"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya Reiner sambil melanjutkan jahitannya pada telapak tangan kiri Rachel. Tadi sore dia dikagetkan akan kepulangan gadis itu dengan tangan yang terlilit kain penuh darah. Dia tak habis pikir dengan kelakuan gadis dihadapannya ini yang selalu menempatkan dirinya berada di dalam bahaya.
"Entahlah? Mungkin sebentar lagi aku akan mati?" Jawab Rachel asal.
Reiner melempar cravat penuh darah itu ke muka Rachel karena sebal. "Jangan asal bicara soal kematian." Ujarnya.
Gadis itu mengedikkan bahunya tak peduli. "Kau juga sering berkata seperti itu." Balasnya.
Pria itu menghelakan napasnya berat. Well, perkataan Rachel sama sekali tidak salah. Dia memang sering berpikir jika hidupnya ini takkan lama lagi, namun bukan berarti gadis itu juga bisa memikirkan hal yang sama dengan dirinya.
"Apakah kakakku pernah mengatakan suatu hal tentang dampak penyempurnaan serum kekuatan itu dalam tubuhku?" Tanya Rachel sambil menatap Reiner yang masih serius menjahit telapak tangannya.
"Tidak. Dia tidak pernah mengatakan apapun. Yang dia katakan adalah setelah kau menerima serum itu, kau akan sehat dan kembali menjadi normal." Jawab pria itu seraya menyelesaikan pekerjaannya.
Rachel memikirkan perkataan Reiner barusan, kembali menjadi normal? Apakah maksud Raven dulu dirinya akan kembali seperti manusia pada umumnya? Reiner yang tersadar dengan ucapannya juga langsung menatap Rachel.
"Menjadi normal?" Kata mereka serempak.
"Apakah hal itu mungkin?" Tanya Rachel bingung.
Reiner bangkit dan membereskan peralatan obat-obatannya. "Entahlah. Jika memang benar bukankah hal itu bagus?" Tanya Reiner balik. Pria itu memandang Rachel sesaat sebelum akhirnya membuka mulutnya kembali.
"–tapi mulai sekarang kau juga harus berhati-hati. Jangan melukai dirimu lagi." Lanjutnya.
Rachel mengangguk pasrah, "Ya, kau benar." Balasnya.
Gadis itu juga bangkit dari duduknya dan siap melangkah berjalan ke luar kamar, tetapi lengan kanannya ditahan oleh Reiner membuatnya mengalihkan pandangannya kepada pria itu.
"Ada apa?" Tanya Rachel.
Gadis itu mengangkat alisnya bingung saat melihat Reiner yang terlihat gugup di tempatnya.
"Reiner?" Tanyanya lagi.
Reiner langsung tersadar di tempatnya dan langsung melepaskan tangan gadis itu, "Erwin menyuruhmu datang ke rumahnya besok." Ucapnya ragu. Dalam hati pria itu mengutuk dirinya sendiri, bukan hal itu yang ingin dia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANCE // Levi Ackerman
Fanfiction[Sequel of SPECTRUM - Dalam tahap revisi] Semua ini hanyalah perihal jarak dan waktu yang memisahkan kita. Namun sebuah perasaan tidak akan pernah berbohong dengan apa yang telah dilaluinya. Cerita ini adalah tentang aku dan dia. Aku yang selalu ber...