VOTE FIRST!
AND COMMENT IF U WANT!•-•-•-•
"Morning," bisik Jaehyun tepat di telinga Hanna, membuat sang empu langsung membuka matanya dengan perlahan dan disuguhkan dengan cahaya-cahaya pagi yang menelisik di celah-celah gorden ruang kerja Jaehyun.
Ya, tadi malam mereka tidak kembali, memilih untuk melanjutkan tidur mereka di ruangan ini berdua.
Hanna mendudukkan tubuhnya sembari mengusap wajahnya dengan pelan lalu menatap jam dinding yang menggantung di atas pintu ruangan ini.
Pukul enam pagi lewat beberapa menit, sebenarnya Hanna ingin kembali berbaring dan tidur karena dirinya masih mengantuk, namun jika ia melakukan itu keluarga kecilnya ini pasti tidak terurus.
Netra Hanna menatap Jaehyun yang masih menutup matanya dan mendengkur halus, padahal tadi dia yang membangunkan Hanna, kenapa dia yang tidur sekarang?
"Jae, bangun," ucap Hanna dan dibalas Jaehyun hanya dengan gumaman.
Hanna terdiam sejenak lalu mengarahkan tubuhnya dengan berbalik ke arah Jaehyun yang masih tidur.
Ia menatap wajah suaminya yang mulus bak porselen itu, padahal Jaehyun bukan seseorang yang suka memakai skincare dengan rutin kecuali saat pulang dari kantor, ia akan meminta cleanser milik Hanna, untuk sabun cuci muka ia punya sendiri, kadang jika Jaehyun tidak sedang sibuk untuk kembali mengerjakan urusan kantornya di ruang kerja, ia akan meminta skincare milik Hanna, itupun hanya toner dan moisturizer dan di pakai asal-asalan.
Sedangkan Hanna harus memakai skincare rutin sampai ke inti-intinya jika ingin mengimbangi mulusnya wajah Jaehyun.
Benar-benar tidak adil, kenapa Jaehyun selalu terlihat sempurna bahkan saat dia diam tak melakukan apapun, dia juga selalu mendapatkan apa yang ia mau dari kecil bahkan orang-orang mungkin tidak ada yang berani mengujarkan kata benci pada suaminya ini.
Dari dulu Hanna selalu iri dengan laki-laki yang berada disekitarnya seperti Jeno dan Jaehyun, Hanna merasa bahwa mereka selalu berada di garis takdir yang baik. Mereka selalu beruntung di manapun, entah di lingkungan keluarga ataupun luar, walaupun kadang perilaku mereka bikin geleng-geleng kepala, namun semuanya dimaafkan karena mereka laki-laki, kata orang-orang itu hal yang wajar, tidak apa-apa jika laki-laki berbuat nakal.
Hal itu kadang membuat Hanna ingin lahir menjadi laki-laki saja, ia merasa lahir menjadi perempuan selalu dituntut ini itu dan juga tidak bisa salah sedikit. Entahlah, tapi Hanna selalu merasa sial di dalam hidupnya.
"Kenapa, hm?" Tanya Jaehyun saat menyadari Hanna melamun.
"Nothing, ayo cepat bangun. Kau harus ke kantor hari ini, sudah berapa hari kau tidak ke kantor, Jae," titah Hanna sambil bangkit dari sana lalu menarik tangan Jaehyun.
"Besok saja-"
"Tidak-tidak, mau makan apa kita nanti? Ayo cepat!"
Hanna menarik tangan Jaehyun sekuat tenaga karena tubuh Jaehyun sudah pasti lebih besar dan kuat darinya sedangkan Jaehyun hanya merengek tidak mau.
Namun pada akhirnya Jaehyun duduk dengan mata tertutup.
"Kenapa wanita selalu cerewet?"
"Karena kelakuan pria membuat mereka terpaksa begitu, ayo cepat-HEY!"
Tanpa aba-aba Jaehyun mengangkat Hanna kegendongannya seperti induk koala yang membawa anaknya, lalu berjalan keluar dari ruang kerjanya.
Sementara Hanna hanya pasrah dan menumpu tangannya pada bahu Jaehyun supaya tidak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage Life || Jung Jaehyun [✔️]
Fanfic(𝐟𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧) ❝𝐰𝐞 𝐝𝐨𝐧'𝐭 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐞𝐚𝐜𝐡 𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫.❞ Cerita tentang Hanna dan Jaehyun yang sudah menjalin pernikahan selama tujuh tahun lamanya tanpa ada perasaan cinta layaknya sepasang suami istri pada hati masing-masing. Awalnya...