Jennie tersenyum menatap kedua orang tuanya, dia lulus dengan nilai yang memuaskan.
Dia memeluk dara dan Jiyong bergantian. "Ayah, ibu, aku lulus" ucap Jennie.
"Ayah dan ibu bangga padamu jen" ucap Dara.
Jiyong mengangguk. "Kau ingin hadiah apa sebagai kado kelulusan?" tanya Jiyong.
"Entahlah, aku fikirkan lagi nanti." ucap Jennie dan Jiyong mengangguk.
Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang memberikannya bunga mawar.
"Dari siapa ini hmm?" tanya Jennie mensejajarkan tinggi mereka.
Anak itu menggeleng lalu pergi. Jennie menggeleng lalu pergi ke kantin untuk membeli minum. Rose? Entahlah, kemarin lusa dia bilang akan pulang untuk beberapa urusan, namun sampai sekarang belum terlihat batang, batang apaan tuh? Batang hidungnya? Serem kali kalo cuma keliatan batang hidungnya.
Disana juga ada yang memberinya bunga mawar, ada apa ini?
Disana ada kertas kecil. Bergambar jam dengan jarum menunjuk ke arah 12. Jennie berjalan menuju tempat yang ditunjuk, disana ada bunga mawar juga dia mengambil bunga itu satu persatu hingga dia sampai di lapangan kampus, dia berjongkok untuk mengambil mawar bodas itu. Tau bodas gak? Translate dewek lah.
Kemudian sepasang sepatu hitam berhenti dihadapannya. Jennie mendongkak dan itu adalah Rose. Dia tersenyum pada Jennie lalu membantunya berdiri.
"Selamat wisuda eonnie" ucap Rose lembut.
Jennie berpaling. "Kemana saja kau? Sekarang baru datang?"
"Kata siapa? Aku melihat pidatomu yang panjang lebar itu, bahkan merekamnya"
Jennie melihat rekaman itu. "Ish kenapa baru muncul sekarang!" ucap Jennie memukul pundak Rose lalu memeluknya erat. "Kau tahu? Aku merindukanmu"
"Hmm? Jinjja?"
Jennie mengangguk lalu menyembunyikan wajahnya di dada Rose, dia merasa de javu dengan keadaan ini. Keadaan yang sama dalam waktu berbeda.
"Selamat eoh?" ucap Rose mengusap punggung Jennie.
Jennie mengangguk lalu melepaskan pelukannya. Ia ingin membalas ucapan Rose namun dia malah berlari ke toilet dan memuntahkan isi perutnya.
Rose mengejarnya. "Kenapa?" tanya Rose mengusap punggung Jennie.
Jennie menggeleng lalu mengusap mulutnya dengan tissue. "Aku juga punya hadiah untukmu"
Jennie menuntun Rose menuju mobilnya lalu memberikan hadiah untuk Rose. Hadiah kecil itu Rose buka kemudian dia membulatkan matanya karena itu isinya alat tes kehamilah dan menunjukkan bahwa dia positif hamil.
Rose membulatkan matanya. "Mwo? Apa ini!"
"Hasil hubungan kita Rosie"
Rose menatap Jennie tajam. "Kenapa?"
Jennie mulai tidak tenang. "Maksudmu?"
"Kenapa tidak bilang dari kemarin? Mungkin aku akan membawakan beberapa hal untukmu" ucap Rose.
"Tidak perlu. Dengan kau datang saja aku sudah bersyukur."
Rose mengangguk lalu memeluk Jennie erat. "Gomawo Wifey"
Jennie melepaskan pelukannya. "So... Marry me Rosie?"
"Okay"
&J tamat
Pesta pernikahan dimulai, Rose sedang menunggu Jennie di atas altar dengan setelan jas putihnya, tak lama Jennie datang dengan didampingi Jiyong berjalan kearahnya.
Rose tersenyum melihat Jennie. Dia cantik sekali hari ini. Tidak, nanti malam.
Rose mengulurkan tangannya lalu Jennie menggapainya, mereka berdiri diatas altar lalu mengucapkan janji dan beberapa hal lainnya kemudian mereka melakukan hal terakhir untuk meresmikan hubungan mereka menjadi lebih serius.
Rose menatap Jennie yang sedang tersenyum kearahnya, kemudian dia mencium istrinya.
Para tamu bertepuk tangan melihat kejadian itu. Dara mengusap air matanya terharu, dan Jiyong mengusap punggung Dara.
Mark tersenyum melihat sahabatnya sudah resmi dan tangannya mengelus tangan Vernon di sampingnya.
Vernon menghempaskan tangan Mark lalu menggeleng seraya memijat pangkal hidungnya.
*****
Tak ada pesta setelah ini, Rose hanya takut Jennie menjadi kelelahan karena sedang berbadan dua, padahal Jennie baru saja hamil dua bulan.
Saat ini, Jennie sedang melepaskan perhiasan yang melekat di tubuhnya. Dia juga sudah mandi dan bersih-bersih membuat badannya kembali segar.
Sedangkan Rose sedang mengobrol bersama Kuma. "Eomma mu cantik sekali malam ini" ucap Rose.
"Kau juga Appa" jawab Rose dengan suara yang dibuat-buat.
"Astaga kau pandai sekali merayu. Pasti kau sedang menginginkan sesuatu? Kajja, katakanlah"
"Aku ingin adik Appa"
"Huh? Adik? Adik macam apa sepertimu? Jika manusia itu bukan adik, tapi jika kau menginginkan kami mempunyai anak, kau akan segera mendapatkannya"
Jennie menggeleng lalu mendekati Rose dan Kuma. Jennie memasukkan Kuma kedalam kandangnya lalu menutupnya.
"Kenapa sayang?" tanya Rose.
Jennie menggeleng lalu duduk dipangkuan Rose. "Baby merindukan Appanya" ucap Jennie sensual menyatukan kening mereka.
"Really?" Rose membuka kancing piyama bawah Jennie lalu mengusap perutnya yang masih rata itu.
"Kau merindukan Appa sayang?"
Jennie menatap Rose yang sedang menunduk berbicara pada perutnya.
"Dia belum mengerti Hubby"
"Lalu? Bagaimana? Kau bilang Baby merindukanku?"
"Temuindia langsung sayang" Jennie mengusap pundak Rose lalu meniup telinga Rose.
"Aku menginginkanmu Hubby" bisik Jennie.
Rose tersenyum. "Kau yakin sayang?"
Jennie mengangguk dan malam itu menjadi malam penyatuan mereka kembali.
Rose tersenyum mengusap pipi mandu Jennie, tak pernah dia sangka jika mereka akan benar-benar bersatu. Siapa sangka? Satu pertemuan membuat dua jodoh bertemu.
Rose memeluk istrinya lalu mengusap punggungnya lembut membuat sang istri merinding.
"I love You" bisik Rose.
"Just You and me, Just Jennie, and Rosie" lanjutnya memeluk Jennie dengan sayang.
Anjir tamat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Jennie & Rosie
Fanfiction"Aku menyayangimu Rosie" "Aku juga... Mencintaimu" Langsung baca aja ANJIM!