11. ||Kookie

68 18 3
                                    

TARGETED

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TARGETED

165450920||SOFT

//wôrm//

I can't understand it






That’s how the world works, Jia. Either you kill, or you get killed,” katanya setelah dia memasukkan kembali pistol ke sakunya.

Dia berbalik untuk mengunci tatapannya dengan mataku yang gemetar. Bagaimana dia bisa mengkhianati sahabatnya sendiri?

Mencoba untuk tetap seberani yang kubisa dan menanyakan pertanyaan yang aku ingin ajukan sejak aku melihat burung itu jatuh—mati— padahal dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

“Bukankah kau dan Jungkook teman? Tapi kenapa kau melakukan semua ini.” Aku bertanya sambil merendahkan suaraku sebanyak yang aku bisa walaupun bahasa formal dengannya sudah kuhilangkan.

Ekspresi wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun, dia tidak sensitif, tidak berperasaan dan sangat dingin. Ke mana manisnya Kim Taehyung yang biasa menyapa karyawannya dengan box smile yang cerah di wajahnya?

Tapi aku tidak dapat menyangkal fakta bahwa aku tidak tahu apa-apa tentang dia jadi mengapa aku berasumsi bahwa dia adalah orang yang baik?

Sebelum aku dapat bertanya pada diriku sendiri tentang pemikiran lainnya, Taehyung menjawab pertanyaan pertama setelah dua menit atau bahkan lebih.

“Aku berteman dengan Jungkook karena satu alasan—” Taehyung bersemirk, “—hanya untuk mengetahui sepenuhnya tentang dia, apa yang dia cintai, apa yang dia takuti, dan apa kelemahannya sehingga aku bisa menghancurkannya seperti yang dia lakukan pada orang lain. Dan aku sangat yakin bahwa dia juga menjadi temanku untuk suatu alasan.”

Aku tidak ingin terlalu melanjutkan pembicaraan ini, aku hanya ingin menjauhkan Jungkook dari monster dalam tubuh manusia ini.

“Apa yang kau mau dariku agar kau bisa berhenti mencoba untuk membunuhnya.” Dia tersenyum puas.


***


Akhirnya aku bisa kembali pulang setelah seharian bekerja dan aku teringat tentang apa yang dikatakan Taehyung padaku sebelumnya.

“Dia adalah seorang pembunuh, Jia. Aku tidak akan membunuhnya under two conditions. First, menangkapnya dan menguncinya di sel. And second, kau harus tetap di sisiku dan membantuku menyingkirkannya dari semua penjahat di kota.”

Terekam sangat jelas di memoriku suara dia yang sangat mengintimidasi.

“Seperti yang kau lihat, aku hanya mewakili keadilan dan kupikir akan lebih baik bagimu untuk membantuku jika kau tidak ingin disebut sebagai... criminal. Hanya ada satu hal yang perlu kau lakukan, kembali ke rumahmu malam ini dan bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi. So, kau dapat kembali besok sebelum dia bangun, dan jangan lupa barang bawaanmu, karena kau tidak akan tinggal di apartemenmu—lagi.”

“Huh~” aku mendengus lelah.

Apa yang pernah aku lakukan sepanjang hidupku sehingga aku bisa mendapatkan situasi seperti ini?

Aku sampai di apartemen dan menemukan Jungkook sedang duduk di sofa, dengan setumpuk kertas di tangannya, beberapa di antaranya bahkan sudah berhamburan di lantai. Oh shit, aku lupa untuk meneleponnya kembali!!

Setelah aku menutup pintu, suaranya membuat Jungkook berbalik dan dia langsung berdiri dari sofa dan berlari ke arahku, aku ingin meminta maaf sebelum dia marah atau mulai mengomel, tapi dia membungkuk untuk mencapai levelku dan merengkuhnya.

Lengan panjangnya yang kuat berada di sekitar tubuh ku yang lemah, membuat wajahku memanas. Aku terlalu bingung untuk menggumamkan sepatah kata. Aku  hanya bisa menunggunya untuk mengatakan sesuatu, menjelaskan apa yang tengah terjadi padanya, tetapi napasnya tidak teratur dan tubuhnya... gemetar.

Aku ragu-ragu untuk menggerakkan lenganku pada awalnya, tetapi ketika aku merasakan tubuhnya yang bertambah gemetar di tubuhku. Kedua tanganku tergerak dengan sendirinya untuk melingkar pada pinggangnya yang tak kalah ramping dariku.

Memeluknya dan menepuk punggungnya dengan cara yang menghibur, berharap itu akan sedikit menenangkannya dan memang, dia mulai rileks di pelukanku.

“Aku sangat mengkhawatirkan mu, Na.  Kenapa kau tidak meneleponku kembali?” nadanya yang merendah tersirat sangat jelas rasa kekhawatirannya padaku.

Nafasku tercekat mendengar penuturannya, tahu bahwa dia mengkhawatirkan ku tetapi aku sendiri tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.

Aku perlahan menjauh, mencoba untuk melihat wajahnya dengan baik, tatapannya melembut begitu kami mengikat pandangan, aku menangkupkan pipinya, merasakan betapa lembut dan hangat kulitnya.

“Maaf, hari ini terlalu banyak pekerjaan yang harus kutangani, itu sebabnya aku tidak bisa meneleponmu. Sungguh, aku benar-benar minta maaf, Kookie,” kataku, berharap dia akan mempercayaiku tapi sebaliknya, aku melihat ekspresi bingung yang tidak bisa aku mengerti darinya.

“Aku tidak salah dengar, kan. kau baru saja memanggilku dengan...,” ucapnya terjeda karena senyum merekahnya.

Aku tahu apa yang dia maksud. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku memanggilnya dengan nama panggilan yang dia cintai.

Aku mati-matian berusaha membencinya agar panggilan itu tidak pernah terlontar dari mulutku lagi. Meyakinkan diri sendiri bahwa aku tidak perlu menggunakannya lagi.

Dan di sinilah aku—memanggilnya Kookie— secara tidak sengaja, membuatnya senang bahwa dia akhirnya bisa mendengar nama panggilan itu dariku.

Kenapa aku membencinya begitu larut? Mengapa aku selalu mengorbankan segalanya hanya untuk menjamin keselamatannya sendiri? Kenapa pemikiranku selalu tidak selaras dengan perasaanku saat berurusan dengannya? Oh Lord, what happening to me? I can’t understand it.

“Na? Kenapa kamu menangis?” Jungkook bertanya.

Aku menyentuh pipiku, merasakan air mata sudah mengalir. Kapan aku mulai menangis? Entahlah, tapi hatiku terasa berat dan paru-paruku menolak untuk membiarkanku bernapas dengan normal.

Aku merasa tidak enak, namun bahagia ketika aku tahu bahwa orang yang berharga bagiku akan selamat.

Aku membuat langkah lambat ke arahnya, memperpendek jarak di antara kami, aku sedikit berngjingjit untuk mensejajarkan diriku padanya.

Dengan sadar, menyikat kedua bilah bibirku pada bibirnya dalam ciuman yang lembut.















Could it be, I love him?












I’m sorry, Kookie”











_________________________________________

Tbc…

Huaah~~ akhirnya up juga.

Jgn lupa votement-nya ya mentemen.
Karena itu sangat berharga buat ugi....

Keep smile and be your self.

Lupyu~~
Purple heart from ugi
💜💜💜💜💜💜💜

TARGETED || JUNGKOOK FF [Translate] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang