DUA PULUH SEMBILAN

10 3 0
                                    


💌

Ting

Bunyi notifikasi dari hp Yuka. Namun tak dia gubris. Ia tengah rapat dengan anggotanya, dan sebagai pemimpin rapat ia harus bersikap propesional. Nanti sajalah baru ia lihat, setelah rapat selesai, pikirnya

"Jadi? Untuk program kali ini kita bakal adakan meriah karena setelah pemilihan ketua osis, akan di lanjutkan dengan acara perpisahan," jelas Arif, yang bertanggung jawab atas acara yang sedang di Rapatkan

"Kenapa acaranya harus di lakukan di hari yang bersamaan? Bukankah masih ada hari esoknya?" tanya Yuka yang sedari tadi diam mendengarkan penjelasan anggotanya

"Karena kalau di lakukan di hari yang berbeda maka anggaran dana akan berlipat ganda," jelas Arif

Yuka mengangguk-anggukkan kepalanya "Bukankah dana yang kita kumpulkan dari iuran sekarang sudah cukup bahkan lebih. Dan kita bahkan belum membuat proposal?" Jelas Yuka

Skatmat. Arif terdiam bisu tidak tau mau berbicara apalagi. Ia menatap timnya yang di balas gelengan kepala

Berdehem kecil untuk menghilangkan kecanggungan "Tapi uangnya kan harus di simpen untuk penamatan nanti," jelasnya lagi

Yuka mengangguk kecil "Bukannya penamatan bukan lagi urusan kita? Jabatan kita sudah selesai setelah pemilihan osis." ujar Yuka lagi, sambil membaca laporan keuangan dari bendahara

Karena tak mendengar suara Arif lagi,  Yuka pun mengangkat kepalanya "Lanjutkan," suruhnya pada Arif

Arif menggeleng tidak tau harus mengatakan apa lagi. Yuka tersenyum sinis berdiri dari kursi kebanggannya lalu berjalan mendekat ke arah Arif

Yuka menepuk pundaknya lalu menyuruhnya kembali duduk ke tempatnya "Saya baru saja melihat laporan keungan dari bendahara." Yuka menjeda ucapannya, lalu menatap tajam kearah Arif "Dan pemasukan aiuran perminggu alhamdulillah lancar. Tapi ternyata pemasukan kita berkurang tanpa kita ketahui padahal tidak ada apapun yang kita beli! Jadi bagian bendahara, apakah ada yang ingin menjelaskan?" tanya Yuka

Arif sebagai bendahara 1 diam menunduk begitupun dengan Ramlah bendahara 2

Semua anggota osis menatap Arif dan Ramlah dengan sinis sambil berbisik

"Saya tidak tau. Apa yang ada di fikiran kalian sampai uang osis pun kalian pakai. Saya tidak marah tapi saya kecewa pada kalian berdua. Padahal saya sudah mempercayakan ke kalian berdua! Saya ingin tau, kalian belanjakan untuk apa uang itu? " tanya Yuka

"Se- sebenarnya uang itu saya belanjakan untuk membeli beras. Saya terpaksa memakai uang itu karena tidak punya uang untuk makan. Ibu saya sakit dan saya yang harus mencari uang unntuk biaya berobat ibu saya," Ramlah menjelaskan sambil tertunduk malu

Yang lain menatap Ramlah iba. Yang tadinya menatap Ramlah sinis kini berumah menjadi ibah

Yuka berdehem keras "Kenapa kamu tidak membicarakan dulu kepada kami? Seandainya kamu bilang pasti kita dari awal kita pasti membantumu!"

"Maaf," cicit Ramlah

Yuka menghela nafas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan "Ok karena semuanya sudah terjadi, uang yang di pakai Ramlah biar saya yang tanggung. Pertemuan sampai disini dulu. Selamat siang."

Yuka membereska barangnya siap untuk pulang. Anggota osis yang lain sudah pulang tinggal dia sendiri yang ada di ruangan itu

Tiba-tiba pintu terbuka, Ramlah berjalan masuk dengan wajah menunduk

"Ada apa?" tanya Yuka

"Gue mau minta maaf," ujarnya Jujur

Yuka menaikkan satu alisnya "Untuk?" tanya nya bingung

NOT A PERFECT WOMAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang