Kami berdiri berhadapan satu sama lain dengan mata yang memicing tajam. Salah satu tangan kami sudah menggenggam masing-masing senjata. Mencoba membuktikan bahwa keadaan saat ini benar-benar serius.
Seriously, ini tidak akan pernah berakhir, kecuali...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TARGETED
06010920||PESAN
//ˈledər//
'Aku masih terlalu rakus untuk berhenti sekarang'
Mengapa dia menangis? Apa yang membuat ibuku menangis sebanyak ini? Sebenarnya apa yang terjadi?
Ibuku tidak dalam kondisi yang baik untuk memberitahuku apa pun, dia menangis dan terisak-isak, tidak mengatakan apa-apa, membuatku sangat frustrasi dan khawatir, bahkan mungkin takut.
“Tolong Bu, aku mohon... tolong beritahu aku sesuatu, ada apa sebenarnya?” aku memohon dan dia berusaha untuk tenang, dengusannya masih terdengar tapi tidak sebanyak sebelumnya.
“Ayahmu, Hiks... di-dia... dia....” Ibuku tidak melanjutkan ucapannya, kini isak tangisnya yang kudengar kembali, dia mulai menangis, lagi.
Apa yang terjadi dengan ayahku? Apakah dia sakit? Apakah dia mengalami kecelakaan? Apa dia koma? Apa yang salah? Pikirku tak karuan.
Dia berhenti menangis dan melanjutkan ucapannya yang tertunda, “dia... dibunuh, hiks....” Ibu mulai menangis lagi, kali ini bahkan lebih histeris dari sebelumnya, dia berteriak dan menangis.
Ponselku berhasil lolos dari gengamanku yang mengendur, aku kehilangan keseimbangan, membuat tubuhku terkulai lemas di lantai marmer yang dingin. Kabar itu terlalu berat untuk kuterima.
“No! No... No... No, Ayah!” Hanya kata itu yang dapat keluar dari mulutku.
Ayahku dibunuh? Kapan? Siapa yang membunuhnya? Mengapa dia dibunuh? Tubuhku mulai terasa dingin, bahkan mataku belum bisa mengeluarkan apa yang seharusnya terjadi, aku masih sangat shock dan tidak dapat mempercayai apa yang baru saja kudengar.
Taehyung memanggil namaku dan mengguncang tubuhku tapi aku tidak bisa merasakan sentuhannya, atau mendengar suaranya, aku berada di dunia yang berbeda. Butuh beberapa saat untuk akhirnya menerima perlakuannya dan aku mulai menangis.
Ayahku meninggal?! Aku tidak akan bisa melihatnya lagi? Pikiranku berkabut dan tidak jelas. Aku sangat berantaka, rasa frustasiku sudah melampaui limitnya, membuat diriku terasa ingin meledak.
“Aarrgh!— hiks_ hiks...,” seruku frustasi.
Mengejutkan Taehyung, aku mulai berteriak dengan cara yang sama seperti ibuku, tidak peduli pada tetangga atau tentang pria di sampingku, semua yang dipedulikan adalah kesedihan dan kesedihan yang memakanku hidup-hidup.
Taehyung tidak menghentikanku, sebaliknya, dia memintaku untuk berteriak lebih keras semampuku, dan itu adalah cara terbaik bagiku untuk melampiaskan amarahku.
Setelah sedikit menenangkan diri, Taehyung memintaku untuk beristirahat, agar besok pagi kami bisa pulang ke rumah ibuku dan membantu pemakaman.
Bayangan tentang kepergian ayahku membuatku menderita dan tidak membiarkanku untuk tidur. Aku terus terjaga sepanjang malam, begitupun dengan Taehyung, tahu bahwa betapa pun lelahnya aku, aku tidak akan dapat beristirahat, jadi dia memintaku menunggu sampai pagi.
Kesabaran adalah kata yang aku lupa artinya setelah apa yang terjadi. Aku tidak bisa menunggu sampai pagi tetapi aku harus menunggu, dan ketika matahari terbit, kami berdua mempersiapkan diri dengan cepat dan kami pergi ke rumah orang tuaku.
***
Ibuku berlari ke arahku dengan wajahnya yang berlinang air mata dan itu semakin menghancurkan hatiku. Dia lemah dibandingkan terakhir kali aku melihatnya dan berat badannya bahkan menurun, dia tampak sepuluh kali lebih tua.
Aku memeluknya erat-erat dan dia menangis di pundakku, dia juga ingin seseorang memeluknya dan akulah satu-satunya orang yang ada untuknya sekarang.
Rumah masa kecilku dikelilingi oleh banyak mobil polisi, mereka sedang memeriksa bagian rumah, mencoba mencari tahu siapa pembunuhnya, dan aku ingin menjadi orang pertama yang mengetahuinya, tetapi mereka tidak menemukan banyak bukti, hanya surat yang ditinggalkan si pembunuh tapi kami tidak memahaminya.
{“Aku berjanji untuk mengambil nyawamu tapi aku masih terlalu rakus untuk berhenti sekarang, aku masih ingin mencuri.”}
Itulah kalimat yang tertulis dalam surat itu. Aku bingung, jika si pembunuh ingin mencuri sesuatu kenapa dia membunuh ayahku? Aku kembali menemui Ibu dan bertanya kepadanya, “Bu, apakah ada yang hilang? Maksudku, apakah si pembunuh mencuri sesuatu?” tapi dia menggelengkan kepalanya.
Ibu bilang tidak ada yang dicuri tapi dia salah, sesuatu yang teramat penting dan berharga bagiku telah menghilang dan tak dapat kembali. Pencuri itu mengambil... nyawa ayahku.
Aku membaca surat itu untuk kedua kalinya tetapi ada yang aneh. Aku teringat ucapan Taehyung yang memberitahuku kemarin bahwa Jungkook mengirimi pesan padanya di mana dia mengatakan bahwa dia akan mencuri sesuatu.
Apakah itu hanya kebetulan? Aku tidak berpikir Jungkook akan bertindak sejauh itu, tetapi aku tidak bisa mengatakan bahwa Jungkook benar-benar tidak bersalah, orang bisa saja berubah dan ada kemungkinan dia bisa menjadi pembunuhnya.
Sebuah tangan menarik pundakku dan aku terkejut sesaat hingga menyadari bahwa itu adalah tangan Taehyung, dia terlihat sangat serius dan membuatku takut. Ada apa lagi sekarang?
Dia mengambil pergelangan tanganku dan menyeretku keluar rumah, meninggalkan ibuku kepada polisi karena mereka ingin mengajukan lebih banyak pertanyaan kepadanya.
Ketika kami sampai di area kosong, dia mengeluarkan ponselnya dan memintaku untuk membaca pesan tetapi sedetik kemudian dia menyembunyikan ponselnya di belakang punggungnya.
“Sebelum aku menunjukkan pesan ini, berjanjilah kepadaku untuk tidak marah.” Aku mengangguk—menyetujui—tidak terlalu yakin.
Dia menunjukkan ponselnya dan aku mulai membaca pesan, itu dari Jungkook.
Bastard! Jeon
[Aku melihat dia masih bersamamu. Bagaimana kalau aku pergi untuk rencana B?]
Apa maksudnya ini? Apakah dia benar-benar mengaku bahwa dia adalah pembunuh ayahku? Dia membunuh ayahku hanya karena aku tinggal bersama Taehyung?!
Aku merasa amarah memupuk di dalam diriku, tetapi aku harus bertindak seperti tidak terjadi apa-apa untuk menepati janjiku kepada Taehyung. Aku mengembalikan ponselnya dan masuk ke dalam gedung, tempat ibuku berada.
You crossed the red line, Jeon Jungkook. I'll kill you with my bare hands.
___________________________________________
Tbc…
Untuk yg kedua kalinya aku up pagi"😁 Semoga kalian para readers menikmati chapter ini, walau cuma sedikit si....
Mungkin hari ini aku cuma bisa up satu chapter aja, karena masih banyak job yg harus dituntaskan.
Mianhae~
Have a great morning and see you tomorrow on next chapter Shyup~ Shyup~