Langit sore hari ini tampak cerah ditemani beberapa burung yang berterbangan di atasnya. Angin yang berhembus pelan menjadikan suasana disana tampak tenang.
Tanpa ditemani lagi oleh Reiner seperti dua hari yang lalu, hari ini Rachel memilih untuk pergi sendirian ke makam kakaknya. Gadis itu menatap pusara di depannya yang terukirkan nama Raven Frisch disana menunjukkan kepunyaan makam tersebut. Dia memandang pusara tersebut dalam diam. Setelah beberapa lama terdiam, sebuah senyuman tipis terukir di wajah cantiknya.
"Hey, Raven-niichan. Apa kabar?" Tanya Rachel pelan.
"Maaf karena baru mengunjungimu hari ini. Kepergianmu yang mendadak cukup membuatku terpuruk selama beberapa waktu." Gadis itu menarik napasnya dalam.
"Tapi tidak apa. Aku sudah baik-baik saja sekarang–ah maksudku kami semua disini sudah baik-baik saja."
"Kau pasti senang ya sudah bisa bertemu kembali dengan ayah dan ibu disana? Waaah, aku iri sekali. Tapi pasti suatu saat nanti, kita semua akan berkumpul bersama lagi."
Rachel menatap pusara lain yang terletak disebelah makam kakaknya, "Dan juga Sasha jadi punya teman sekarang. Meskipun kalian berdua belum saling mengenal, tolong bersikap baiklah padanya. Dia merupakan salah satu teman baikku sejak dulu."
Rachel mengelus pusara kakaknya itu dengan lembut. "Omong-omong, Falco dan Gabi sudah kembali menjadi anak-anak yang periang sekarang. Dan kami tinggal di rumah lama kita bersama Reiner, Annie, dan juga Pieck."
"Ah, kau tahu? Levi-san, si pria tua menyebalkan itu juga sudah mengingatku. Aku belum sempat memukul dirinya untuk membalaskan perilaku jahatnya waktu itu, tapi aku bersyukur akhirnya dia kembali menjadi Levi yang aku kenal." Lanjutnya sedikit terkekeh.
"Sebentar lagi matahari akan terbenam, aku pulang dulu ya? Sampai ketemu lagi nanti." Ujar gadis itu sambil membangkitkan tubuhnya lalu berbalik untuk pulang.
Namun langkah Rachel terhenti saat melihat seorang pria yang di kenal tengah terdiam tepat di sampingnya dengan dua tangkai bunga di tangannya.
"Eren?" Tanya Rachel bingung.
Eren terlihat gugup di tempatnya, namun dia memberanikan diri untuk membuka mulutnya.
"Aku belum meminta maaf kepada mereka berdua sejak awal." Ujar Eren pelan seraya menatap dua pusara yang berada di depannya.
"Kalau begitu bicaralah pada mereka. Aku akan menunggumu." Balas Rachel sambil mengambil jarak beberapa langkah ke belakang.
Rachel tak ingin mengganggu aktivitas temannya itu. Dia yakin bahwa perlu keberanian lebih dari pemuda itu agar bisa sampai disini.
Gadis itu mengedarkan pandangannya dan mendapatkan tiga orang penjaga yang menunggu mereka di gerbang masuk pemakaman ini. Tentu saja untuk mengawal Eren yang notebenenya masih dalam masa pengasingannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANCE // Levi Ackerman
Fanfiction[Sequel of SPECTRUM - Dalam tahap revisi] Semua ini hanyalah perihal jarak dan waktu yang memisahkan kita. Namun sebuah perasaan tidak akan pernah berbohong dengan apa yang telah dilaluinya. Cerita ini adalah tentang aku dan dia. Aku yang selalu ber...