22. Hari Pertama

992 25 0
                                    

 

  Setelah melanjutkan ramah tamah kepada seluruh keluarga dan tamu terdekat, barulah pasangan baru itu bisa beristirahat dengan tenang. Memang acara hanya dilangsungkan pada pagi hari untuk akad nikah disambung dengan acara lainnya dan malam hari untuk sekedar syukuran bersama keluarga. Jadi seusai jam sepuluh semua orang sudah bubar.

   Humaira' bersyukur karena ia tidak mengenakan aksesoris pernikahan yang berat dan merepotkan. Ia hanya mengenakan jilbab syar'i modern untuk pengantin dan juga hiasan dari bunga melati dan mawar yang menjuntai di sekitar kepalanya. Ada juga mahkota kecil sebagai aksesoris tambahan. Sebenarnya Humaira' hanya ingin menggunakan mahkotanya saja, tapi ibunya mengharuskan ia untuk menambahkan bunga. Karena pengantin itu identik dengan kedua bunga tersebut. Apalagi di daerah tempat tinggalnya. Konon katanya, bunga pengantin itulah yang biasanya di incar oleh kebanyakan gadis-gadis. Biar cepat nyusul katanya. Tapi ia merasa, simpel begini saja ia sudah kelelahan apalagi jika seperti yang biasanya itu ?

   Saat memasuki kamar tidurnya, ia baru sadar kalau banyak sekali kado-kado yang diterima olehnya. Terutama dari teman-temannya di pesantren.

   Humaira' masih berdiri di dekat pintu yang masih terbuka, tiba-tiba ia mendengar pintu di tutup dilanjutkan dengan sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya. Walaupun masih canggung, Humaira' berusaha untuk tetap tenang.

   "Lihatin apa sih dik ? Serius banget sampai suami masuk ndak ditoleh." Suara magnetik itu mengembalikan kesadarannya.

   "Lihat kado-kado ini mas, aku baru sadar kalau dapat kado sebanyak ini."

   Gus Farhan tersenyum. Ia mengsejajarkan kepalanya dan sedikit menoleh, memandang figur samping istrinya. "Itu tandanya, ada banyak orang yang sayang sama kamu dik."

   "Alhamdulillah ya mas, aku beruntung mempunyai keluarga dan teman-teman yang begitu peduli."

   "Iya, mas juga beruntung..." Gus Farhan menjeda kalimatnya. Mengecup pipi istrinya dan berkata. "Allah memudahkan jalanku untuk bisa memilikimu. Aku merasa menjadi orang yang paling bahagia. Terimakasih sayang."

   Humaira' tersipu, tapi ia memberanikan diri untuk berbalik menghadap suaminya. Menatap wajah sang suami yang terlihat begitu sempurna dimatanya. Mengangkat tangan ingin menyentuh wajah itu, mengusap penuh cinta. "Aku juga sangat bersyukur untuk itu mas."

   Mereka berdua tenggelam dalam lautan kebahagiaan yang baru ini didapatkan. Saling menatap seolah tengah menyelami kedalaman mata orang dihadapannya. Memuji sang Khaliq yang mempersatukan mereka berdua. Diam-diam berharap akan seperti ini selamanya.

   "Kita belum sholat mas." Ucap Humaira' tiba-tiba.

   Gus Farhan tertegun sejenak. Merasa lalai hingga harus diingatkan istrinya. "Astaghfirullah,,, mas hampir saja lupa dik. Saking terpesonanya mas dengan istri mas ini." Katanya sambil mencolek pucuk hidung istrinya.

   Mereka berdua melakukan sholat sunnah pengantin baru dan Gus Farhan mengulang kembali doa yang ia ucapkan setelah akad nikah tadi pagi. Humaira' dengan penuh khusyuk mengamini doa.

   Dan setelah itu, malam yang indah itu berlalu dengan luar biasa bagi mereka. Saling mengasihi dan mendamba penuh dengan cinta luar biasa. Seolah ingin membuat iri mahluk-mahluk ciptaan Nya. Masyaallah...

   "Siapa yang diberi karunia oleh Allah seorang istri yang salehah, berarti Allah telah menolongnya untuk menyempurnakan setengah agamanya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah setengah sisanya". (HR. Baihaqi 1916)

_
  

   Pernahkah kalian membayangkan bagaimana pagi kalian yang selalu sendiri tiba-tiba kali pertama kalian membuka mata ada pemandangan indah sang pujaan hati ? Gus Farhan juga tidak pernah membayangkannya. Itu sebabnya ia langsung terpana saat ia bangun dari tidurnya. Atau lebih bisa dikatakan ia dibangunkan oleh sang bidadari. Rasanya masyaallah sekali bahagianya.

Humaira'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang