Prolog

25K 803 13
                                    

"Kak... Ayah Kak..." Ucap seorang gadis kecil yang menangis sesenggukan.

Alesha yang baru saja pulang dari sekolah langsung memeluk gadis kecil itu untuk menenangkan, batinya pun penuh tanya apa yang membuat Adiknya ini menangis.

"Ayah kenapa Ara?" Tanyanya lembut namun sedikit bergetar.

"Hiks... Ayah kak hiks... Ayah mau pergi... Pergi kak... Ninggalin kita hiks" Tangisnya semakin kencang hingga membuat Ara terbata-bata menjawab pertanyaan sang Kakak.

BRAK

PRANG

BRAK

Suara benda yang jatuh lalu di ikuti suara piring pecah membuat Alesha terkejut, Ara pun semakin menangis kencang di pelukannya. Kini kedua mata Alesha menatap ke arah dapur dengan hati yang gelisah.

Alesha mendesis lirih dalam tidurnya karena sebuah mimpi. Ia terlihat gelisah, hingga membuatnya tidak bisa berhenti bergerak di atas ranjangnya sendiri.

"Kenapa?" Teriak Alesha dengan penuh rasa tidak terima, lalu menggenggam erat tangan Ayahnya menahan agar jangan pergi.

Kini air mata Alesha tumpah membasahi wajah cantiknya. Namun bukannya memberikan sebuah jawaban, sang Ayah hanya tersenyum sendu lalu perlahan mencoba melepaskan cengkraman Putrinya dari tangannya.

Alesha yang melihat itu menggelengkan kepalanya berkali-kali, berharap agar jangan melepaskan genggaman nya, ia butuh penjelasan apa yang telah terjadi. Dan di tengah keputusasaan itu Alesha menatap mata sang Ayah, memohon... Itulah yang saat ini ia lakukan.

Karena Alesha tahu selama ini Ayahnya tak pernah tega melihat tatapan sedihnya, apalagi dengan air mata yang semakin membasuh wajahnya.

Namun, justru dirinya lah yang menemu kan sesuatu dari tatapan sang Ayah. Tatapan itu, mengatakan kan segalanya. Hingga dengan berat hati, Alesha lah yang melepaskan genggaman tangannya sendiri dan membiarkan kan Ayahnya untuk pergi.

Alesha pun semakin mengeratkan cengkramannya pada selimut yang menyelimuti setengah tubuhnya, seolah-olah ia tidak ingin melepaskan apa pun yang ada di genggamnya.

PLAK

Sebuah tamparan keras hinggap di pipi mulus Alesha dan menghempaskan semua kemarahannya. Dengan gemetar tak percaya ia tatap sang pelaku yang sudah menamparnya.

"Semua karena mu, Alesha. Bahkan... Ayahmu pergi, itu juga karena ulah kamu sendiri!"

"KAMULAH PENYEBABNYA... Karena kamu lah gadis murahan itu. Jadi jangan melampiaskan nya kepada orang lain!!"

"DAN JANGAN PERNAH MUNCUL DI HADAPANKU LAGI!" Teriak Ryan, mata pemuda itu menatap tajam dan penuh kemarahan pada Alesha.

Alesha yang masih terpejam secara repleks menyentuh pipinya dan mulai terisak di dalam tidurnya.

"Akhirnya Daniel Hatmaja melepas masa lajangnya setelah..." Suara di televisi membuat Alesha berlari keluar rumahnya.

"ALESHA" Tidak di hiraukannya teriakan seseorang yang terus memanggil namanya.

Alesha menggelengkan kepalanya berkali-kali, seolah ia akan tahu jika hal buruk akan terjadi.

"Mau kemana gadis manis" Ucap Orang itu lalu menarik lengan Alesha dengan sangat kasar.

"Tolong... Tolong..." Teriaknya seraya terus memberontak dari Orang itu. Namun yang Alesha lakukan percuma.

Keringat mulai membasahi wajah cantik Alesha, bahkan AC dan suasana dingin selepas hujan pun tidak mampu untuk menghentikan peluhnya.

Kembalilah AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang