33. ||Caller

42 12 0
                                    

……

TARGETED

221312043||Caller

//ˈkôlər//

'Who the hell are you? '


"Ini hari pertamamu dan kamu sudah menarik perhatian pria lain?"

Aku meletakkan jari telunjukku di dadanya, memberikan sedikit tekanan untuk membuatnya mundur sedikit, dia agak dekat denganku, bahkan terlalu dekat untukku, kami berada di tempat kerjanya dan aku tidak ingin menunjukkan kegiatan making love di sini.

Aku lebih suka tetap profesional untuk saat ini, meskipun aku baru saja melangkah di perusahaan ini, aku sudah merasakan banyak perhatian yang tertuju padaku, memberiku pandangan menghakimi dan aku harus memastikan untuk terlihat senormal mungkin.

"Tolong lebih perhatikan sekelilingmu Tuan Jeon, kami sedang bekerja. Untuk Namjoon, dia cukup baik dalam menunjukkan padaku di mana kantormu saat aku tersesat di sini," kataku dan dia perlahan menuju mejanya dan duduk di kursinya, memintaku untuk duduk di depannya.

Dia terlihat sangat seksi ketika menjadi profesional, cara dia melihat file di depannya, cara dia begitu berkonsentrasi pada semua yang dia lakukan membuatku mempertanyakan keputusanku.

Dapatkah seseorang mengingatkanku mengapa aku tidak menerima pria ini ketika pertama kali dia mengaku padaku?

Saat pikiran ini terlintas di benakku, telepon milikku pun mulai berdering dan aku segera menutupnya, tidak ingin mengganggu karena adanya aku di sini untuk membahas pekerjaan.

"Kenapa kamu tidak menjawabnya?" Jungkook bertanya dan aku menggelengkan kepalaku, mengatakan bahwa itu tidak penting, namun ponselku berbunyi lagi, membuatku mengerang frustrasi,

berharap saja panggilan itu penting!

Aku melihat ke arah Jungkook untuk memastikan apakah tidak apa-apa bagiku untuk menjawab telepon dan dia mengangguk. Aku melihat sekilas ID penelepon untuk terakhir kalinya dan aku terkejut kala melihat nama orang yang sama sekali tidak ingin saya ingat.

Setelah berpikir sejenak, apakah harus menjawab panggilan tersebut atau tidak?, aku memutuskan untuk tetap menggunakan opsi pertama dan mengangkatnya. Ada hening sejenak, tidak ada yang berbicara dari jalur lain, tepat ketika aku hendak menutup telepon, aku mendengar suara orang itu dan itu membuatku terkejut.

"Bagaimana rasanya bisa bersamanya lagi? Menurutmu siapa yang lebih baik, aku atau dia?" orang itu berkata.

Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa itu hanya sebatas khayalan semata,  bahwa aku salah mengenali suara ini untuk orang lain, lagipula, banyak orang di dunia ini yang mungkin memiliki suara yang sama.

Aku menarik telepon dari telingaku untuk memeriksa ID penelepon sekali lagi dan tidak ada kesalahan, itu benar-benar nomor teleponnya.

"Who the hell are you?" Aku bertanya dengan suara gemetar dan Jungkook segera melupakan file di depannya, menatapku dengan tatapan khawatir.

"Kamu sudah melupakan aku? Jangan bilang kalau kamu juga lupa bagaimana aku membuatmu gila dengan ciuman dan pelukanku" ucapnya.

Aku semakin kesal, genggamanku di telepon semakin erat dan Jungkook meletakkan tangannya pada pundakku, seolah mencoba memintaku untuk rileks tetapi aku tidak bisa.

"Katakan saja bagaimana kamu bisa selamat, Kim Taehyung ?!" Aku berteriak marah.

Mata Jungkook semakin lebar saat mendengar aku menyebutkan nama itu dan Jungkook juga terlihat semakin gelisah.

Aku ingat betul bahwa Taehyung telah meninggal, jadi kenapa dia meneleponnku?

“Itu bukan sesuatu yang seharusnya aku tidak benarkan, kitten. Namun yang terpenting...  tidakkah kamu ingin membalas dendam padaku?” katanya.

Aku bisa merasakan dia menyeringai dari sisi lain saat aku mengomel karena marah tetapi juga merasa bingung, kepalaku menjadi gila karena tidak dapat memahami apa yang sedang terjadi, semuanya tidak dapat dipercaya. Aku merasa diriku semakin lemah karena betapa rasa takut itu menghampiriku.

"Ke-Kenapa aku ingin membalas dendam padamu?" Aku tergagap saat bertanya dan aku tidak mempedulikannya, tidak masalah bagiku jika aku terdengar kuat atau lemah baginya, yang dterpenting hanyalah memahami segalanya.

"Oh sweat heart...! Akulah yang mengambil nyawa ayahmu tercinta–," dia berkata.

Dengan rasa shock yang hebat, ponselku berhasil tergelincir dari genggamanku. Aku benar-benar tidak ingin mendengar apa yang akan dia katakan selanjutnya, tidak ada yang bisa membenarkan tindakannya dan kepalaku mulai terasa pening.

Jungkook mendekat dan mencoba untuk memahami apa yang salah denganku tapi aku tidak bisa mengatakan apapun, aku terlalu lemah untuk bergerak atau bahkan berbicara, aku tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dikatakan Taehyung dan aku tidak tahu harus berbuat apa. atau merasakan lagi, haruskah aku merasa benci padanya karena telah membunuh ayahku? Atau haruskah aku merasa kasihan pada orang yang kubunuh di bar ketika dia menyuruhku untuk melakukannya? Atau haruskah aku merasa kesal pada diri sendiri karena bekerja sama dengan seseorang yang tidak berperasaan dan sekejam dia?

"Na, tenang dan katakan padaku ada apa? Apa yang bajingan itu katakan padamu?" tanyanya dengan rasa khawatir terlihat jelas di matanya dan nada suaranya.

Aku ingin berbicara tetapi hanya isakan yang keluar dari mulutku, aku bahkan tidak tahu kapan aku mulai menangis dan terisak tak terkendali tetapi Jungkook memelukku dan menepuk punggungku dengan lembut, mencoba menghiburku dengan cara apa pun yang mungkin meskipun tidak ada kata-kata yang bisa menghapus rasa sakit yang aku rasakan.

“Dia membunuh ayahku” bisikku, suaraku terdengar tapi dia cukup dekat untuk mendengarnya dan tangannya langsung berhenti bergerak.

TARGETED || JUNGKOOK FF [Translate] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang