duduk di bawah lantai sedangkan aku di atas dan sedikit risih juga karena aku bukan tipe orang yang mudah bergaul dengan orang-orang, apalagi lawan jenis. Aku termasuk tipe orang yang agak pendiam malah.

   "Assalamualaikum mbak?" Sapa dia.
   "Waalaikumsalaam." Jawab ku agak gugup saat itu. Astaghfirullah.. aku membatin dalam hati.
   "Mondok Ten pundi mbak ?"
   "Deket sini, tetangga kecamatan." Saat itu aku sudah mulai tidak nyaman.
   "Kenalan angsal nggeh mbak, kulo Fathul Umam, njenengan asmane sintren ?"
   "Humaira'" jawabku singkat.
   "Nyuwun nomor hp ne angsal mboten mbak ?" Katanya.
   Saat itu aku berfikir ' Ya Allah, ini orang to the poin banget ya', tapi karena ku fikir dia masih kerabat Bude ku tidak masalah kali ya.
   "Nggeh angsal." Lalu ku sebutkan nomor hp ku padanya.

   Mulai dari saat itulah kami mulai berkomunikasi, dan baru ku tahu bahwa dia juga masih menimba ilmu di pesantren juga. Hingga kini pertemanan kami sudah hampir 2 tahun.

   Dan meskipun aku mengatakan kami berteman, aku tidak memungkiri bahwa aku mengagumi dia. Lagipula ku fikir dia memang layak untuk di kagumi. Dia baik, sopan, tampan juga, apalagi ilmu agamanya juga bagus. Cocok sekali di jadikan sebagai kriteria calon suami idaman. Astaghfirullah.. lagi-lagi aku membayangkan dirinya.

   Aku menggelengkan kepala ku. 'Tidak boleh ! Jangan pikirin cinta-cintaan dulu Anisa ! Kamu harus membahagiakan orang tua mu dulu, karena itulah sekarang tugas mu !'

   Menghela napas mengusir fikiran-fikiran yang berkecamuk di otakku.

   Itulah sepenggal kisahku dan dia.

   [ Waalaikumsalam kakak ]

   'bib' inilah yang ku suka darinya, dia selalu cepat tanggap membalas pesan dariku.

   [ Baru lulus kan dek ? Mau lanjut di mana ? ]

   [ Belum tahu kak, mau mondok lagi aja kaya nya]

   [ Udah mutusin mau mondok di mana ? ]

   [ Belum si kak, mungkin ikut  mbak sepupu ku yang di pondok tahfidz ]
  
   [ Ke sini aja dek, ikut kakak. ]
   Aku membacanya sambil senyum-senyum sendiri.

   [ Nggak ah, nanti ketemu kakak terus bosen aku, hehe ]

   [ Nggak apa-apa, kakak nggak bosen kok. Malah kakak seneng. ]
   Senyumku makin lebar.

   [ Yee, itu kan mau kakak. Aku terserah Bapak aja si aku kak. ]

   [ Nanti mondok bawa hp nggak dek ? ]

   [ Ya ndak to kak, ndak boleh kayanya. ]

   [ Yaah, kakak bakalan kangen dong dek. ]

   Aku ikut mendesah membaca pesan darinya. Ingin sekali aku mengatakan padanya bahwa mungkin nanti bukan hanya dia yang akan merindukanku

   [ Kalo kangen jangan lupa kakak do'ain arek biar hasil nanti ngajinya. Biar ceper khatam Al-Qur'an nya. ]

   [ Pasti kakak do'ain adek biar cepet khatam, biar bisa... ]

   Hanya balasan seperti ini darinya bisa membuatku mengkhayal kemana-mana. Ya Allah... Aku menggelengkan kepalaku mengenyahkan segala imajinasi itu.

   [ Bisa apa hayo ? ] Aku jadi ikut-ikutan ingin menggoda nya. Astaghfirullah...

   1 menit, 2 menit, 3 menit.. tak ada balasan, yaaah mungkin sudah mulai kelasnya.

   Oh iya, aku belum bilang kan, kalau kakak sudah mulai mengajar di pondok pesantren nya, lagi ngabdi gitu katanya.

   Ya sudahlah, jangan di fikirkan.

   Saat ini aku sedang bersiap untuk pesta kelulusan ku...

   Acara kelulusan di sekolahku diadakan besok lusa. Sebenarnya kalau di suruh milih, aku lebih memilih acara yang biasa-biasa saja. Tapi karena sudah di putuskan bahwa tema acaranya mengharuskan aku mengenakan kebaya, aku harus mempersiapkan semuanya lebih awal. Yang paling repot adalah jarak rumah ku dari sekolah berkilo-kilo jauhnya.

   Jangan tanya kenapa aku bersekolah di tempat yang jauh padahal ada banyak sekolah di daerahku. Ini karena aku bersekolah sambil nyantren di sana. Walaupun tidak jauh, setidaknya itu masih tetangga kecamatan.

   Ngomong-ngomong aku sudah lama berada di rumah. Karena selepas ujian sekolah aku mendapat kabar dari rumah bahwa ibuku sakit. Sebagai anak tidak mungkin aku bisa tenang di sana tanpa rasa khawatir. Jadi aku memutuskan untuk pulang dan merawatnya. Dan Alhamdulillah sekarang ibuku sudah sehat kembali.

   Itulah sepenggal perkenalan dariku. Yang tanpa ku sadari sudah melebar kemana-mana.

   Segera akan menjadi lusa, dan aku akan berangkat ke pesantren untuk mulai menghafal kalam-Nya.

   Semoga bermanfaat nanti nya, aaamiiiin...
  
  
  
  

Humaira'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang