8. Gus Galak

564 25 2
                                    

Sore itu Humaira' yang berada di aula bersama keluarganya. Mereka tengah berbincang-bincang perihal penampilan Alfa tadi saat di atas panggung melantunkan shalawat. Humaira' sempat menggoda Alfa yang pipinya memerah karena malu. Katanya dirinya lebih suka di lihat orang lain dari pada oleh keluarganya sendiri. Dasar.

Sesaat kemudian terlihat Humaira' izin ke belakang pada orang tuanya. Kamar mandi sangat ramai oleh orang-orang. Karena banyak antrian, ia akhirnya berbelok lalu berjalan menuju pondok putri. Ia berpikir mungkin di sana tidak akan seramai itu. Sepanjang jalan ia sadar banyak tatapan terarah padanya, ia mencoba tenang walau sebenarnya ia sudah sangat sering mendapat tatapan seperti itu, tetap saja ia masih merasa risih. Maklum saja, Humaira' memang cantik. Bahkan di pondok pesantren Darul Qur'an ia masuk kategori mbak-mbak paling cantik sepondok, ada-ada saja memang.

   Akan tetapi sebelum ia sampai di sana, tiba-tiba seseorang berseru ke arahnya.

"Eh mbak, itu yang di sana, kemari !"

'suara itu lagi' bisiknya dalam hati. Ia merasakan firasat buruk dari suara tersebut, jadi ia tidak menjawab apalagi menoleh. Ia terus berjalan hingga suara itu kembali dengan perintah.

"Kalau di panggil jangan diam saja ! Cepat kemari ! Ini prasmanan pada kosong bukanya di isi lagi malah kelayapan ! Cepat !"

Humaira' sambil mendengus akhirnya menoleh. 'Benarkan dugaanku, pasti orang ini lagi'

"Anda memanggil saya Gus ?"

"Ya kamu, memangnya ada yang lain selain kamu di situ ?! Cepat kesini !"

"Tapi Gus, saya..."

"Mau alasan apa ?! Itu lihat, santri yang lain sibuk bukanya bantuin malah kelayapan tidak jelas ! Tidak usah banyak alasan kamu ! Cepat ini di ambil !" Kata Gus Farhan sambil menyodorkan nampan prasmanan pada Humaira'.

"Tapi saya ini bu..."

"Astaghfirullah ini anak di suruh ambil malah bantah terus. Ini ambil ! Capek saya megangin nampan ini dari tadi !" Gus Farhan terlihat sudah tidak sabar lagi. Kalau tadi ia hanya marah-marah, sekarang ia terlihat gregetan sekali pada Humaira' yang hanya berdiri bingung. Dan pada akhirnya karena kesabarannya habis, Gus Farhan pun maju lalu kembali menyodorkan tumpukan nampan kosong tersebut pada Humaira'.

Humaira' menerima nampan dengan kesal. Ia menyesalkan kenapa di saat seperti ini tidak ada santriwati lain disekitarnya. Sungguh sial. Apalagi posisi mereka sekarang ada di jalan yang masih lumayan dekat dengan aula tempat para tamu beristirahat, jadi sudah pasti banyak yang melihat mereka. Atau lebih tepatnya melihat ia di marahi habis-habisan oleh Gus Farhan. Bahkan lebih menyebalkannya lagi, setelah nampan di terima, Gus Farhan langsung berbalik kembali ke arah ndalem. 'Sungguh Gus Galak tak berperasaan !'
Ia terus menggerutu sambil mencoba mencari bantuan.

   Humaira' menoleh ke sekeliling, memang benar tidak ada santriwati lain di sekitarnya. Humaira' bingung harus ia kemanakan nampan-nampan di tangannya itu.

   Tepat ketika ia akan mulai berjalan, ia melihat di kejauhan mbak Anis yang terlihat terburu-buru menuju ke arahnya.

   "Syukurlah mbak, akhirnya aku bertemu denganmu. Aku sudah kebingungan ini mau dibawa kemana." Humaira' mendesah lega.

   "Mbak Rara, aku dengar dari santriwati lain katanya mbak di marahin lagi sama Gus Farhan, benar itu mbak ?"

   Humaira' hanya mengangguk dan tersenyum.

   "Maaf ya mbak, aku telat datangnya."

   "Tidak apa mbak, bukan salah mbak."

   "Memangnya ada apa sampai Gus Farhan marah-marah lagi mbak ?"

Humaira'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang