Levi memandang Rachel yang tengah menampakkan wajah murungnya karena kabar yang baru mereka terima tentang kaburnya Falco dan Gabi dari penjara milik pasukan pengintai. Rachel sendiri merasa bersalah karena tidak pamit kepada dua bocah itu saat tadi pagi pergi bersama Mikasa. Dia yakin mereka berdua pasti berpikiran yang aneh-aneh sehingga nekat melarikan diri. Dengan kemampuan pelatihan mereka selama di Liberio menjadi prajurit Marley, sangat mudah bagi kedua bocah itu untuk mengelabui para penjaga yang ada disini.
"Aku akan berusaha mencari mereka." Kata Levi berusaha menenangkan gadis itu.
Rachel menyunggingkan senyumnya sedikit. "Kapan aku akan terbebas dari sini?" Tanyanya pada Levi sambil memperhatikan sel penjaranya.
Ya, memang dia tadi pagi bisa keluar dari sel penjaranya untuk mengikuti upacara pemakaman Sasha dan juga bertemu Erwin. Namun, hukum yang berlaku tetap harus dilaksanakan, posisinya saat ini adalah tahanan pasukan pengintai karena peristiwa di Liberio dan tanggung jawabnya akan Falco maupun Gabi.
"Erwin akan mengurusnya setelah mendapatkan izin dari Ratu Historia. Bersabarlah." Jawab Levi singkat.
Pria itu pamit undur diri untuk mengurus laporan miliknya tentang misi kemarin. Rachel hanya bisa melambaikan tangannya pelan dan duduk menyandar ke dinding tepat setelah Levi pergi dari hadapannya.
Pikiran gadis itu berkeliaran kemana-mana memikirkan nasibnya saat ini. Belum lagi kaburnya Falco dan Gabi dari sana membuatnya cukup khawatir, meskipun kedua bocah itu sudah terlatih namun tetap saja mereka hanyalah anak-anak yang tidak mengetahui apapun tentang pulau ini. Dia juga memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ke depannya. Para pasukan Marley pasti akan memberikan serangan balasan tentang penyerangan kota Liberio semalam, meskipun menurutnya serangan tersebut akan membutuhkan persiapan yang cukup lama.
"Bagaimana rasanya diterima dimanapun, Rachel?" Sebuah suara yang muncul dari belakang dinding tempatnya bersandar sontak mengagetkan dirinya.
Gadis itu berbalik menghadap tembok itu meskipun dia tak akan bisa melihat orang dibaliknya, "Siapa kau?" Tanyanya hati-hati.
Orang itu tertawa mendengar jawaban Rachel. "Kau bahkan sudah melupakan suaraku ya?" Katanya lagi.
Rachel tersentak saat mendengar suara orang itu lagi. Tangannya memegang dinding yang memisahkan mereka berdua. Seketika aliran listrik yang sangat dia kenali mengalir dari tangannya.
"Eren? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Rachel bingung.
Meskipun dia tak dapat melihat orang yang berada di belakang dinding tu, dari suara dan aliran listrik familiar yang dia terima, dia yakin bahwa orang yang berada di sebelah selnya ini adalah Eren Jaeger, teman lamanya yang tak dia temukan tadi pagi saat di upacara pemakaman Sasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANCE // Levi Ackerman
Fanfiction[Sequel of SPECTRUM - Dalam tahap revisi] Semua ini hanyalah perihal jarak dan waktu yang memisahkan kita. Namun sebuah perasaan tidak akan pernah berbohong dengan apa yang telah dilaluinya. Cerita ini adalah tentang aku dan dia. Aku yang selalu ber...