3 . Aneh

542 19 0
                                    

   Tak terasa sudah sepekan lamanya Humaira' di rumah.

  
   Hari ini seluruh keluarga sibuk mempersiapkan keberangkatan Alfa ke pesantren. Keluarga juga menggelar acara syukuran yang di hadiri kerabat dekat saja.

   Selesai acara, mereka langsung berangkat. Tidak banyak yang ikut, hanya keluarga inti saja beserta Pak Ustadz Abu selaku guru ngaji Alfa yang ikut mengantar dan juga Pakde selaku pemilik mobil.

   Hening di dalam mobil. Hanya pembicara para tetua.

   "Dek, kok mukanya tegang gitu ?" Humaira' menyenggol bahu Alfa yang kebetulan duduk di sampingnya. Mereka duduk di kursi belakang.

   "Nggak apa-apa mbak, hanya sedikit takut saja." Alfa nyengir canggung.

   "Takut kenapa ? Cowok masak takut si dek, yang berani dong."

   "Ya takut aja mbak, kan disana Alfa nggak ada yang kenal."

   "Siapa bilang nggak ada yang kenal, kan ada kak Fathul di sana."

   "Kak Fathul kan Ustadz di sana mbak, nggak bakalan sama kaya biasanya."

  
   Humaira' tersenyum menanggapi obrolan bersama adiknya itu. Alfa memang akan nyantri di pesantren tempat Fathul belajar juga.

   Keluarga Humaira' sendiri sudah tidak asing lagi dengan Fathul, karena dia sering berkunjung ke rumah sekalipun Humaira' sedang ada di pesantren. Ibunya bahkan sering kali membicarakan hingga memuji Fathul yang katanya calon menantu ideal. Bisa dikatakan keluarga sudah merestui jika mereka memang benar-benar memiliki hubungan.

   "Nduk, kamu sudah kabarin kakak kalau kita sudah berangkat ?" Tanya Ibu yang tiba-tiba menoleh ke belakang.

   "Iya Bu, sudah. Kakak juga ada di pesantren hari ini." Jawab Humaira'.

   "Ya sudah, bener kalau begitu."

  
   Tak lama kemudian rombongan tiba.

   "Nduk, coba telfon kakak lagi di mana sekarang." Suruh bapak.

   "Iya pak, ini lagi di hubungi." Sahut Humaira'. Namun sebelum telfon tersambung dari gerbang pesantren tampak sosok lelaki tampan berbaju koko hijau serta sarung hitam dan peci yang senada dengan sarung yang ia kenakan. Itulah Fathul Umam.

   "Assalamualaikum Pak, Bu ?" Sapa Fathul sambil menyalami dan mencium tangan bapak ibu dan yang lainnya. "Baru sampai, mau langsung ke ndalem Abah Yai atau mau lihat-lihat pondok dulu pak ?" Tanya Fathul.

   "Sepertinya langsung saja nak Fathul, soalnya sudah siang. Biar nanti pulangnya tidak kemalaman." Sahut Pak Asraf, Bapaknya Humaira'.

   "Ya sudah, mari saya antar ke ndalem. Kebetulan hari ini Abah Yai mboten tindak an." Kata Fathul mempersilahkan rombongan untuk menuju ndalem pengasuh pesantren.

   Dalam hati Humaira' merasa sedikit aneh. 'Tidak biasanya kak Fathul mengabaikanku seperti ini'. Batin Humaira' melihat tingkah aneh Fathul padanya. Dia merasa bahwa Fathul aneh, tapi dia meyakini diri sendiri bahwa mungkin karena ini di pesantren. Jadi Fathul sedikit menjaga jarak darinya.

   Humaira' juga merasa aneh dengan tatapan para santri disini. Kenapa ya ?
  

   Selesai sowan Bapak dan Ibu Asraf mengurus segala macam keperluan pendaftaran. Sisanya menunggu di ruang tamu pesantren di temani Fathul. Mereka membicarakan kegiatan-kegiatan di pesantren serta sistem pembelajarannya.

   Humaira' meneliti setiap sudut ruang tamu pesantren, lalu berjalan menuju sisi dinding yang disana terdapat jadwal kegiatan para santri. Dia tertarik membaca jadwal itu karena disana terdapat sebuah nama. Fathul Umam. Dalam jadwal pelajaran akhlaq. Dia tersenyum.

   Tiba-tiba ada suara dari belakang.

   "Lihatin apa dek ? Kok senyum-senyum ?" Humaira' menoleh kaget, ternyata ini orangnya yang baru saja ia kagumi.

   "Astaghfirullah Kakak, ngagetin deh."

   "Lihatin apa si ?" Lanjut Fathul sambil mencoba mencari tahu apa yang sedang di lihat oleh Humaira'. "Ooh,, kakak tahu, lagi lihatin nama kakak ya di situ." Tunjuk Fathul sambil tersenyum menggoda Humaira'.

   Humaira' yang kepergok jadi canggung dan teramat malu. "Eng,,enggak kok, orang adek lihatin jadwal pelajarannya." Sangkalnya.

   "Hahahaha,,, bohong tuh kak. Lihat aja tuh mukanya mbak udah kaya tomat matang." Sahut Alfa di sela-sela pembicaraan mereka.

   "Ih dek, nggak usah usil deh." Humaira' membalas sambil berlalu pergi di iringi tawa kedua orang itu. Sebal sekali dia dengan Adeknya itu.

~

   Saatnya pulang.

   "Mbak, mbak pindah sini aja biar barengan." Alfa bergelayut di tangan kakak perempuannya itu.

   "Ya nggak bisa dong dek. Udah ya, yang betah disini, belajar yang benar, jangan nakal." Jawab Humaira' sambil menepuk tangan adik satu-satunya itu. "Lagipula mbak kan di pondok tahfidz, sedang di sini pondok kitab."

   "Di sini juga ada pondok tahfidz kok dek. Masih satu yayasan, hanya beda pengasuhnya saja. Walaupun bisa di bilang itu pesantren yang terbilang masih baru, dan belum banyak santrinya." Sela Fathul.

   "Tuh mbak, mbak pindah sini aja ya."

   "Nggak bisa dek, lagian nanti kalau mbak pindah ke sini kamu bukannya mandiri tapi malah makin manja." Kukuh Humaira'.

   Setelah itu rombongan saling berpamitan dan memasuki mobil satu persatu.

   Saat berpamitan dengan Alfa, Humaira' melihat mata merah adiknya itu. "Jangan nangis, cowok itu harus kuat nggak boleh cengeng." Kata Humaira' sambil mengusap kepala adiknya sayang.

   "Kak, titip adikku ya." Katanya pada Fathul.

   "Tenang aja dek, Alfa pasti akan betah disini. Kakak akan membimbingnya sebisa kakak." Jawab Fathul.

   Humaira' mengangguk lalu ikut memasuki mobil. Dia sudah merasa di yakinkan.

   Mobil pun mulai bergerak menuju arah pulang.

   'Setelah ini aku yang akan berangkat. Bismillah ya Allah,,'
  

  

  

  

Humaira'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang