17. Conscience

1.4K 217 41
                                    

Levi melangkahkan kakinya menuju ruang makan dengan gontai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Levi melangkahkan kakinya menuju ruang makan dengan gontai. Sudah 3 hari ini dia tidak bisa tertidur dengan tenang karena memikirkan gadis bermarga Frisch itu. Mencoba mencari tahu apa saja yang telah dia lupakan selama ini. Kenapa hanya gadis itu yang bisa terlupakan olehnya? Tetapi semakin jauh Levi mencoba mengingat hal tersebut malah membuat kepalanya semakin sakit tak karuan.

Hari ini, kantung mata miliknya terlihat lebih jelas dari biasanya. Membuat orang-orang menjadi sungkan untuk menyapa pria tersebut setelah melihat wajah lelahnya.

Setelah sampai di ruang makan, Levi langsung mendudukkan dirinya tepat di hadapan Hanji yang tengah memakan makanannya sendirian.

"Hummm? Levi? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa wajahmu terlihat lebih jelek dari biasanya?" Tanya wanita itu sambil melahap menatapnya bingung.

Pria itu mendelik kesal mendengar kata jelek dari temannya itu, namun dia tetap menjawab pertanyaan yang diberikan, "Tidak bisa tidur, seperti biasa." Jawabnya singkat.

Levi mulai memakan makanannya dengan tenang. Sebenarnya dia merasa tidak lapar sama sekali, namun dia tetap harus mengisi perutnya agar tidak sakit.

"Kau tahu? Aku sedikit merindukan wajah berserimu 4 tahun yang lalu." Kata Hanji tiba-tiba.

Levi mengangkat alisnya bingung, "Memangnya kenapa?" Tanya pria itu.

"Yeah... akhir-akhir ini melihatmu seperti tidak memiliki semangat untuk hidup, cukup membuatku dan Erwin khawatir." Jawab Hanji jujur sambil menatap Levi dalam.

"Aku selalu seperti ini, Hanji." Kilah pria itu lelah.

Hanji hanya menghela napasnya berat. Setelah Levi terluka akibat perbuatan Zeke, pria itu menjadi lebih pendiam dari sebelumnya. Tidak ada lagi perkataan pedas yang biasanya pria itu lontarkan padanya seperti biasa. Yang ada hanya tatapan kosong yang dia lihat pada mata pria itu tiap harinya.

"Aku duluan." Pamit Levi setelah menghabiskan makan paginya.

Rasa kantuknya benar-benar menyerangnya kembali. Namun apa daya, dia masih harus mengerjakan laporan mingguan yang harus dia setor nantinya kepada Hanji nanti sore.

Dengan langkah gontai, Levi melangkahkan kakinya menuju ruangannya yang berada di lantai atas. Namun langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar yang terbuka dan menampilkan sosok Emma di dalamnya.

Mata Levi memicing saat melihat gadis itu melepaskan sesuatu dari kakinya. Setelah melihat lebih jelas, pria itu sontak terdiam ditempatnya. Dia bisa melihat dengan jelas bahwa gadis itu melepaskan kakinya begitu saja dan membuang kaki itu ke lantai.

Kaki palsu? Gumam Levi aneh.

Setelah puas melihat hal tersebut, Levi segera pergi dari sana secepat mungkin agar tidak ketahuan oleh Emma. Pikirannya dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Jadi selama ini gadis itu tidak memiliki sebelah kaki? Tapi bagaimana bisa dia diterima menjadi prajurit dari pasukan pengintai dengan fisik yang seperti itu? Apakah dia menyembunyikannya selama ini?

DISTANCE // Levi AckermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang