23. Menikah ll

1.2K 38 7
                                    



   Tidak terasa seminggu sudah mereka menikah. Hari-hari mereka dihabiskan dengan harmonis dan bahagia. Kini saatnya Humaira' beralih ke rumah suaminya.

   Humaira' tidak tahu akan seperti apa acara yang akan diselenggarakan di sana. Setiap ia bertanya pada Gus Farhan, suaminya itu selalu menjawab dengan senyum dan berkata, "lihat saja nanti". Membuatnya semakin penasaran dan gugup. Ini pertama kalinya ia datang ke sana sebagai menantu, tentu saja ia sudah menanyakan banyak hal tentang keluarga suaminya itu. Untuk mencegahnya melakukan sesuatu hal yang salah.

   Semua keperluan sudah dipersiapkan. Seluruh rombongan keluarga besar Humaira' juga sudah datang. Tinggal berangkat saja.

   Humaira' masih di kamarnya. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin. Hari ini ia juga masih dirias. Bedanya sekarang ia mengenakan gamis brokat berwarna peach dari suaminya.

   "Sudah selesai belum dik ?" Gus Farhan membuka pintu kamar. "Itu didepan sudah siap semua."

   Humaira' melihat suaminya dari cermin sambil menjawab pelan. "Nggih, sampun mas."

   Humaira' melihat sekeliling kamarnya sebelum kemudian beranjak menghampiri sang suami.

   Gus Farhan yang seakan mengerti pikiran istrinya pun berkata. "Nanti, besok-besok kalau adik rindu rumah bilang sama mas. Nanti mas antar, sekalian berkunjung ke bapak sama ibu. Jangan khawatir."
  
   Humaira' tersenyum menganggukkan kepalanya. Gus Farhan mengusap kepala istrinya itu.

   Dan rombongan akhirnya berangkat.

_

   Setibanya di depan gang masuk ke area pesantren, samar-samar terdengar lantunan sholawat beserta grup rebana. Mereka sudah di sambut meski baru tiba di depan gang. Grup sholawat sudah berjajar di tepi jalan dari depan pesantren.

   Humaira' menoleh pada Gus Farhan di sebelahnya saat sang suami meremas tangannya. "Kenapa mas ?"

   "Adik gugup ya ? Kenceng banget megangin tangannya mas."

   Humaira' tercengang, pandangannya seolah mengatakan, 'iyakah ?'.

   Gus Farhan melarikan matanya kearah tangan mereka, menyuruhnya melihat sendiri. Dan setelahnya bisa ditebak, Humaira' tersipu malu.

   "Tidak usah khawatir dik, kan ada mas. Semuanya akan baik-baik saja." Ucap Gus Farhan meyakinkan. Humaira' hanya mengangguk.

   Gus Farhan membuka jendela mobil di sisinya dan juga sisi istrinya sedikit. Ingin sekedar menyapa orang-orang yang ikut merayakan pernikahannya. Dan seolah ingin memproklamirkan bahwa sekarang wanita disampingnya adalah istrinya. Gus Farhan tidak akan pernah lupa bahwa sebelumnya istrinya ini digilai banyak kaum Adam di sini.

   Setibanya di depan ndalem, Gus Farhan yang pertama turun dari mobil. Kemudian ia mengulurkan tangannya pada istrinya. Menggandengnya menuju rumah.

   Saat turun, Humaira' tercengang dengan pemandangan dihadapannya. Di halaman ndalem terdapat sebuah panggung acara dengan pade-pade pernikahan. Dan terlihat grup rebana yang tadi mengiringi perjalanan masuknya mulai berjalan menuju panggung, bersiap untuk memulai sholawat mereka. Allahumma sholli 'alaa sayyidinaa Muhammad.

   Seusai acara balek kloso, Humaira' ditarik oleh Ning Nayla untuk masuk ke kamar Gus Farhan. Sebelumnya ia bingung, tapi begitu ia melihat banyak perlengkapan makeup dan seorang ibu-ibu yang mengikuti mereka masuk kedalam kamar, ia langsung paham. Ia akan dirias lagi. Kembali menjadi ratu sehari dengan Gus Farhan sebagai rajanya.

   Tidak seperti dirumahnya, kali ini ia mengenakan gaun pengantin yang cukup mewah dan meriah menurutnya. Selayaknya pengantin wanita pada umumnya.

   Begitu selesai, Humaira' kembali dibawa keluar oleh Ning Nayla yang terus menerus memujinya cantik. Ia didudukkan di kursi pade-pade yang ada didalam rumah. Mungkin menunggu sang suami menjemputnya keluar.

   Baru Lima menit dirinya duduk, dari posisinya ia mendengar suara yang begitu akrab, suara suaminya. Tapi kali ini terdengar cukup keras meski ia ada didalam rumah. Humaira' mendengar ucapan salam Gus Farhan dan beberapa kata lainnya yang menyambut para tamu undangan. Tapi yang membuatnya kaget adalah ucapan terakhirnya.

   "Sholawat ini saya persembahkan untuk istri saya tercinta, belahan jiwa saya yang kini berhasil saya halalkan. Untukmu istriku,,, aku menyambutmu datang kemari menemui suamimu."

   Setelahnya terdengar lantunan sholawat yang berjudul ' ya habibal qalbi '.

   Humaira' hampir tidak bisa menahan diri untuk bergegas menemui suaminya itu. Ia terus saja tersenyum. Mungkin setelah ini wajahnya akan sedikit kaku saking banyaknya jumlah senyumnya.

   Perlahan ia bangkit dan mulai berjalan keluar dari ndalem. Dari ruang tamu, ia sudah melihat wajah suaminya yang tersenyum melantunkan shalawat. Mereka berdua berjalan mendekat perlahan, dan bertemu di tengah-tengah hadirin. Gus Farhan memberinya buket bunga kemudian meraih tangan istrinya, mengecupnya pelan. Humaira' tersipu malu karena disaksikan semua orang. Ia membenamkan wajahnya di dada suaminya. Membuat Gus Farhan gemas dan mencium puncak kepalanya.

   Mereka berdua kemudian berjalan bergandengan menuju kursi pelaminan.

   Banyak yang menyaksikan terkejut, kebanyakan tidak menyangka bahwa Gus Farhan yang begitu galak dan cuek bisa seromantis ini. Apalagi para santri. Mereka terpesona dengan pemandangan ini, atau dalam bahasa gaulnya baper.

   Gus Farhan saja sudah tampan, dan sekarang ditambah dengan Humaira' yang cantiknya kelewatan. Semua orang jelas berdecak kagum dan juga iri pada pasangan sempurna ini. Masyaallah...

   Mereka melakukan sesi foto, dan menerima banyak ucapan selamat dari para tamu dan juga para santri. Bahkan ustadz Yusuf yang paling usil pun mulai guyon juga.

   "Waah Gus, ndak nyangka loh njenengan dapet mbak Rara nya Alfa. Kalau tahu, njenengan naksir, beeeh,,, sudah tak duluin. Haha."

    Dan bisa ditebak apa jawaban Gus Farhan. "Dia tidak akan mau."

   Seketika jawaban percaya diri itu mendapat sorakan meriah dari para ustadz lainnya.

_

   Di kursi salah satu tamu, ada satu pandangan yang berbeda. Satu pasang mata yang terlihat penuh luka dan benci. Iya, benci. Ia merasa tidak akan pernah rela dan ikhlas melihat pemandangan didepannya kini. Kecemburuannya sudah hampir melewati batas. 'Harusnya aku yang ada di sana ! Bukan dia !' pikir orang itu.
  

_

(Sesuai janji aku ya, hari ini aku update 2. Kalau suka cerita ini, jangan lupa follow ya gaeees. 🙏 Jangan lupa juga bintangnya.)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Humaira'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang