18. Worry

1.5K 221 20
                                    

Raven pernah berkata padanya, jika dia terlalu lama terjebak dalam putaran masa lalunya, dia akan kehilangan semuanya karena telah menelantarkan masa depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raven pernah berkata padanya, jika dia terlalu lama terjebak dalam putaran masa lalunya, dia akan kehilangan semuanya karena telah menelantarkan masa depannya. Oleh karena itu, setelah kepergian sang kakak, Rachel jadi lebih bisa mengikhlaskan hal tersebut dan bergerak maju ke depan.

Seperti saat ini, sejak pagi tadi dia sudah pergi menggunakan peralatan F-Werkznya untuk mengunjungi Eren yang berada di pengasingan yang terletak di selatan pulau Paradise. Setelah mendapat kabar dari Mikasa kemarin mengenai kondisi lelaki itu, Rachel jadi sangat ingin menemui teman lamanya itu. Dia bahkan tidak pernah membenci Eren karena perbuatannya yang telah mengakibatkan dirinya harus kehilangan sang kakak, karena dia tahu, Eren tidak sadar dalam melakukan hal tersebut.

Gadis itu menundukkan kepalanya kepada para penjaga yang menunggu di luar rumah pengasingan tersebut dan segera masuk ke dalamnya.

Suasana disana terasa dingin, seperti tak ada kehidupan yang menempatinya. Tepat ketika Rachel masuk lebih dalam, dia mendapati sosok Eren yang duduk terdiam di lantai sambil menatap ke arah jendela. Dia mendesah pelan saat melihat kekosongan yang terdapat dalam mata lelaki itu.

"Eren." Pria itu langsung menoleh saat mendengar suara Rachel.

Seketika tubuh Eren menegang saat melihat kedatangannya. "Ra-Rachel." Ujarnya pelan.

Rachel tersenyum tipis dan dan mendudukkan dirinya tepat di sebelah Eren. Dia memandang wajah pria itu yang tampak suram.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Rachel lembut.

Eren mengalihkan pandangannya agar tidak melihat ke arah Rachel. Rachel paham akan hal tersebut, pria itu pasti masih memiliki rasa tak enak pada dirinya.

"Eren, berhenti menyalahkan dirimu sendiri." Ujar Rachel sambil meraih tangan pria itu.

Eren memberanikan dirinya untuk melihat ke arah Rachel. Mata pria itu berkaca-kaca, menunggu untuk mengeluarkan air mata dari sana.

Rachel tersentak kaget saat Eren tiba-tiba saja menundukkan badannya di lantai dan menghadap ke arahnya. "Ma-maafkan aku." Mohon pria itu.

"Eren, hentikan." Rachel menarik tubuh pria itu ke dalam pelukannya.

Dia bisa merasakan tubuh Eren yang bergetar cukup hebat. Mulut pria itu terus mengucapkan kata maaf kepadanya dan menyalahi dirinya sendiri karena telah mengakibatkan kekacauan ini.

"Tidak apa-apa, Eren. Hal itu sudah berlalu." Ucap Rachel pelan sambile mengelus punggung temannya itu.

Tak dapat dipungkiri, dia juga merasakan sesak di dadanya. Tapi dia sudah meyakinkan hatinya sejak awal bahwa semua itu adalah masa lalu.

DISTANCE // Levi AckermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang