Kami berdiri berhadapan satu sama lain dengan mata yang memicing tajam. Salah satu tangan kami sudah menggenggam masing-masing senjata. Mencoba membuktikan bahwa keadaan saat ini benar-benar serius.
Seriously, ini tidak akan pernah berakhir, kecuali...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TARGETED
14140920||LOLOS
//əˈskāp//
'Aku akan mencurinya darimu'
Aku bangun di pagi hari, merasa tidak enak badan karena waktu tidur yang kumilik hanya satu jam atau mungkin bahkan kurang dan itu membuat suasana hatiku suram.
Taehyung pergi ke kamar mandi untuk untuk bersiap-siap dan aku kembali ke kamarku untuk melakukan hal yang sama. Setelah rutinitasku selesai, kakiku melangkah, menapaki lantai yang tertuju pada dapur hanya untuk menemukan hidangan sarapan yang sudah disiapkan.
Aku diperlakukan layaknya seorang putri dan kuakui, aku menyukai fakta bahwa aku tidak perlu memasak atau melakukan pekerjaan rumah apa pun di sini.
“Seseorang sedang berada dalam mood yang buruk hari ini.” Taehyung berucap saat dia melihat bibirku mengerucut yang terpampang di wajah lelahku.
“Cobalah tidur hanya satu jam atau kurang. Dan lihat, apa kau akan terbangun dalam suasana hati yang cerah,” jawabku dan dia hanya mengangkat bahu, jelas tidak ingin mengalami itu.
***
Aku pergi keluar, menunggu Taehyung yang mengambil cukup banyak waktu. Aku lelah menunggu, memutuskan untuk kembali ke dalam mansion dan tanpa tahu, aku menabraknya yang hendak berlari ke pintu depan, dia terlihat terengah-engah seperti orang gila.
“Jun-Jung-Jungkook—,” ucapnya tersengal-sengal karena nafasnya yang memburu. “—lolos!”
Aku menatapnya dengan ngeri dan tak percaya. Bagaimana caranya? Aku pikir pintunya tertutup rapat, bagaimana dia bisa melarikan diri?, gumamku bingung.
Sebelum aku dapat menanyakan apa pun padanya, dia berucap, “Aku pikir seseorang pasti membantunya keluar dari sini, dia tidak mungkin melarikan diri tanpa bantuan.”
Aku tidak dapat menepis asumsinya karena itu terdengar cukup logis, tetapi jika seseorang berhasil menerobos masuk, mengapa kami tidak mendengar suara apa pun kemarin?
***
Kami pergi ke perusahaan lebih dari waktu yang diterapkan. Kami mencoba melupakan masalah ini sampai kami menyelesaikan pekerjaan masing-masing, tetapi kami juga harus berusaha berhati-hati karena keadaan Jungkook yang sudah bebas sekarang, tidak dapat menerka kapan ia akan menyerang kami, mungkin dalam waktu dekat?
Ketika langit sudah menggelap, kami bertemu di tempat parkir dan aku bergegas masuk ke dalam mobil serta Taehyung yang tampak begitu kesal.
Dia terdiam lama dan entah kenapa, dengan tiba-tibanya dia meninju setir mobil dengan sangat kasar, membuatku berjingit ngeri akan sikapnya.
“Fuck! I’m going to kill that bastard!!” serunya marah.
Tangannya mengerat pada roda setir hingga buku jarinya memutih. Jujur, aku takut, bahkan untuk mengucapkan sepatah kata pun aku tak berani.
Tahu bahwa dia akan melampiaskan amarahnya padaku, jadi aku lebih memilih untuk diam dan menunggu dia mengatakan semuanya atas kemauannya sendiri. Matanya berkeliling hingga jatuh pada tatapanku dan kemudian matanya sedikit melembut begitu dia menyadari bahwa dia berteriak, mengutuk seseoarang di hadapanku.
“Maafkan aku—,” dia sedikit menjeda, “—Aku hanya sedikit stres, aku menerima pesan dari Jungkook dan dia berkata bahwa dia akan menyerang kita segera, dan bahkan dia bilang ingin mencuri sesuatu dariku tapi aku belum tahu pasti apa itu.”
Tubuhku tersentak, tapi aku berusaha untuk terlihat tengang dengan hanya menganggukkan kepala, tidak ingin melanjutkan percakapan dan dia menyalakan mesin untuk segera kembali pulang.
***
Kami sampai di rumah dan aku segera berlari menuju kamarku, melempar dompet ke meja dan melompat ke tempat tidur, merasa lebih lelah dari semua kejadian yang sedang terjadi.
Pekerjaan di perusahaan itu tidak mudah, dan sekarang kami harus berurusan dengan orang gila, yang sialnya itu adalah orang kucintai. Dan aku tidak begitu yakin aku bisa terus berdiri jika rasa khawatir dan gelisah terus menggelayutiku.
Setelah 30 menit berendam di air hangat Dan mengenakan pijamas favoritku, aku keluar dari kamar mandi dan mataku langsung terfokus pada Taehyung yang sudah berada di tempat tidur, hampir tertidur tetapi dia membuka matanya begitu aku menutup pintu kamar mandi.
Dia memberi isyarat agar aku mendekat dan berbaring di sampingnya, karena aku sedang tidak ingin berdebat, begitupula dengannya. Aku menuruti dan masuk kedalam pelukannya, merasakan tubuhnya yang panas semakin menghangatkanku dan aku mulai merasa mengantuk.
“I’m afraid...,” ucap Taehyung tiba-tiba.
Aku menatapnya lekat, melihat bagaimana wajahnya yang menyiratkan kelelahan dengan hidungnya yang memerah dan matanya yang bersinar karena pantulan dari buliran bening yang hendak keluar dari sangkarnya. Dia... menangis.
Kedua tanganku tergerak untuk menangkup pipinya, membelai dengan lembut setiap inchi dari rahang tegasnya, pergerakanku terhenti karena genggaman eratnya pada tanganku.
Bisa kurasakan tangannya yang gemetar lemah dan dingin, membuatku semakin khawatir daripada sebelumnya.
“Aku takut... jika Jungkook berpikir untuk mencurimu dariku,” ucapnya melirih. Mataku membelalak.
Mengapa dia mengkhawatirkanku? Bukankah aku hanya seorang pesuruh yang harus menuruti permintaanya? Kenapa tiba-tiba dia peduli padaku? Batinku tak mengerti.
Aku begitu tersesat dalam pikiranku sehingga aku tidak menyadari jarak yang mengikis di antara kami, wajahnya semakin dekat denganku.
Dan kini kurasakan bibirnya yang bertabrakan dengan bibirku dalam ciuman lembut, yang menyedihkan. Air matanya jatuh di pipiku dan aku mulai merasakan kesedihan yang mendatangiku, kami berdua saling berciuman diiringi dengan air mata yang menjadi saksi akan kesedihan diantara kami.
Tidak hanya sedih, namun rasa takut juga ikut andil dalam keadaan ini. Jungkook adalah orang yang tidak dapat diprediksi dan itu sangat lah berbahaya, terkadang bahkan ia tak bisa terkalahkan.
Ponselku berdering membuat Taehyung menarik dirinya, membiarkan aku menjawab panggilannya. Ketika aku meletakkan perangkat di telinga, aku mendengar seseorang terisak-isak di sebrang sana, suaranya terdengar benar-benar akrab, tapi aku masih ingin memastikan siapa itu jadi aku memeriksa ID penelepon dan itu adalah... ibuku? mengapa dia menangis?
___________________________________________
Tbc…
Hari ini cukup satu chapter aja ya gengs, otakku perlu rehat sebentar☺️
Votement-nya jusseyeo~ Gk muluk" ko permintaanku^^