2. 🥀WiSa Karya🥀

684 91 6
                                    

Hai ... kalian masih nunggu ini?

😀😀😀

Kalian bisa tetap baca di WP, tapi nggak selengkap di Karyakarsa. Kenapa?? Karena di sana tak ada sensor 🤭 eh ... Bercanda!! Di sana tiap partnya panjang bisa 1700k

Sementara di WP hanya 800-900 kata😀

Yuuk yang mau ke karyakarsa 2500 per 2 Part-nya, yess ...

==💕💕💕💕==

Semua mata murid kelas 9.1 menatap tidak percaya. Kecuali Shanum. Ketika Pak Ilham menyampaikan, kepindahan El ke Australia untuk melanjutkan study di sana. Padahal, tiga bulan lagi mereka akan UN kelulusan SMP.

Shanum menoleh pada kursi kosong dekat Rino. Mata Rino dan Shanum bertemu. Mungkin mata Rino yang paling sedih dibanding dirinya. Karena mereka berteman akrab sejak kelas tujuh.

****

Shanum meremas perutnya. Jika saja tadi, ia menyempatkan makan atau setidaknya membawa bekal sarapan, tentu saja kejadiannya tidak seperti ini.

Ini semua karena dia tergesa-gesa berangkat ke sekolah. Hari ini, Mimi Ancha mengeluh pusing. Terpaksa sebelum berangkat ke sekolah, Shanum mengantarkan Gaffi Farasya Athar-adiknya yang berusia sepuluh tahun, ke sekolahnya terlebih dahulu.

Sejak El pindah sekolah. Shanum tanpa sengaja mengikuti pesan pria itu. Ia tidak pernah menunda sarapan dan selalu menyiapkan pembalut di tasnya.

Namun, baru hari ini. Sejak kepergian El dua tahun lalu, ia mengabaikan sarapan. Shanum pemilik mata bulat dan jernih, menoleh ke belakang. Rino lelaki yang biasa diandalkan untuk mengambilkan obat magh di ruang UKS, izin tidak masuk.

Hanya kepada lelaki itu, Shanum berani menyuruh. Dia masih ingat, bagaimana wajah kesal Rino saat pertama ospek di SMU.

"Nyusahin, bener, laki, lo! Gue, tuh nggak mau masuk SMA ini, tapi laki lo, ngancam nggak bakal ngasih tempat, kalau gue kuliah di Australia," gerutunya.

Shanum yang mendengar langsung mencebik.
"Gue sudah bilang sama El, jangan salahin gue kalau nantinya, gue jadi suka sama lo, gegara jagain lo," canda Rino. Tentu saja itu hanya candaan. Karena Shanum tahu, Rino naksir berat sama Naya, sepupunya dan Shanum tidak tahu apa yang dijanjikan El pada Rino selain tempat tinggal. Hingga Rino dapat bertekuk lutut seperti itu.

Shanum mengangkat wajahnya dari kayu kecil berbentuk kotak pada kursi yang berfungsi sebagai meja.

"Nih, makan!" titah pria berlesung pipi. Kini pria tinggi itu berdiri di sampingnya. Mengulurkan sebungkus biskuit gandum.

"Biasa minum obat apa?" tanyanya. Shanum tidak menjawab, ia masih memandang Okan teman satu kelasnya. Perhatian lelaki itu mengingatkan pada ....

Ah, sudahlah nggak usah inget-inget anak tengil itu! Batin Shanum.

Oke, Shanum tidak akan mengingat lelaki itu. Benarkah? Akan tetapi, untuk apa tiap minggu, dia main ke rumah Aunty Ochi. Berharap mendengar kabar tentang El? Namun, Sia-sia saja. Sepertinya Aunty Ochi, Luna dan Saskia menutup rapat kabar El. Tak ada sapatah kata pun menyebut nama El. Seakan nama El sudah dikubur dalam-dalam.

Shanum  Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang