Pemandangan indah yang tercipta akibat pantulan sinar matahari yang terbias oleh air danau mampu membuat siapapun akan merasa nyaman untuk berlama-lama di tempat itu. Tak terkecuali Rachel yang setiap sore tidak pernah absen untuk mengunjungi danau ini dan menunggu tenggelamnya matahari disana. Tak ada yang dia lakukan selain duduk terdiam sambil menatap pemandangan disana. Semenjak dirinya dibawa pergi ke Liberio satu tahun yang lalu oleh kakaknya, dia tidak pernah merasakan sebuah emosi apapun dalam dirinya. Hanya kesunyian dan kesepian lah yang menemani kesehariannya. Dia bahkan tidak berminat untuk merasakan euphoria selama tinggal di tempat tinggal masa kecil ayahnya itu yang memiliki peradaban jauh berbeda dengan kehidupan di dalam dinding.
Yang ada pada dalam dirinya hanyalah sebuah kenangan menyedihkan yang dia lewati selama ini. Kepergian Erwin waktu itu benar-benar memukul perasaannya hingga saat ini. Bahkan, meskipun sekarang dia sudah bertemu kembali dengan kakak kandungnya sendiri, dia belum dapat menerima itu dan kembali seperti dulu kala.
Rachel mengeluarkan sebuah foto yang sudah dia simpan selama ini dalam tasnya dan menatapnya dalam. Matanya bergerak untuk memperhatikan dengan detail orang yang berada didalamnya. Dia tersenyum miris melihat sosok Levi pada foto tersebut. Dia bahkan belum sempat untuk membalas perasaan yang pria itu berikan kepadanya.
"Apakah dia pacar kakak?" Dirinya tersentak saat mendapati kehadiran bocah laki-laki disampingnya sambil memperhatikan foto yang dia pegang.
Rachel sempat terdiam sesaat lalu akhirnya membuka suaranya, "Bukan. Dia adalah kaptenku, dulu." Jawabnya.
"Dia tampan—" Kata bocah itu gantung. Matanya memperhatikan foto yang berada di tangan Rachel lebih dalam.
"Tapi dia juga terlihat pendek." Lanjutnya tanpa dosa.
Sontak Rachel tertawa mendengar penuturan polos bocah itu. Setelah sekian lama tak pernah meluapkan perasaannya, akhirnya dia dapat tertawa untuk yang pertama kalinya dalam satu tahun ini. Levi pasti akan langsung menjitak kepala bocah ini jika mendengarkan perkataannya barusan. Seketika dirinya menghangat memikirkan hal tersebut. Kali ini dia membalikkan badannya ke samping agar berhadapan langsung dengan bocah itu.
"Siapa namamu, anak manis?" Tanyanya lembut.
"Namaku Falco Grice! Nama kakak Rachel, kan?" Kata anak itu.
"Darimana kau tahu namaku?" Tanya Rachel bingung.
"Kak Raven sangat sering bercerita tentang kakak waktu aku masih kecil. Tapi baru kali ini aku bisa bertemu langsung dengan kakak!" Jawab Falco dengan semangat.
Rachel dapat merasakan hatinya mencelos mendengarkan perkataan tersebut. Dia mengalihkan pandangannya ke samping dan mendapati Raven yang berdiri tak jauh dari sana sambil memperhatikan mereka berdua dengan sebuah senyuman yang tercetak diwajahnya.
"Oh, ya? Apa saja yang sudah dia ceritakan kepadamu memangnya?" Tanya Rachel lebih jauh.
Falco terlihat menggaruk kepalanya sambil berpikir. "Hmm... banyak sekali. Aku tidak terlalu ingat karna umurku masih enam tahun waktu itu. Tapi yang kuingat, dia bilang dia selalu berusaha untuk dapat menemukan dirimu di sebuah pulau. Bahkan dia sampai membuat alat yang bisa membuatnya terbang hanya untuk mencarimu." Jawabnya.
Seketika rasa bersalah memenuhi diri Rachel. Selama satu tahun ini bahkan dia tidak terlalu peduli dengan kehadiran kakaknya itu di sampingnya. Padahal Raven sudah bersusah payah hanya untuk bisa menemukan dirinya.
Rachel membangkitkan dirinya lalu menggandeng lengan Falco untuk berjalan menuju ke arah Raven. Setelah sampai di depan Raven, tiba-tiba saja Rachel melepaskan gandengan tangan Falco dan memeluk kakaknya itu dengan erat. Raven sempat tersentak kaget karena tindakan tiba-tiba adiknya itu, namun dia segera membalas pelukan tersebut dan mengusap pundak Rachel pelan.
"Apakah kau memaafkanku?" Tanya lelaki itu ragu. Dia merasakan jantungnya berdebar cukup keras setelah selama satu tahun ini tidak pernah mendapatkan perhatian Rachel.
"Aku tidak pernah membencimu." Jawab Rachel pelan. Gadis itu berhenti sebentar sebelum melanjutkan perkataannya.
"Aku hanya tidak tahu harus bersikap seperti apa setelah kejadian yang telah kita lewati." Lanjutnya.
Dalam pelukan itu Raven tersenyum lega. "Aku akan menjalankan hidupku sebagai diriku sendiri mulai saat ini. Aku harap itu bisa menebus dosa-dosa yang telah kuperbuat sebelumnya." Ujar Raven.
Rachel melepaskan pelukannya dan menatap Raven dengan lembut. "Kita akan menjalankan kehidupan kita dengan baik mulai hari ini." Ucapnya sambil tersenyum.
Untuk pertama kalinya, Raven bisa merasakan kehangatan adiknya yang tak pernah dia rasakan setelah kejadian pembunuhan kedua orang tuanya itu. Dalam hati dia bertekad untuk melakukan sesuatu atas kehendaknya sendiri dan akan selalu menjaga satu-satunya keluarga yang dia miliki saat ini.
Rachel mengalihkan pandangannya kepada Falco yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka berdua.
"Terimakasih Falco karena sudah menghampiriku." Katanya tulus.
Falco tersenyum senang menatap mereka berdua. Dia menengadahkan tangannya kepada Raven, membuat lelaki itu mengangkat salah satu alisnya bingung.
"Kau harus mentraktirku es krim karena telah mengembalikan senyum Rachel-san." Tagihnya lucu.
Sontak sepasang kakak-beradik itu tertawa mendengarkan penuturan bocah itu. Raven langsung menunduk dan menggendong bocah itu dipunggungnya.
"Ayo kita beli es krim sekarang!" Kata Raven.
Rachel tersenyum senang menatap kedua orang itu. Dia menengok sekilas menatap danau yang berada dibelakangnya itu. Sepertinya mulai hari ini, dia akan jarang mengunjungi danau tersebut. Dia akan mulai menata hidupnya kembali bersama kakaknya dan orang-orang di tempat tinggalnya saat ini.
Mencoba melupakan kenangan buruk mengenai pulau kelahirannya dulu, pulau paradise. Dia hanya berharap, suatu saat nanti dia dapat bertemu kembali dengan teman-temannya disana. Ah terutama dengan pria yang sudah berhasil mengambil hatinya itu.
Pria bernama Levi Ackerman.
***
Falco Grice (+ Colt Grice)
Ya! Akhirnya aku update sequel dari cerita SPECTRUM. Sebenernya aku mau mulai cerita ini minggu depan, cuman mumpung ada waktu kosong akhirnya aku buat prolognya terlebih dahulu.
Sebelumnya aku juga mau ingetin kalo misalnya mungkin ada beberapa spoiler dari manga AoT sendiri. Jadi balik ke kalian lagi yaa mau tetep lanjut apa engga.
Terimakasih buat temen-temen yang udah support cerita Spectrum dan lanjut ke cerita ini. Semoga kalian gapernah bosen ya sama alur ceritanya.
Jangan lupa untuk vote dan commnt! See you next week!❤️
2nd September, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANCE // Levi Ackerman
Fanfiction[Sequel of SPECTRUM - Dalam tahap revisi] Semua ini hanyalah perihal jarak dan waktu yang memisahkan kita. Namun sebuah perasaan tidak akan pernah berbohong dengan apa yang telah dilaluinya. Cerita ini adalah tentang aku dan dia. Aku yang selalu ber...