Aaahhh
Suara itu terdengar jelas oleh Jennie. Itu dari kamarnya. Apa yang terjadi disana?
Jennie berlari menuju kamarnya dan dia langsung melihat Rose yang sedang duduk di lantai dengan tangan yang berdarah. Terlihat juga pecahan kaca disana.
"Omo! Gwenchana?" Jennie menghampirinya.
"Astaga kau berdarah, eonnie obati eoh?"
Rose hanya diam. Dia terus memandang Jennie. Jennie membawanya duduk di kasurnya, dan mulai mengobati luka gores di jari Rose.
"Kenapa bisa berdarah seperti ini Rosie? Lain kali hati-hati" ucap Jennie.
Rose masih diam. Menatap Jennie yang memagang tangannya.
"Kenapa kau diam saja? Jawab aku" ucap Jennie mendongkak dan ternyata jelas sekali jika Rose sedang menatapnya.
"Aku harus mengatakan apa?"
Jennie salah tingkah dilihat dari dekat begini.
"Jawab aku, apa yang harus aku katakan? Jika mengatakan apa yang aku rasakan kau sudah menolakku"
Jennie menunduk. Perasaan bersalah kembali hadir di hatinya. Bukannya dia ingin menolak Rose apalagi menyakitinya, dia juga mempunyai perasaan padanya tapi, dia takut orang tuanya kecewa jika mendengar ini. Apalagi mereka adik kakak. Walaupun hanya saudara tiri, Jennie rasa akan lancang sekali jika tiba-tiba mereka mengucapkan jika mereka saling mencintai.
"Rosie aku-"
"Kau tahu?... Orang lain bilang 'kau akan bahagia bila jatuh cinta" Rose betdecih.
"Siapa yang mengatakan itu? Karna aku yang mengerti cinta, hanya bisa melihatmu dari belakang"Jennie masih terdiam. Dia bingung harus bicara apa. Apalagi jika Rose sudah mengatakan isi hatinya.
"Jika kau itu aku, bagaimana kau mengatasinya? Jika hari-hari yang gila ini menjadi milikmu?"
Jennie menunduk. Hatinya ikut sakit saat mendengar penuturan Rose. Yang sudah pasti itu dari hatinya.
"Jika aku menjadi dirimu, aku hanya akan mencintai diriku sendiri"
Rose mulai terisak. Sungguh sakit melihat orang yang dia cinta sedang berada dihadapannya namun tidak bisa dia miliki.
"Aku tahu, kau sudah memberi jawaban, aku tahu arti dari jawaban tak terjawab itu, tapi aku pura-pura bodoh dan tetap menunggu"
Ingin sekali rasanya Jennie membawa Rose kedalam pelukannya, namun sepertinya takdir berkata lain, kenapa kisahnya begitu rumit.
"Kau tahu hatiku semakin hancur saat melihatmu eonnie? Aku melihatmu tapi tidak bisa memilikimu, kenapa takdir begitu kejam padaku?"
"R-Rosie aku..."
"Sudahlah eonnie, jika kau hanya akan menenangkanku kau tidak bisa, hiks... Aku menerima Suzy agar kau menyadari perasaanmu, tapi memang kau tidak mempunyai perasaan padaku, eonnie, terima kasih sudah ingin mengenalku,"
Rose pergi dari kamar mereka. Lalu menyambar kunci motornya.
"Rosie tunggu, dengarkan aku dulu" Jennie mengejarnya namun Rose sudah pergi.
Jennie cemas karna Rose hanya menggunakan kaus panjang yang lumayan tipis. Bagaimana jika dia sakit?
Sedangkan Rose? Dia sedang melajukan motornya dengan kecepatan yang abnormal, tak mempedulikan rambu lalulintas ataupun pengendara lainnya.
Dia hanya merasakan hatinya sakit. Ingin sekali dia memeluk Jennie, menyampaikan perasaan dan keluh kesahnya, tapi Jennie...
"Aaaarrgggghhh AKU MENCINTAI DIRIMU PARK JENNIE!!!" teriaknya di tempat yang sepi. Sangat sepi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Jennie & Rosie
Fanfiction"Aku menyayangimu Rosie" "Aku juga... Mencintaimu" Langsung baca aja ANJIM!