9. Minta Maaf

1.4K 22 2
                                    

  
Pesantren Nurul Huda 3 bulan kemudian.

   Dering telepon memecah kesunyian kantor pengurus. Tetapi karena masih jam mengajar tidak ada yang mengangkatnya. Untung saja pada dering ke 3 waktu istirahat tiba. Para Ustadz kembali ke kantor dan menemukan hp salah seorang Ustadz berbunyi.

   "Itu hp siapa yang bunyi kang ?" Ustadz Huda bertanya sambil celingukan mencari sumber suara.

   "Deringnya seperti milik kang Fathul, kang. Tapi dimana orangnya ?" Jawab Ustadz Ali. Sambil menunjuk ponsel yang tergeletak di lemari kecil samping meja kantor. "Coba dicari saja orangnya kang, siapa tahu telepon penting."

   Ustadz Huda kembali melangkah keluar guna mencari Fathul yang belum kembali dari mengajarnya setelah sebelumnya melihat siapa si pemanggil. Ia tak berjalan lama sebelum ia menemukan Fathul yang tengah berbincang dengan salah satu kang santri yang seingatnya adalah adik dari gebetannya. Alfa.

   Ya, Huda itu sahabat karibnya Fathul, jadi ia sering dijadikan tempat curhat. Ia lalu menghampiri mereka berdua. "Kang, itu ada telepon. Sudah berkali-kali."

   Alfa yang melihat Huda langsung menyapa dengan salam kemudian berpamitan untuk kembali ke kamarnya.

   "Dari siapa kang ?" Jawab Fathul menoleh sedikit penasaran.

   "Tulisannya sih, adek." katanya sedikit meledek.

   Fathul seketika antusias mendengar siapa yang meneleponnya, pasalnya ia sudah menantikan telepon tersebut sejak tiga bulan lalu. "Beneran kang ?" Ujarnya seraya bergegas kembali ke kantor.

   Huda hanya mengangguk maklum dengan sikap Fathul. Kemudian menyusul.

   Setibanya mereka di kantor, Fathul langsung menyambar ponselnya yang kembali berdering. Benar, itu dia. Humaira'.

   "Halo, assalamualaikum." suara di seberang sana terdengar lembut di hatinya, membuatnya tersenyum.

   "Waalaikumsalaam dek."

   Seketika kantor ramai menyoraki dirinya setelah mendengar jawabannya. Banyak dari mereka yang menggodanya karena di telepon someone. Membuat Humaira' diseberang ikut memerah.

   "Mau bicara sama Alfa bisa pak ustadz ?"

   Fathul tertegun sejenak, "pak ustadz ?" Tanyanya tak yakin. Ia merasa asing dengan panggilan tersebut, yang membuat teman-temannya yang lain ikut penasaran ingin dengar juga. Membuat ruangan mendadak hening.

   "Iya pak ustadz, minta tolong panggilkan Alfanya ya ?" Humaira' menekankan kata Pak Ustadz dengan sangat jelas. "Ini teleponnya di kantor pengurus antri soalnya." Lanjutnya lagi.

   Fathul menghela nafas lega, ternyata karena ada pengurus yang berjaga disana. Ia tidak bisa membayangkan jika Humaira' benar-benar memanggilnya seperti itu. Terasa sangat asing.

   "Sebentar ya dek, biar di panggilkan dulu." Katanya yang di balas gumaman setuju oleh Humaira'. Ketika Fathul menoleh hendak meminta tolong pada salah satu pengurus, ia melihat Gus Farhan memasuki ruangan kantor. Ia sedikit canggung dan tak enak hati.

   "Kang, minta tolong panggilkan Alfa. Katakan mbaknya menelpon." Pintanya pada salah seorang pengurus.

   "Nggih pak ustadz."

   Sembari menunggu Alfa datang, Fathul menyempatkan diri untuk berbicara dengan Humaira'. Terlihat mengabaikan orang lain disekitarnya, bahkan Gus Farhan sendiri. "Bagaimana kabarnya dek ? Sehat kan ?"

Humaira'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang