5. Haul

432 20 2
                                    

  

   Sudah menjadi tradisi hampir setiap pondok pesantren untuk mengadakan acara Haul di setiap tahunnya. Sekedar informasi bagi kalian yang belum tahu, Haul merupakan tradisi peringatan kematian seseorang yang diadakan setahun sekali dengan tujuan mendoakan ahli kubur agar semua amal ibadah yang dilakukannya diterima Allah sekaligus mengenang keteladanan semasa hidup dari tokoh yang diperingati tersebut. Tak berbeda jauh dengan yang sekarang sedang di adakan di pondok pesantren Nurul Huda tempat Alfa mondok.

   Acara tersebut turut mengundang para wali santri untuk menghadiri acara Haul, meskipun tidak di wajibkan hadir. Namun meski demikian, pasti masih banyak saja keluarga para santri yang menghadiri acara tersebut sekalian menjenguk anaknya. Tak terkecuali keluarga Alfa sendiri. Kebetulan sekali acaranya berlangsung saat Humaira' sudah pulang ke rumah dikarenakan liburan maulud. Persantren Darul Qur'an memang meliburkan para santri lebih awal dari jadwal libur sebenarnya, yaitu 5 hari lebih awal. Jadi dia sekalian ikut dengan keluarganya untuk menghadiri acara tersebut. 'sebenarnya aku merasa malu jika berkunjung ke sana karena rata-rata teman kakak sudah mengetahui hubungan kami. Tapi mungkin tidak apa-apa kali ya, lagipula ada pengajiannya juga, sekalian nambah ilmu nanti.' batin Humaira'.

   Karena hari ini juga ada acara pembagian hadiah dari lomba-lomba yang sudah di ikuti oleh para santri sebelum hari H acara, seperti contoh lomba cerdas cermat, lomba pidato, lomba menerjemahkan kitab kuning juga, dll. Jadi Humaira' dan rombongan tiba lebih awal tepatnya 1 hari sebelum hari H. Ngomong-ngomong, Alfa mendapatkan juara 2 cerdas cermat, dan  akan ikut mengisi acara untuk bersholawat nantinya. Jadi sejak tiga hari yang lalu dia tidak henti-hentinya mengingatkan orangtuanya untuk datang.

  
   _

   Saat mereka tiba di pesantren, itu masih sekitar jam setengah sembilan pagi. Humaira' sudah mendengar suara seseorang dari masjid yang sedang membaca Al-Qur'an. Dari nadanya, sepertinya mereka adalah para tahfidz yang sedang khataman Al-Qur'an. Mungkin saking khusyuknya Humaira', dia terbawa bacaan Al-Qur'an tersebut dan ikut melafalkannya. Itu adalah Surah Al Kahfi yang sedang di bacakan. 

   Humaira' begitu terhanyut dalam lantunan surah Al Kahfi tersebut sampai Alfa datang menyambut kedatangan mereka, dia baru menoleh dan langsung bertanya pada Alfa. "Dek, itu di masjid lagi ada khataman Al-Qur'an ya ?"

   "Iya mbak, itu mbak-mbak santriwati dari pondok sebelah yang dulu pak ustadz pernah bilang itu lo. Yang masih satu kerabat sama ndalem Abah Yai."

   "Oh gitu. Sudah banyak belum sekarang santriwati di sana dek ?"

   "Nggak tahu mbak, nggak pernah nanya-nanya aku. Kenapa ? Mbak tertarik untuk pindah ke sana ?" Alfa menyeringai senang. Selama satu tahun ini Alfa memang masih selalu menyebutkan soal pindah pesantren pada kakaknya.

   "Enggak, mbak kan cuma nanya dek."

   Pembicaraan merekapun terhenti saat mereka sowan ke ndalem pengasuh.

   Humaira' selalu merasa kagum pada para hafidz, baginya mereka adalah orang-orang hebat penjaga Al-Qur'an.  Meskipun dirinya sendiri juga seorang Hafidzah, kadang-kadang dia selalu merasa masih belum bisa mengamalkan Al-Qur'an dengan baik dan ada sedikit rasa takut kalau-kalau tidak bisa menjaga hafalannya. Karena seorang penghafal Al-Qur'an mempunyai tanggungjawab yang sangat besar yang harus di tanggung. Makanya Humaira' selalu berdoa kepada Allah SWT agar dirinya selalu bisa Istiqomah dalam menjaga hafalan dan ngajinya. Dia juga berharap suatu saat nanti dia dapat memberikan mahkota surga untuk kedua orangtuanya. Hal ini dijelaskan dari Burairah ra, Nabi bersabda,

Siapa yang menghafal Al-Qur'an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al-Qur'an.” (HR. Hakim)

   Semoga Allah senantiasa meridhoiku. Aamiin.

_

   Setelah sowan ke ndalem pengasuh, rombongan di bimbing ke aula untuk para tamu. Di sana sudah ramai sekali. Mereka duduk bersama dengan para wali santri lainnya. Sebenarnya acara penyerahan hadiah akan di berikan nanti ba'da dzuhur seusai khataman Al-Qur'an di masjid serta sholat dzuhur.

   Humaira' sebenarnya tidak terlalu nyaman berada di sana, karena ramai dan semuanya rata-rata para orangtua. Alfa tahu bahwa kakaknya itu kurang nyaman, jadi dia izin pada orangtuanya untuk mengajak sang kakak berkeliling pondok. Tapi karena perempuan dilarang masuk komplek putra mereka berdua akhirnya hanya berkeliling di depan pondok yang berhadapan langsung dengan masjid.

   Di tengah jalan mereka kebetulan bertemu dengan Fathul yang baru keluar dari ndalem pengasuh.

   "Assalamualaikum dek, sudah tiba dari tadi ?" Sapa Fathul.

   "Waalaikumsalaam kak, belum lama ini kok kak." Balas Humaira' sambil tersenyum.

   "Ini mau kemana kalian berdua ?"

   "Mau ngajak mbak keliling pondok pak ustadz, kasihan mbak, di aulakan isinya orangtua semua." Alfa menyela. Memang sekarang panggilan Alfa pada Fathul sudah di ganti menjadi pak ustadz, bukan lagi kakak. Katanya malu dia kalau beda sendiri.

   "Kalau begitu kakak boleh ikut ?"

   "Memangnya kakak tidak sibuk ? Kakak kan panitia acara juga ?" Jawab Humaira' menunjuk kartu panitia yang tergantung di leher Fathul.

   "Alhamdulillah nggak kok dek, sudah selesai semua persiapannya. Palingan sibuknya nanti ba'da dzuhur pas acara."

   "Sebenarnya boleh kak, tapi nanti apa tidak ada yang cemburu atau salah paham gitu ?" Sebenarnya Humaira' hanya iseng saja menanyakan hal itu.

   Fathul sempat tertegun sejenak setelah mendengar pertanyaan Humaira'. Tapi dalam sekejap ekspresinya kembali normal lalu menjawab dengan sedikit tidak yakin. "Ya nggak dek, memangnya siapa yang akan cemburu."

   "Ya bagus kalau memang begitu. Kalau tidak kan nanti ribet urusannya. Ayo kalau gitu." Sebenarnya Humaira' merasa ada yang di sembunyikan oleh Fathul, tapi karena dia tidak mau bicara, diapun tidak berani menggali terlalu dalam. Sedikit takut kecewa.

   Mereka bertiga lalu berjalan berkeliling area pondok pesantren. Fathul dan Alfa berjalan di depan, sedang Humaira' mengekor mereka berdua di belakang, sambil sesekali dijelaskan oleh Fathul tempat-tempat tersebut.

   Sampai di depan masjid mereka menjumpai mbak-mbak santri yang terlihat sedang kebingungan dan sedikit panik. Akhirnya mereka memutuskan untuk menghampiri dua santriwati tersebut. Fathul kemudian bertanya. "Assalamualaikum mbak, ini ada apa ya ? Kok kalian terlihat panik begitu ?"

   "Waalaikumsalaam, ini loh pak ustadz, mbak shova yang kebagian baca 2 juz akhir tiba-tiba udzur. Sedangkan tidak ada gantinya lagi karena yang sudah khatam hanya mbak Shova. Kami bingung apakah mau sanjang (bilang) sama ummi atau tidak, berhubung ummi sedang ada di ndalem dan sedang kedatangan tamu." Jawab santriwati tersebut. 'o.. pantas saja sudah sekitar lima menit yang lalu mereka berhenti.' batin Humaira'.

   "Ya sudah kalau begitu 2 juz terakhir itu baca saja, tidak usah hafalan kalau memang tidak ada gantinya." Sarang Fathul.

   "Maunya si tadinya begitu pak ustadz, tapi sudah dari kemarin ummi sanjang di haruskan yang hafalan saja. Kami jadi bingung pak ustadz." Ujar mbak yang satunya.

   "Ya terus gimana, nanti ka..." Belum selesai Fathul berbicara tiba-tiba seseorang datang menyela pembicaraan mereka.

   "Mbak, ini gimana kok sudah sepi baru jam segini !"

   Sontak mereka semua menoleh kaget ke arah sumber suara. Itu dia...

Humaira'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang